Erick Thohir Nilai Pertumbuhan Ekonomi 4,87% Masih Cukup Baik, Ini Alasannya

5 May 2025 19:08 WIB
pertumbuhan-ekonomi-indonesia-ternyata-masih-loyo-1_169.jpeg

Kuatbaca.com - Menteri BUMN Erick Thohir menyatakan bahwa angka pertumbuhan ekonomi Indonesia sebesar 4,87% pada kuartal I-2025 patut diapresiasi. Di tengah gejolak ekonomi global yang masih tidak menentu, Erick menilai pencapaian ini menunjukkan bahwa fundamental ekonomi Indonesia masih cukup solid dan mampu bertahan menghadapi tekanan dari luar negeri.

1. Angka Pertumbuhan Lebih Baik dari Perkiraan Banyak Pihak

Menurut Erick, pertumbuhan sebesar 4,87% secara year-on-year (yoy) merupakan angka yang melebihi ekspektasi banyak analis yang sebelumnya memproyeksikan pertumbuhan Indonesia akan melambat lebih tajam. Dengan kenyataan ini, ia menilai Indonesia berada dalam posisi yang relatif kuat, terlebih jika dibandingkan dengan banyak negara lain yang ekonominya masih melemah.

"Pertumbuhan 4,87% saya rasa baik, apalagi banyak pihak memprediksi lebih rendah dari itu. Artinya, kita cukup baik dalam menjaga momentum pertumbuhan," ujar Erick Thohir di kantor Kementerian BUMN, Jakarta, Senin (5/5/2025).

2. Rupiah dan Bursa Saham Mulai Bangkit

Selain pertumbuhan PDB, Erick juga menyoroti pemulihan nilai tukar rupiah terhadap dolar AS yang sebelumnya sempat melemah akibat ketidakpastian global. Menurutnya, penguatan rupiah menjadi indikator penting bahwa kepercayaan pasar terhadap stabilitas ekonomi nasional kembali meningkat.

Tak hanya itu, ia juga menyebut bursa saham Indonesia telah menunjukkan tanda-tanda rebound (pemulihan), yang menjadi sinyal positif untuk investasi dan optimisme pelaku pasar.

3. Konsumsi Rumah Tangga Jadi Motor Utama Pertumbuhan

Berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS), kontribusi terbesar terhadap pertumbuhan ekonomi kuartal I 2025 berasal dari konsumsi rumah tangga, yang mencakup 54,53% dari total Produk Domestik Bruto (PDB). Konsumsi rumah tangga tumbuh sebesar 4,89% yoy, dan menjadi sumber pertumbuhan tertinggi, yaitu 2,61%.

Kepala BPS Amalia Adininggar Widyasanti menjelaskan bahwa konsumsi rumah tangga mendapat dorongan dari momen Ramadan dan Idul Fitri, serta libur panjang yang terjadi pada akhir Maret 2025. Ini memberikan efek positif terhadap peningkatan belanja masyarakat.

4. PMTB dan Ekspor Juga Berkontribusi Positif

Selain konsumsi rumah tangga, pertumbuhan juga ditopang oleh Pembentukan Modal Tetap Bruto (PMTB) atau investasi, yang tumbuh 2,12%, dengan kontribusi sebesar 28,03% terhadap PDB. Meskipun pertumbuhannya melambat, PMTB tetap memberikan sumber pertumbuhan sebesar 0,65%.

Sementara itu, komponen ekspor tumbuh 6,78%, memberikan kontribusi 0,83% terhadap pertumbuhan PDB. Pertumbuhan ekspor ini didorong oleh peningkatan nilai ekspor nonmigas serta kenaikan kunjungan wisatawan mancanegara yang mulai kembali pulih pascapandemi.

5. Belanja Pemerintah Turun karena Tidak Ada Pemilu

Satu-satunya komponen yang mengalami kontraksi adalah konsumsi pemerintah, yang tercatat turun sebesar 1,38%. Amalia menjelaskan bahwa hal ini wajar karena pada kuartal I 2024 lalu terdapat pengeluaran besar untuk Pemilu, sementara di tahun 2025 tidak ada pengeluaran serupa. Alhasil, kontribusi belanja pemerintah terhadap pertumbuhan kali ini adalah negatif, sebesar -0,08%.

6. Optimisme Tetap Menyala di Tengah Tantangan Global

Meski masih terdapat tantangan, terutama dari sisi global seperti ketegangan geopolitik dan inflasi dunia, pemerintah tetap optimistis bahwa ekonomi Indonesia berada di jalur yang tepat. Menteri Erick Thohir juga menggarisbawahi pentingnya kolaborasi antara sektor BUMN dan swasta untuk menjaga momentum pertumbuhan dan membuka lapangan kerja baru.

"Kalau semua elemen bergerak bersama, saya yakin target pertumbuhan ekonomi kita bisa dicapai bahkan ditingkatkan," kata Erick.

7. Momentum Positif Perlu Dijaga

Angka pertumbuhan ekonomi 4,87% pada kuartal pertama 2025 menjadi indikator awal bahwa ekonomi Indonesia masih resisten dan adaptif di tengah berbagai tekanan eksternal. Meskipun beberapa komponen tumbuh melambat, keberhasilan menjaga konsumsi domestik dan ekspor tetap menjadi tulang punggung pemulihan ekonomi nasional.

Dengan dukungan kebijakan yang tepat, serta penguatan daya beli dan investasi, pertumbuhan ekonomi Indonesia di kuartal-kuartal berikutnya masih memiliki peluang untuk meningkat lebih baik lagi.

Fenomena Terkini






Trending