Hubungan Membaik, China dan AS Sepakati Ekspor Logam Tanah Jarang dan Pelonggaran Teknologi

1. Terobosan Diplomatik: China dan AS Capai Kesepakatan Baru
Kuatbaca.com - Hubungan dagang antara China dan Amerika Serikat kembali mencair setelah ketegangan panjang terkait pembatasan teknologi dan ekspor bahan mentah strategis. Pada akhir Juni 2026, kedua negara resmi mengumumkan kesepakatan baru yang memungkinkan ekspor logam tanah jarang dari China ke AS, serta pelonggaran pembatasan teknologi dari pihak Washington.
Kesepakatan ini muncul tak lama setelah Presiden AS Donald Trump mengungkapkan bahwa dirinya telah menandatangani perjanjian penting dengan China. Langkah tersebut disambut baik oleh Kementerian Perdagangan China yang menyatakan siap menyetujui dan meninjau ekspor barang-barang terkait, sesuai dengan kerangka kerja perdagangan yang telah dirundingkan.
2. Perjanjian Jenewa dan Kesepakatan London Jadi Dasar Implementasi
Kesepakatan yang diumumkan merupakan kelanjutan dari konsensus Jenewa yang dicapai pertengahan Mei 2026, serta pertemuan penting dua hari di London yang mempertemukan Menteri Keuangan AS Scott Bessent dengan Wakil Perdana Menteri China He Lifeng. Kedua pihak menyepakati detail tambahan implementasi perjanjian tersebut, yang disebut menjadi langkah krusial dalam mengembalikan stabilitas hubungan dagang.
China sebelumnya dikritik oleh AS karena dianggap lamban dalam membuka akses terhadap mineral tanah jarang, sementara China sendiri mengecam AS atas pembatasan transfer teknologi dan pencabutan visa pelajar. Perjanjian ini menjadi sinyal bahwa kedua negara siap mencari jalan tengah demi kestabilan ekonomi global.
3. Fokus Utama: Logam Tanah Jarang dan Industri Teknologi Strategis
Logam tanah jarang seperti neodymium, dysprosium, dan terbium merupakan komponen penting dalam pembuatan magnet permanen, motor listrik, ponsel pintar, hingga sistem pertahanan militer. Karena itu, pelonggaran ekspor mineral ini dari China sangat dinanti oleh pelaku industri di Amerika Serikat.
Namun, menurut pengamat ekonomi Alfredo Montufar-Helu dari The Conference Board, pernyataan resmi dari pemerintah China masih menyisakan banyak pertanyaan. Ia menilai, meski kabar ini terlihat menggembirakan, belum ada kejelasan logam tanah jarang mana saja yang benar-benar akan dibebaskan dari pembatasan, selain magnet yang disebutkan secara eksplisit.
4. Tantangan dan Prospek Perdagangan di Masa Depan
Meskipun AS dan China telah menyepakati penangguhan tarif selama 90 hari dan pencabutan beberapa pembatasan, Alfredo memperingatkan bahwa tanah jarang akan tetap menjadi kartu tawar utama dalam negosiasi mendatang. Artinya, meskipun perdagangan kembali terbuka, kontrol terhadap komoditas strategis ini kemungkinan besar masih akan diberlakukan dengan cermat oleh kedua negara.
Langkah ini juga dipandang sebagai manuver diplomatik menjelang pemilu AS dan dinamika geopolitik Indo-Pasifik yang terus memanas. Banyak analis menilai bahwa kerja sama dagang ini bukan sekadar isu ekonomi, tapi juga bagian dari pertarungan supremasi teknologi antara dua kekuatan besar dunia.
5. Dampak terhadap Industri dan Ekonomi Global
Pelaku industri di AS, termasuk sektor otomotif, elektronik, dan pertahanan, menyambut positif kabar ini karena dapat menekan biaya produksi dan mengurangi ketergantungan pada pasokan alternatif yang lebih mahal. Di sisi lain, China tetap mempertahankan posisi strategis sebagai pemasok utama logam tanah jarang global, meski perlahan negara-negara Barat berupaya membangun rantai pasok alternatif di Afrika dan Amerika Latin.
Dengan langkah ini, baik China maupun AS menunjukkan komitmen untuk menjaga stabilitas perdagangan internasional, meskipun persaingan tetap berjalan di berbagai lini. Dunia pun berharap, kesepakatan ini bukan hanya penangguhan sementara, melainkan awal dari fase baru hubungan ekonomi yang lebih terbuka dan saling menguntungkan.
Diplomasi Dagang Kembali Dingin, Tapi Belum Sepenuhnya Cair
Kesepakatan terbaru antara China dan AS membuka ruang positif bagi pasar global, terutama bagi sektor-sektor yang bergantung pada mineral strategis dan teknologi tinggi. Namun, ketegangan geopolitik belum sepenuhnya reda, dan kemungkinan tarik-menarik kepentingan masih akan mewarnai hubungan kedua negara. Yang jelas, dunia kini menatap masa depan dengan harapan baru—bahwa diplomasi dan perdagangan bisa menjadi jembatan, bukan tembok, dalam dinamika antarnegara.