Dolar AS Tembus Nyaris Rp 16.500, Rupiah Kian Tertekan

Kuatbaca.com -Nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS) terus mengalami tekanan signifikan. Pada awal perdagangan Rabu, 7 Mei 2025, dolar AS nyaris menembus level psikologis Rp 16.500 per dolar. Penguatan dolar ini menunjukkan tren dominan yang berpotensi memberi dampak pada berbagai sektor ekonomi, mulai dari harga impor hingga stabilitas keuangan domestik.
Dalam data pasar terkini, dolar AS dibuka di level Rp 16.461 dan kemudian melonjak ke posisi Rp 16.493, naik sekitar 44 poin atau 0,27% dibandingkan penutupan sebelumnya. Pergerakan ini menambah tekanan terhadap rupiah yang selama beberapa bulan terakhir sudah menunjukkan pelemahan secara bertahap, seiring dengan dinamika pasar global.
1. Dolar AS Menguat Terhadap Sebagian Besar Mata Uang Asia
Tidak hanya terhadap rupiah, penguatan dolar AS juga tercatat meluas terhadap mayoritas mata uang di kawasan Asia. Dolar AS menguat 1,21% terhadap won Korea Selatan, lalu terhadap dolar Taiwan sebesar 0,14%, serta ringgit Malaysia sebesar 0,19%. Hal ini mencerminkan dominasi dolar AS sebagai mata uang cadangan utama dunia dalam kondisi ketidakpastian ekonomi global.
Lebih lanjut, dolar AS juga mencatat penguatan 0,33% terhadap dolar Singapura, 0,48% terhadap yen Jepang, dan 0,10% terhadap yuan China. Beberapa mata uang lain seperti rupee India dan baht Thailand juga menunjukkan pelemahan, masing-masing 0,21% dan 0,47% terhadap dolar AS.
2. Faktor Global Pengaruhi Penguatan Dolar AS
Penguatan dolar AS yang meluas ini dipengaruhi oleh sejumlah faktor global. Salah satunya adalah ekspektasi bahwa Federal Reserve AS masih akan mempertahankan suku bunga tinggi untuk menekan inflasi. Suku bunga yang tinggi membuat aset dalam dolar menjadi lebih menarik bagi investor global, sehingga permintaan terhadap dolar meningkat.
Selain itu, ketegangan geopolitik serta ketidakpastian ekonomi di berbagai kawasan turut mendorong investor beralih ke aset yang dianggap aman, salah satunya dolar AS. Dalam situasi seperti ini, mata uang negara berkembang seperti rupiah cenderung mengalami tekanan.
3. Dampak Penguatan Dolar Terhadap Ekonomi Indonesia
Penguatan dolar AS memiliki sejumlah dampak nyata terhadap perekonomian Indonesia. Sektor yang paling langsung terdampak adalah impor, di mana biaya pengadaan barang dari luar negeri menjadi lebih mahal. Hal ini bisa mendorong inflasi, terutama pada barang konsumsi dan bahan baku industri yang masih tergantung pada impor.
Selain itu, sektor korporasi yang memiliki utang dalam denominasi dolar juga berpotensi terdampak, karena akan membutuhkan rupiah lebih banyak untuk membayar cicilan. Tekanan terhadap nilai tukar juga bisa mengganggu neraca transaksi berjalan dan menambah beban Bank Indonesia untuk menjaga stabilitas pasar valuta asing.
4. Strategi Pemerintah dan Bank Indonesia Jaga Stabilitas Rupiah
Untuk menghadapi tekanan ini, Bank Indonesia (BI) biasanya akan mengambil langkah-langkah stabilisasi melalui intervensi di pasar valas, penguatan suku bunga acuan, dan pengelolaan cadangan devisa secara hati-hati. BI juga mendorong penggunaan rupiah dalam transaksi domestik dan internasional, khususnya untuk perdagangan antarnegara mitra strategis.
Di sisi lain, pemerintah juga diharapkan menjaga kepercayaan investor dengan menciptakan kebijakan ekonomi yang konsisten, transparan, dan pro-pasar. Reformasi struktural yang terus dilakukan, termasuk percepatan hilirisasi industri dan peningkatan ekspor bernilai tambah, menjadi strategi jangka panjang dalam memperkuat posisi rupiah di tengah tekanan eksternal.