Dinamika Pinjaman BRI China dan Tantangan Penagihannya

29 November 2023 07:46 WIB
6565e423bc6c6.jpg

Kuatbaca.com - Inisiatif Sabuk dan Jalan (Belt and Road Initiative/BRI) dari China telah menjadi sorotan internasional karena dampaknya yang masif dalam mendukung pembangunan infrastruktur di berbagai negara di seluruh dunia. Namun, dengan jumlah pinjaman yang mencapai triliunan dolar, pertanyaan muncul tentang bagaimana China akan menagih pinjaman ini, terutama ketika beberapa negara peminjam menghadapi kesulitan keuangan.

BRI: Mengubah Peta Infrastruktur Global

Inisiatif BRI, atau yang dikenal sebagai Jalur Sutra Baru, merupakan proyek ambisius yang telah mendukung lebih dari 21.000 proyek infrastruktur di berbagai belahan dunia. Tujuan utamanya adalah menghidupkan kembali rute perdagangan kuno antara China dan negara-negara lain, membangun konektivitas global, dan meningkatkan pengaruh China secara internasional.

Besarnya Pinjaman dan Dampaknya

Dalam satu dekade terakhir, China telah memberikan pinjaman sebesar Rp 20.133 triliun atau lebih dari 1,3 triliun dolar AS melalui BRI. Proyek ini mencakup pembangunan jembatan, pelabuhan, jalan raya, dan infrastruktur lainnya di negara-negara berpenghasilan rendah dan menengah. Namun, seiring berjalannya waktu, pertanyaan muncul tentang keberlanjutan dan dampak jejak karbon yang dihasilkan oleh proyek-proyek ini.

Tantangan Penagihan dan Utang Bermasalah

AidData melaporkan bahwa sekitar 80% dari pinjaman China kepada negara-negara berkembang diberikan kepada negara-negara yang mengalami kesulitan keuangan. Total utang yang belum dilunasi diperkirakan mencapai Rp 17 kuadriliun atau lebih dari 1,1 triliun dolar AS. Meskipun laporan ini tidak memberikan angka pasti mengenai pinjaman yang macet, pembayaran yang tertunggak telah meningkat, dan sejumlah proyek BRI dinilai berisiko.

Situasi Pinjaman BRI yang Memuncak

Beberapa proyek BRI telah mencapai masa pembayaran kembali, namun saat ini, suku bunga global yang meningkat membuat beban pembayaran semakin berat bagi negara-negara peminjam. China, dalam beberapa kasus, bahkan meningkatkan suku bunga sebagai denda atas keterlambatan pembayaran. Laporan AidData juga mencatat bahwa sejumlah proyek BRI telah dibatalkan atau ditangguhkan.

Respons China dan Alternatif Global

China, menyadari risiko dari pinjaman bermasalah, kini mengadopsi strategi baru untuk mengurangi risiko ini. Mereka menyediakan pinjaman penyelamatan untuk membantu negara-negara peminjam yang kesulitan membayar utang. Di sisi lain, negara-negara seperti Amerika Serikat dan Uni Eropa mencoba bersaing dengan China melalui inisiatif mereka sendiri.

Build Back Better World (B3W) dan Global Gateway

AS melalui inisiatif B3W dan Uni Eropa melalui Global Gateway mencoba menawarkan alternatif terhadap BRI. Meskipun jumlah investasi mungkin tidak dapat menandingi China, G7 telah menghabiskan lebih banyak uang pada tahun 2021 daripada China. Ini menjadi bagian dari upaya global untuk memberikan opsi lebih banyak kepada negara-negara berkembang dalam pembiayaan proyek-proyek infrastruktur.

Peringatan dan Peluang

Meskipun upaya Amerika Serikat dan Eropa untuk bersaing dengan BRI, AidData memperingatkan agar tidak mencoba bersaing secara langsung dan menyarankan untuk fokus pada penawaran opsi yang lebih baik. Keberhasilan dan kegagalan proyek BRI memberikan peluang bagi negara-negara yang terkena dampak untuk kembali ke orbit Barat, seperti yang terjadi dengan beberapa negara seperti Sri Lanka.

Dinamika pinjaman BRI China dan tantangan penagihannya menggambarkan kompleksitas dalam mengelola proyek-proyek infrastruktur global. Sementara China berusaha menjaga pengaruhnya melalui BRI, negara-negara lain juga berusaha menyajikan alternatif dan memitigasi risiko. Di tengah ketegangan ini, negara-negara peminjam harus mempertimbangkan dengan cermat implikasi jangka panjang dari pinjaman ini terhadap keuangan dan keberlanjutan lingkungan mereka.

(*)

Fenomena Terkini






Trending