Ekspor Kelapa Tetap Berjalan Meski Harga Dalam Negeri Melonjak

16 May 2025 09:12 WIB
menteri-koordinator-bidang-pangan-zulkifli-hasan-zulhas-foto-dok-istimewa-1744633242415_169.jpeg

Kuatbaca.com - Di tengah melonjaknya harga kelapa di pasar domestik, pemerintah Indonesia memastikan bahwa kegiatan ekspor kelapa tetap akan berlanjut. Menteri Koordinator Bidang Pangan, Zulkifli Hasan, menegaskan bahwa ekspor tidak akan dihentikan meskipun harga kelapa di dalam negeri mengalami peningkatan. Menurutnya, justru harga yang tinggi memberikan manfaat langsung bagi para petani karena pendapatan mereka ikut terdongkrak.

“(Kelapa mahal) ya baguslah untuk petani, ya. Solusinya tanam yang banyak,” ujar Zulkifli Hasan dalam perhelatan World of Coffee Jakarta 2025 di Jakarta Convention Center, Kamis (15/5/2025). Ia menambahkan bahwa saat ini minat petani terhadap penanaman kelapa kembali meningkat karena harga jual yang menguntungkan.

1. Kenaikan Harga Dorong Produktivitas Petani

Kenaikan harga kelapa tidak selalu membawa dampak negatif. Justru sebaliknya, Zulkifli melihat hal ini sebagai momentum positif untuk membangkitkan semangat petani agar memperluas lahan tanam kelapa. Kondisi ini dianggap mampu memutar roda ekonomi di sektor hulu, dari penanaman hingga distribusi.

"Enggak, enggak, enggak, nggak ada (setop ekspor kelapa). Petaninya lagi untung banyak sekarang, bagus," tambahnya. Dengan harga jual yang lebih tinggi, petani mendapatkan insentif alami untuk menanam lebih banyak kelapa demi memenuhi permintaan pasar internasional dan domestik secara seimbang.

2. Permintaan Global Jadi Pendorong Kenaikan Harga

Salah satu faktor utama di balik kenaikan harga kelapa di Indonesia adalah meningkatnya permintaan dari pasar luar negeri, terutama China. Kelapa dari Indonesia diolah menjadi santan (coconut milk), yang kini digunakan sebagai alternatif susu dalam minuman kopi oleh masyarakat Tiongkok. Inovasi ini membuat permintaan kelapa melonjak tajam.

“Kelapa sekarang langka karena kelapa diolah jadi susu. Jadi di Tiongkok sekarang orang minum kopi bukan pakai susu, tapi pakai santan kelapa, jadi kelapa mahal,” jelas Zulkifli Hasan. Fenomena ini memperlihatkan bagaimana tren global dapat mempengaruhi rantai pasokan komoditas lokal secara langsung.

3. Harga Kelapa di Pasar Tradisional Melonjak Tajam

Imbas dari tingginya permintaan global membuat harga kelapa di pasar domestik ikut terdongkrak. Di beberapa pasar tradisional, harga kelapa parut melonjak dua kali lipat dibandingkan harga normal. Di Pasar Rawa Bebek, Bekasi misalnya, harga satu butir kelapa parut bisa mencapai Rp 25.000, tergantung ukuran.

"Kalau sekarang Rp 20.000-25.000, tergantung ukurannya, kalau yang kecil ya Rp 20.000, kalau yang gede Rp 25.000. Kalau lagi normal, yang gede paling Rp 15.000, yang kecil Rp 10.000," ungkap Usin, salah satu pedagang kelapa. Lonjakan harga ini dikhawatirkan bisa menekan pelaku usaha kecil yang mengandalkan kelapa sebagai bahan baku, seperti penjual makanan tradisional.


4. Usulan Moratorium Ekspor Sempat Mengemuka

Meskipun pemerintah pusat menegaskan tidak akan menghentikan ekspor kelapa, usulan berbeda sempat muncul dari Kementerian Perindustrian (Kemenperin). Direktur Jenderal Industri Agro, Putu Juli Ardika, menyampaikan bahwa pihaknya mengusulkan moratorium ekspor kelapa bulat selama tiga hingga enam bulan sebagai solusi jangka pendek untuk menstabilkan pasokan domestik.

Hal ini disampaikan dalam berbagai rapat koordinasi antar kementerian, menyusul laporan dari industri pengolahan kelapa dalam negeri yang mengeluhkan keterbatasan bahan baku. Jika tidak segera diatasi, kelangkaan tersebut bisa berdampak pada operasional industri dan berujung pada pengurangan tenaga kerja.

Fenomena Terkini






Trending