Harga Emas Terus Pecah Rekor: Masih Akan Naik atau Justru Turun?

Kuatbaca.com - Harga emas kembali menjadi perbincangan hangat di kalangan investor dan masyarakat umum. Emas keluaran Logam Mulia Antam kini terus mencetak rekor tertinggi sepanjang sejarah. Pada Kamis, 17 April 2025, harga emas Antam ukuran 1 gram yang dijual di Pegadaian telah mencapai angka Rp 2.037.000. Angka ini menandai lonjakan signifikan dari harga-harga sebelumnya, menimbulkan pertanyaan besar: apakah tren ini akan berlanjut, atau justru akan mengalami koreksi dalam waktu dekat?
1. Faktor Penyebab Kenaikan Harga Emas Saat Ini
Penguatan harga emas ini dipicu oleh berbagai dinamika global yang menciptakan ketidakpastian di pasar keuangan. Ibrahim Assuaibi, seorang pengamat pasar modal sekaligus Direktur PT Laba Forexindo Berjangka, menjelaskan bahwa lonjakan harga logam mulia ini tak lepas dari meningkatnya aksi beli para investor. Penyebab utamanya antara lain memanasnya situasi geopolitik internasional, kekhawatiran akan perang dagang yang tak berujung, serta penurunan suku bunga global yang terjadi akibat inflasi yang melambat.
Menurut Ibrahim, kondisi ketidakpastian seperti ini membuat emas kembali menjadi instrumen investasi pilihan. Aset safe haven seperti emas dianggap sebagai pelindung nilai terbaik saat pasar global bergejolak. Ia juga memprediksi bahwa dalam jangka menengah, harga emas sangat mungkin menembus level Rp 2,3 juta hingga Rp 2,4 juta per gram.
“Spekulasinya ada kemungkinan besar harga logam mulia itu akan naik hingga Rp 2,3-2,4 juta per gram. Tapi kalau tidak siap spekulasi, lebih baik segera realisasikan keuntungan,” jelas Ibrahim.
2. Prediksi Harga Emas: Tetap Naik, Fluktuatif, atau Justru Anjlok?
Meski banyak analis masih optimistis terhadap tren kenaikan harga emas, tidak menutup kemungkinan bahwa harga bisa berbalik arah. Menurut Joe Cavatoni, ahli strategi pasar senior di World Gold Council, ada tiga skenario utama yang mungkin terjadi dalam jangka menengah: harga emas terus naik, bergerak fluktuatif, atau bahkan mengalami penurunan drastis.
Cavatoni menjelaskan bahwa skenario penurunan harga bisa terjadi apabila investor besar secara serempak menjual emas mereka untuk menutupi kerugian dari aset lain, seperti saham atau obligasi yang tengah terpuruk. Dalam kondisi pasar yang panik, emas kerap dijual karena dianggap aset paling likuid.
“Dalam aksi jual pasar yang tajam, emas bisa ikut turun bersama saham karena investor mencari likuiditas untuk memenuhi margin call,” terang Cavatoni.
3. Bagaimana Jika Ekonomi Global Mulai Stabil?
Faktor lain yang bisa mempengaruhi turunnya harga emas adalah membaiknya kondisi ekonomi global. Jika suku bunga kembali naik, inflasi terkendali, dan stabilitas geopolitik tercapai, maka minat investor terhadap aset berisiko seperti saham dan kripto bisa meningkat. Ketika hal ini terjadi, daya tarik emas sebagai aset pelindung nilai cenderung menurun.
Menurut Cavatoni, jika investor mulai mengalihkan dana ke instrumen yang menawarkan potensi imbal hasil lebih tinggi, maka harga emas sangat mungkin mengalami penurunan secara bertahap.
“Jika kondisi keuangan global stabil dan inflasi mereda, kita bisa melihat harga emas turun perlahan karena investor mulai lebih suka risiko,” katanya.
4. Apakah Saat Ini Waktu yang Tepat untuk Investasi Emas?
Dengan harga emas yang terus mencetak rekor, para investor kini dihadapkan pada dilema: lanjut membeli atau mulai menjual? Bagi investor jangka panjang, emas tetap menjadi pilihan solid untuk diversifikasi portofolio, terutama saat ketidakpastian ekonomi masih tinggi. Namun, bagi mereka yang ingin meraih keuntungan cepat, memperhatikan tren dan sinyal pasar sangat penting.
Satu hal yang pasti, pergerakan harga emas sangat dipengaruhi oleh banyak faktor global yang sulit diprediksi. Oleh karena itu, strategi investasi yang bijak dan tidak gegabah menjadi kunci utama dalam mengambil keputusan terkait logam mulia ini.