Ekspor Batu Bara Indonesia Anjlok di 2025, China dan India Jadi Penyebab Utama

1. Penurunan Ekspor Batu Bara Jadi Sorotan BPS
Kuatbaca.com - Kinerja ekspor batu bara Indonesia mengalami tekanan signifikan sepanjang tahun 2025. Badan Pusat Statistik (BPS) melaporkan bahwa ekspor komoditas andalan ini turun sebesar 19,10% secara kumulatif selama periode Januari hingga Mei 2025. Angka ini menjadi perhatian serius karena batu bara termasuk salah satu kontributor utama dalam ekspor non-migas nasional.
Dalam paparannya, Deputi Bidang Statistik Distribusi dan Jasa BPS, Pudji Ismartini, menyampaikan bahwa batu bara bersama besi baja serta crude palm oil (CPO) dan produk turunannya menyumbang sekitar 29,01% dari total ekspor non-migas Indonesia. Namun, berbeda dengan besi baja dan CPO yang mengalami kenaikan, batu bara justru mencatatkan kinerja negatif.
Secara rinci, nilai ekspor besi dan baja tercatat naik 11,02%, sementara CPO dan turunannya mencatatkan lonjakan ekspor sebesar 27,89%. Di sisi lain, batu bara mengalami tekanan berat, menjadi satu-satunya dari ketiga komoditas unggulan yang mencatat penurunan cukup dalam.
Penurunan ekspor ini tentu menjadi tanda waspada bagi pemerintah dan pelaku industri, terutama karena batu bara selama ini menjadi tulang punggung ekspor energi Indonesia.
2. China dan India Pangkas Impor Batu Bara RI
Dari sisi negara tujuan, penurunan terbesar ekspor batu bara Indonesia tercatat berasal dari tiga pasar utama yakni China, India, dan Jepang. Negara-negara ini sebelumnya dikenal sebagai mitra dagang strategis untuk komoditas batu bara RI.
China menjadi penyumbang penurunan terbesar, dengan nilai ekspor turun hingga 37,34% dan volume pengiriman turun 19,39%. Angka ini menjadi pukulan besar mengingat China selama ini merupakan salah satu pasar terbesar untuk batu bara Indonesia.
India juga menunjukkan tren yang sama, dengan nilai ekspor menurun 21,64% dan volume ekspor turun 9,68%. Sementara itu, Jepang mencatatkan penurunan nilai ekspor batu bara sebesar 36,11% dan volume turun 22,68%.
Penurunan tajam dari tiga negara tersebut jelas memberikan dampak langsung terhadap total kinerja ekspor Indonesia secara keseluruhan. Mengingat ketiganya adalah pasar utama, fluktuasi permintaan dari negara-negara tersebut sangat menentukan arah pasar ekspor batu bara.
3. Dugaan Peralihan ke Batu Bara Kalori Tinggi
Menanggapi penurunan ini, BPS belum dapat memastikan apakah tren tersebut disebabkan oleh peralihan negara-negara tersebut ke batu bara berkalori tinggi. Hal ini menjadi perhatian tersendiri, mengingat batu bara kalori tinggi diketahui memiliki harga dan kualitas lebih tinggi, serta lebih ramah lingkungan untuk kebutuhan industri pembangkit listrik modern.
Menurut Pudji, dugaan bahwa China dan India mulai beralih ke jenis batu bara berkalori tinggi perlu dibuktikan lewat kajian mendalam. Sebab, perubahan pola permintaan seperti itu tidak hanya berpengaruh pada volume ekspor, tapi juga menentukan arah kebijakan produksi dan eksplorasi batu bara dalam negeri ke depan.
"Untuk melihat ada atau tidaknya peralihan tersebut, dibutuhkan kajian lebih lanjut," ujar Pudji dalam konferensi pers di Kantor BPS, Jakarta, Selasa (1/7/2025).
Jika benar terjadi pergeseran permintaan, maka Indonesia perlu mengevaluasi ulang strategi ekspor dan mempercepat hilirisasi atau pengolahan batu bara agar bisa bersaing dengan negara lain yang menyediakan batu bara kualitas tinggi.
4. Dampak Ekonomi dan Tantangan ke Depan
Penurunan ekspor batu bara ini berpotensi mempengaruhi pendapatan negara, terutama dari sektor energi dan pertambangan. Selain itu, daerah penghasil batu bara seperti Kalimantan dan Sumatera juga berpotensi terkena dampaknya melalui penurunan aktivitas tambang, pendapatan daerah, dan potensi risiko pemutusan hubungan kerja (PHK) di industri pendukungnya.
Meskipun nilai total ekspor Indonesia masih mengalami peningkatan secara keseluruhan karena kontribusi dari sektor lain seperti CPO dan besi baja, namun anjloknya batu bara tetap menjadi perhatian. Sebab, selama ini batu bara menyumbang porsi ekspor yang sangat signifikan.
Sebagai langkah antisipasi, pemerintah diharapkan mendorong diversifikasi pasar ekspor batu bara, membuka peluang ke negara-negara non-tradisional, serta mempercepat integrasi kebijakan hilirisasi batu bara ke dalam skema ekspor berkelanjutan.
Penting juga untuk meningkatkan kualitas batu bara nasional agar sesuai dengan standar dan kebutuhan negara tujuan ekspor. Dalam jangka panjang, ketahanan ekspor komoditas ini akan sangat ditentukan oleh inovasi, efisiensi, dan keberhasilan Indonesia dalam memenuhi tuntutan pasar global yang makin ketat terhadap energi bersih dan efisien.