Harga Minyak Dunia Berpotensi Naik, Menteri Bahlil: Kita Doakan Saja Agar Stabil

24 June 2025 17:32 WIB
pemerintah-cabut-empat-iup-nikel-raja-ampat-1749535041671_169.jpeg

Kuatbaca.com - Ketegangan geopolitik antara Iran dan Israel serta keterlibatan Amerika Serikat turut menciptakan kekhawatiran global terhadap naiknya harga minyak dunia. Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM), Bahlil Lahadalia, mengungkapkan bahwa kondisi ini menjadi perhatian utama banyak negara, termasuk Indonesia, karena berpengaruh langsung terhadap stabilitas ekonomi dan pasokan energi nasional.

Dalam pernyataannya di acara Jakarta Geopolitik Forum IX, Selasa (24/6/2025), Bahlil mengatakan bahwa harga minyak sempat melonjak ke level US$ 78 per barel saat konflik Iran-Israel memanas. Namun, harga tersebut kini menurun dan stabil di angka sekitar US$ 67 per barel, atau masih berada di bawah asumsi Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) 2025, yakni US$ 82 per barel.

Menurut Bahlil, meskipun harga minyak belum melampaui asumsi APBN, pemerintah tetap waspada. Kenaikan harga minyak secara mendadak dapat menimbulkan dampak serius terhadap subsidi energi, harga bahan bakar dalam negeri, serta stabilitas fiskal secara umum. Oleh karena itu, pemerintah terus memantau perkembangan situasi geopolitik secara ketat.

“Kemarin ketika terjadi ketegangan antara Israel dan Iran, kami khawatir. Kami sempat berkomunikasi dengan menteri-menteri ekonomi dunia, termasuk menteri energi dari beberapa negara lain. Kalau harga sudah tembus US$ 82 per barel, kita harus lakukan perhitungan baru,” ujar Bahlil.

1. Ketidakpastian Global Buat Prediksi Harga Minyak Jadi Sulit

Bahlil menegaskan bahwa saat ini tidak ada satu negara pun yang bisa memprediksi atau mengendalikan fluktuasi harga minyak dunia secara pasti. Hal ini karena dinamika politik internasional, terutama yang berkaitan dengan Timur Tengah, sangat fluktuatif dan sulit diprediksi.

“Dinamika di Timur Tengah masih sangat tinggi. Sampai saya tadi berangkat ke sini pun, saya masih mengikuti perkembangannya lewat jaringan informasi yang saya miliki. Masih naik-turun, belum ada titik stabil,” ungkapnya.

Ketidakpastian ini membuat Indonesia, seperti banyak negara lain, harus menyusun skenario antisipasi terhadap kemungkinan terburuk, termasuk lonjakan harga minyak dan gangguan distribusi pasokan energi global. Bahlil menyebut bahwa semua negara kini memikirkan kepentingan nasionalnya masing-masing, dan sulit mengandalkan kerja sama internasional dalam jangka pendek.

“Dalam kondisi seperti ini, tidak ada negara yang benar-benar bisa bantu. Semua fokus pada urusan sendiri. Jadi, kita hanya bisa berdoa agar perang cepat selesai, supaya harga minyak kembali stabil,” kata Bahlil, sambil tersenyum.

2. Selat Hormuz Jadi Titik Kritis, Pemerintah Rapat dengan Pertamina

Salah satu kekhawatiran terbesar adalah kemungkinan penutupan Selat Hormuz oleh Iran. Selat ini merupakan jalur pelayaran utama ekspor minyak global. Jika benar-benar ditutup, maka bisa memicu lonjakan harga minyak dunia secara drastis dan mengancam pasokan energi ke berbagai negara, termasuk Indonesia.

Menanggapi skenario tersebut, Bahlil menyebut pemerintah tidak tinggal diam. Ia menjadwalkan pertemuan dengan jajaran direksi PT Pertamina (Persero) untuk membahas langkah-langkah strategis menghadapi risiko gangguan suplai energi akibat krisis global.

“Saya besok juga ada rapat dengan Pertamina untuk membahas berbagai langkah-langkah taktis dalam menghadapi dinamika global, khususnya terkait ketersediaan energi nasional. Masalah Selat Hormuz ini serius dan harus kami hitung secara cermat,” ungkapnya.

Pemerintah ingin memastikan bahwa ketahanan energi nasional tetap terjaga meskipun dalam kondisi dunia yang tidak menentu. Hal ini mencakup strategi diversifikasi sumber pasokan minyak, optimalisasi cadangan strategis, hingga kebijakan efisiensi energi di dalam negeri.

3. Stabilitas Energi Nasional Jadi Fokus Utama Pemerintah

Dengan banyaknya tantangan global yang bersifat tidak terduga, pemerintah Indonesia mengambil langkah preventif demi melindungi kepentingan rakyat dan menjaga stabilitas ekonomi nasional. Kementerian ESDM bersama BUMN energi, termasuk Pertamina, tengah menyiapkan berbagai skenario cadangan untuk mengantisipasi situasi yang lebih buruk.

Langkah ini mencakup penguatan pasokan domestik, optimalisasi kilang dalam negeri, serta peningkatan kapasitas penyimpanan bahan bakar strategis. Pemerintah juga membuka ruang kerja sama baru dengan negara-negara non-Timur Tengah sebagai alternatif pemasok energi jika konflik meluas.

Meskipun saat ini harga minyak masih tergolong aman secara fiskal, pemerintah tetap waspada terhadap segala kemungkinan. Stabilitas harga minyak dunia sangat penting, bukan hanya untuk industri energi, tetapi juga bagi perekonomian nasional secara keseluruhan.

Bahlil menutup dengan harapan dan seruan agar seluruh pihak turut mendoakan perdamaian global. “Kalau bisa, jangan sampai harga minyak melonjak. Semoga situasi segera membaik, dan kita bisa tenang menghadapi tahun-tahun ke depan,” pungkasnya.

Fenomena Terkini






Trending