Kuatbaca.com - Pengalihan dan pembatalan penerbangan semakin marak dilakukan oleh banyak maskapai internasional setelah Iran melancarkan serangan balasan ke pangkalan militer AS di Qatar. Zona udara di sekitar Timur Tengah mendadak menjadi area berisiko tinggi, yang akhirnya memaksa maskapai untuk menghindari rute-rute tersebut. Akibatnya, ratusan penerbangan komersial harus diubah jadwal atau bahkan dibatalkan sama sekali.
1. Ratusan Pesawat Dialihkan, Jalur Udara Dibatasi
Lebih dari 20 penerbangan komersial menuju Doha dialihkan untuk menghindari wilayah udara yang berisiko. Sedangkan sekitar empat penerbangan lain yang menuju Dubai di Uni Emirat Arab (UEA) dipaksa berbalik arah. Beberapa maskapai bahkan melaporkan penutupan sementara wilayah udara di atas UEA dan Bahrain, menciptakan kekosongan rute udara yang belum pernah terjadi sebelumnya sejak lama.
2. Emirates dan Air India Hentikan Operasional
Emirates, maskapai milik Dubai, mengonfirmasi telah melakukan pengalihan sejumlah pesawatnya pada Senin. Mereka juga memperingatkan potensi penundaan lebih lanjut untuk rute-rute yang sensitif. Di sisi lain, Air India mengambil tindakan drastis dengan menghentikan semua penerbangan masuk dan keluar dari wilayah Timur Tengah, bahkan dari kawasan timur Amerika Utara dan Eropa hingga kondisi dinyatakan aman. Langkah ini dilakukan untuk menjaga keselamatan penumpang dan awak pesawat di tengah situasi yang terus berkembang.
3. Negara-Negara Lain juga Ikuti Jejak Berhati-Hati
Maskapai internasional seperti British Airways, Air France, Iberia, dan Finnair juga menangguhkan atau menunda penerbangan ke Timur Tengah. British Airways, khususnya, membatalkan seluruh jadwal penerbangan ke Doha setidaknya hingga hari Rabu sebagai tindakan pencegahan. Maskapai AS seperti American Airlines dan United Airlines juga menghentikan layanan ke Doha, Dubai, dan Israel untuk periode tertentu. Hal ini menunjukkan betapa seriusnya respons industri penerbangan terhadap potensi ancaman keamanan udara.
4. Kekhawatiran Keselamatan Menjadi Prioritas
Industri penerbangan menegaskan bahwa keputusan ini didasarkan pada evaluasi risiko dan keselamatan penumpang serta awak pesawat. Ancaman geopolitik seperti rudal balistik atau pesawat tempur yang tidak diantisipasi menjadi faktor utama. Maskapai pun memantau situasi dengan cermat dan secara berkala memberi peringatan kepada penumpang tentang kemungkinan jadwal yang berubah atau penerbangan yang dibatalkan mendadak.
5. Strategi Mitigasi Krisis dari Maskapai dan Regulator
Sebagai respons terhadap risiko ini, otoritas tantangan lalu lintas udara dan maskapai global melakukan koordinasi keras. Mereka terus memantau rute alternatif, mengalihkan jalur penerbangan jauh dari wilayah konflik, dan menyusun rencana kontinjensi untuk kembalikan pesawat yang sudah dialihkan. Selain itu, otoritas penerbangan sipil di kawasan Timur Tengah menutup wilayah udara sebagian untuk memastikan keamanan berkendara udara.
Meski langkah-langkah ini bersifat sementara, efek domino bagi industri penerbangan global sudah terasa. Penumpang menghadapi keputusan mendadak dan penundaan, sementara maskapai mengalami beban biaya tambahan berupa bahan bakar dan pengaturan ulang rute. Dari perspektif jangka panjang, potensi normalisasi rute kembali akan sangat tergantung pada stabilitas politik dan keamanan di kawasan.