Harga Beras Meroket: Di Atas HET, Konsumen Mulai Tertekan

12 June 2025 08:30 WIB
serapan-beras-nasional-mencapai-2-juta-ton-1747149302087_169.jpeg

Kuatbaca - Kenaikan harga beras kembali menjadi sorotan publik. Dalam sepekan terakhir, harga beras—baik jenis medium maupun premium—terus mengalami lonjakan dan kini secara konsisten berada di atas ambang batas Harga Eceran Tertinggi (HET) yang ditetapkan pemerintah. Lonjakan ini menjadi sinyal kuat bahwa tekanan inflasi bahan pangan masih belum mereda di tengah upaya stabilisasi pasokan oleh berbagai pihak.

Data terbaru dari Panel Harga Pangan milik Badan Pangan Nasional menunjukkan bahwa harga rata-rata beras medium kini mencapai Rp 13.929 per kilogram, atau 11,43% lebih tinggi dari HET yang seharusnya berada di kisaran Rp 12.500 per kilogram. Bahkan di beberapa wilayah, harga beras medium mencatat kenaikan yang lebih tinggi lagi, hingga hampir 20% dari harga patokan.

Distribusi Harga Berdasarkan Zona Mengungkap Ketimpangan

Jika ditelusuri lebih dalam, lonjakan harga ini tampak tidak merata. Zona 1, yang mencakup wilayah barat Indonesia, mencatat rata-rata harga beras medium sebesar Rp 13.370/kg atau 6,96% di atas HET. Di zona 2 yang meliputi wilayah tengah, harga naik menjadi Rp 14.186/kg, atau sekitar 8,29% lebih tinggi dari HET yang ditetapkan sebesar Rp 13.100/kg. Sementara zona 3—wilayah Indonesia timur—mengalami lonjakan paling signifikan, dengan harga beras medium mencapai Rp 16.189/kg. Ini berarti terjadi kenaikan sebesar 19,92% dari HET yang berlaku di zona tersebut.

Angka-angka ini menunjukkan kesenjangan distribusi harga yang cukup mengkhawatirkan. Selain mengindikasikan tekanan logistik, tingginya harga di wilayah timur juga mencerminkan belum optimalnya jalur distribusi dan pengendalian pasokan di daerah tersebut.

Beras Premium Tak Kalah Mahal

Tidak hanya beras medium, beras kualitas premium juga mengalami tren serupa. Rata-rata harga nasional untuk beras premium kini menyentuh angka Rp 15.709/kg, atau 5,36% lebih tinggi dari HET yang ditetapkan sebesar Rp 14.900/kg. Bahkan di zona 3, harga beras premium melonjak hingga Rp 17.841/kg—naik hampir 13% dari HET Rp 15.800/kg.

Zona 1 mencatat harga beras premium sebesar Rp 14.990/kg, sementara zona 2 mencapai Rp 16.153/kg. Fakta ini menunjukkan bahwa konsumsi beras berkualitas lebih tinggi juga semakin menantang bagi masyarakat, khususnya kelompok ekonomi menengah ke bawah.

Kenaikan Stabil, Konsumen Semakin Terjepit

Menariknya, tren kenaikan ini tidak bersifat mendadak, melainkan sudah berlangsung cukup stabil selama sebulan terakhir. Harga beras medium, misalnya, sudah bertengger di atas Rp 13.900/kg selama satu bulan penuh, yang berarti kenaikannya bersifat bertahap namun terus berlanjut. Hal serupa terjadi pada beras premium yang dari bulan lalu rata-ratanya berada di angka Rp 15.577/kg—jauh dari harga ideal yang diharapkan konsumen.

Kondisi ini jelas memberi tekanan tersendiri pada rumah tangga, terutama di saat daya beli masyarakat belum sepenuhnya pulih dari dampak inflasi global dan ketidakpastian ekonomi domestik.

Dalam laporan terpisah, Badan Pusat Statistik (BPS) juga mencatat adanya lonjakan harga beras di sejumlah kabupaten dan kota. Salah satu daerah dengan harga beras tertinggi adalah Kabupaten Mahakam Ulu, di mana harga mencapai Rp 18.082/kg. Sementara itu, rekor tertinggi terjadi di Kabupaten Intan Jaya, Papua Tengah, dengan harga fantastis Rp 54.772/kg—angka yang mencerminkan masalah serius dalam akses dan distribusi pangan di wilayah tersebut.

Kenaikan harga ini mendorong pertanyaan besar: sejauh mana peran pemerintah dalam mengendalikan harga dan menjamin ketersediaan pangan pokok bagi seluruh masyarakat? Meskipun operasi pasar dan program stabilisasi harga kerap digalakkan, fakta di lapangan menunjukkan bahwa efektivitas kebijakan tersebut masih terbatas, terutama di daerah-daerah yang jauh dari pusat produksi dan distribusi.

Diperlukan intervensi lebih konkret, seperti peningkatan subsidi transportasi pangan, penguatan cadangan beras pemerintah, dan pembenahan sistem distribusi berbasis digital agar mampu menjangkau wilayah-wilayah yang selama ini tertinggal.

Dengan kondisi ini, masyarakat tentu berharap agar langkah-langkah konkrit segera diambil. Selain upaya jangka pendek seperti operasi pasar, pemerintah juga harus mempercepat realisasi program-program pertanian berkelanjutan dan memperkuat infrastruktur pangan nasional. Jika tidak, kenaikan harga beras yang terus-menerus ini bukan hanya berdampak pada pengeluaran rumah tangga, tetapi juga dapat memicu ketimpangan sosial yang lebih besar.

Fenomena Terkini






Trending