Indonesia Gaungkan Kerja Layak di Forum Perburuhan Internasional ILC ke-113 di Jenewa

8 June 2025 13:14 WIB
kemnaker-1749358748645_169.jpeg

Kuatbaca.com - Menteri Ketenagakerjaan Republik Indonesia, Yassierli, memimpin langsung delegasi Indonesia dalam forum ketenagakerjaan paling bergengsi dunia, yaitu International Labour Conference (ILC) sesi ke-113 yang digelar oleh International Labour Organization (ILO). Konferensi ini berlangsung pada 2–13 Juni 2025 di Jenewa, Swiss, dan menjadi ajang strategis bagi Indonesia untuk menyuarakan aspirasi ketenagakerjaan yang inklusif dan berkeadilan.

Dalam forum ini, Indonesia menunjukkan komitmennya terhadap dunia kerja yang lebih manusiawi dengan mengangkat tiga isu utama yang sangat relevan dengan perkembangan zaman dan tantangan global. Ketiga isu tersebut mencerminkan langkah nyata dalam memperkuat kualitas tenaga kerja nasional sekaligus memperjuangkan hak-hak pekerja di tengah perubahan lanskap ketenagakerjaan dunia.

1. Tiga Isu Strategis Jadi Sorotan: Digitalisasi, Kesehatan Kerja, dan Sektor Informal

Delegasi Indonesia membawa tiga isu strategis dalam ILC kali ini, yakni kerja layak di sektor ekonomi digital, perlindungan terhadap bahaya biologis di tempat kerja, serta proses transisi dari sektor informal ke formal. Isu-isu ini dipilih karena sangat relevan dengan kondisi sosial ekonomi saat ini, baik di tingkat nasional maupun global.

Pertama, kerja layak di platform digital menjadi sorotan penting, mengingat semakin banyaknya pekerja gig economy dan freelance yang belum memiliki perlindungan kerja yang memadai. Indonesia mendorong adanya kebijakan global yang melindungi mereka agar tidak terpinggirkan oleh sistem ketenagakerjaan tradisional.

Kedua, terkait keselamatan kerja, Indonesia mengingatkan pentingnya perlindungan terhadap bahaya biologis di tempat kerja, yang menjadi pelajaran penting pascapandemi COVID-19. Dan ketiga, Indonesia mendorong perlunya kebijakan konkret untuk mempercepat transisi pekerja informal menuju sektor formal, demi menjamin perlindungan sosial yang lebih luas dan hak-hak ketenagakerjaan yang setara.

“Kerja layak bukan hanya bentuk perlindungan, tetapi juga investasi jangka panjang untuk membangun tenaga kerja yang kompeten, sehat, dan produktif,” ujar Menteri Yassierli.

2. Representasi Tripartit Cerminkan Komitmen Dialog Sosial

Keikutsertaan Indonesia dalam ILC ke-113 ini dibentuk berdasarkan prinsip tripartit, yakni melibatkan unsur pemerintah, serikat pekerja, dan pengusaha. Pendekatan ini menunjukkan keseriusan Indonesia dalam membangun dialog sosial sebagai pilar utama dalam menciptakan sistem ketenagakerjaan yang adil dan berkelanjutan.

Partisipasi aktif di ILC bukan hanya sekadar menyampaikan posisi Indonesia di panggung global, namun juga sebagai sarana membangun kemitraan strategis dengan berbagai negara dan lembaga internasional. Yassierli menegaskan bahwa pendekatan kolaboratif ini penting agar solusi kebijakan ketenagakerjaan bersifat inklusif dan berdampak luas.

“Kami ingin dunia kerja menjadi ruang yang adil dan terbuka bagi semua. Oleh karena itu, melalui konferensi ini, kami berharap delegasi Indonesia membawa semangat kolaboratif untuk merumuskan solusi nyata, tidak hanya bagi ketenagakerjaan di Indonesia, tetapi juga untuk komunitas global,” katanya.

3. Komitmen pada Kebijakan Global yang Pro Pekerja dan Dunia Usaha

Dalam rangkaian ILC, delegasi Indonesia aktif terlibat dalam berbagai komite penting seperti Komite Keuangan, Komite Urusan Umum, Komite Aplikasi Standar, hingga Komite Diskusi Umum. Keterlibatan ini menandai posisi strategis Indonesia sebagai mitra yang berkontribusi aktif dalam pembentukan kebijakan ketenagakerjaan global.

Menteri Yassierli dijadwalkan menyampaikan pernyataan nasional Indonesia dalam sidang pleno ILC pada 9 Juni 2025. Pidatonya akan menanggapi laporan Direktur Jenderal ILO bertajuk “Jobs, Rights, and Growth: Reinforcing the Connection”, yang menekankan keterkaitan erat antara pekerjaan, pemenuhan hak asasi pekerja, dan pertumbuhan ekonomi yang adil serta inklusif.

4. Perkuat Diplomasi Ketenagakerjaan Lewat Pertemuan Regional dan Bilateral

Selain kegiatan pleno dan komite, delegasi Indonesia juga menjalin relasi bilateral dengan berbagai negara mitra dan mengikuti sejumlah pertemuan tingkat regional seperti Asia-Pacific Group Ministers Meeting, ASEAN Labour Leaders Meeting, hingga ASEAN Breakfast Ministers Meeting. Pertemuan ini menjadi ajang penting untuk memperkuat posisi Indonesia dalam diplomasi ketenagakerjaan, khususnya dalam konteks kerja sama Asia Pasifik dan ASEAN.

Dalam berbagai agenda tersebut, Indonesia menegaskan peran aktifnya dalam membentuk masa depan dunia kerja yang menjunjung nilai-nilai keadilan sosial, produktivitas berkelanjutan, dan keseimbangan antara hak pekerja dan keberlangsungan usaha.

Fenomena Terkini






Trending