Fenomena Boneka Labubu: Pop Mart Bikin Heboh Dunia, Wang Ning Masuk Daftar Orang Terkaya China

Kuatbaca.com- Dunia bisnis China kembali diramaikan oleh kabar mengejutkan. Wang Ning, pendiri dan CEO Pop Mart International Group, kini resmi menduduki posisi sebagai salah satu orang terkaya di Tiongkok. Popularitas perusahaannya yang memproduksi boneka ikonik Labubu, telah membawa kekayaan Wang melonjak tajam hingga menembus angka 22,7 miliar dolar AS. Dengan capaian ini, pria berusia 38 tahun tersebut menjadi sosok termuda di antara jajaran taipan top China saat ini, menyusul nama-nama besar seperti Zhang Yiming (ByteDance) dan Ma Huateng (Tencent).
Didirikan di Beijing, Pop Mart awalnya hanya perusahaan kecil yang mengandalkan penjualan mainan koleksi melalui vending machine. Namun, dengan strategi bisnis yang agresif dan desain karakter unik yang disukai lintas budaya, Pop Mart kini menjelma menjadi raksasa industri hiburan kreatif.
1. Boneka Labubu Jadi Sensasi Global
Salah satu produk andalan Pop Mart adalah Labubu, sebuah figur koleksi yang menyerupai kelinci dengan ekspresi nakal dan gigi tajam. Desainnya yang unik dan sedikit nyentrik berhasil menarik perhatian kolektor dari berbagai penjuru dunia. Dari Asia hingga Eropa dan Amerika Serikat, Labubu kini menjadi ikon pop culture baru. Boneka ini bahkan dikoleksi oleh selebritas global seperti Rihanna, Dua Lipa, dan Lisa BLACKPINK.
Labubu bukan sekadar mainan biasa. Ia menjadi simbol gaya hidup, kebebasan berekspresi, dan tren koleksi yang kini digandrungi generasi muda. Bahkan dalam peluncuran edisi terbarunya, toko-toko Pop Mart dipadati penggemar yang rela antre hingga berjam-jam, bahkan sempat terjadi keributan di beberapa lokasi karena tingginya permintaan.
2. Lonjakan Saham Pop Mart dan Efek Domino Ekonomi
Tingginya minat terhadap Labubu dan produk Pop Mart lainnya berdampak langsung pada performa saham perusahaan di pasar modal. Harga saham Pop Mart yang tercatat di Bursa Hong Kong melonjak tajam dan kini diperdagangkan lebih dari tiga kali lipat dibanding tahun lalu. Beberapa lembaga investasi ternama seperti Deutsche Bank dan Morgan Stanley bahkan meningkatkan proyeksi target harga saham Pop Mart secara signifikan, mencerminkan optimisme terhadap ekspansi global mereka.
Perusahaan juga mencatatkan pertumbuhan penjualan yang luar biasa. Dalam laporan awal kuartal pertama tahun ini, Pop Mart mengumumkan lonjakan penjualan sebesar 170% dibandingkan tahun sebelumnya. Bahkan mereka memperkirakan pendapatan tahunan bisa melampaui 20 miliar yuan pada tahun 2025, naik lebih dari 50% dari tahun sebelumnya.
3. Tantangan dan Risiko di Balik Euforia
Namun, kesuksesan Pop Mart juga diiringi dengan sejumlah kekhawatiran. Beberapa analis menilai bahwa lonjakan nilai perusahaan mungkin bersifat sementara jika inovasi produk tidak terus dilakukan. Karakter seperti Labubu memang tengah berada di puncak popularitas, tetapi tren pasar mainan koleksi bisa berubah dengan cepat, tergantung selera konsumen dan perkembangan IP (Intellectual Property) pesaing.
Para pengamat pasar juga menyoroti bahwa valuasi saham Pop Mart saat ini tergolong tinggi, yakni lebih dari 50 kali lipat dari estimasi pendapatan tahun 2025. Hal ini menimbulkan kekhawatiran akan kemungkinan koreksi harga jika ekspektasi pasar tidak tercapai.
4. Strategi Masa Depan: Inovasi dan Ekspansi Global
Untuk menjaga momentum pertumbuhan, Pop Mart terus memperluas jaringan distribusi dan membuka flagship store di berbagai negara. Mereka juga menggandeng sejumlah seniman internasional guna menciptakan karakter-karakter baru yang dapat diterima di pasar global. Strategi ini terbukti efektif, karena ekspansi luar negeri menjadi motor utama pertumbuhan perusahaan saat ini.
Selain itu, perusahaan aktif menjalin kerja sama dengan institusi keuangan untuk memperluas jangkauan produknya. Misalnya, beberapa bank sempat menawarkan boneka Labubu sebagai insentif pembukaan rekening baru. Meski sempat dikritik oleh regulator, inisiatif semacam ini menunjukkan betapa kuatnya daya tarik produk Pop Mart di tengah masyarakat.