Danantara Miliki Aset Rp 14.800 Triliun, Kadin: Ini Peluang Besar untuk Akselerasi Investasi Nasional

Kuatbaca.com - Indonesia memasuki babak baru dalam pengelolaan kekayaan nasional dengan hadirnya Badan Pengelola Investasi Daya Anagata Nusantara, atau dikenal sebagai Danantara. Lembaga ini mengelola aset negara yang luar biasa besar, mencapai sekitar US$ 900 miliar atau setara dengan Rp 14.836 triliun. Aset tersebut berasal dari konsolidasi berbagai entitas Badan Usaha Milik Negara (BUMN), dan kini dijadikan fondasi untuk mendorong investasi dalam negeri ke arah yang lebih agresif dan terarah.
Ketua Umum Kamar Dagang dan Industri (Kadin) Indonesia, Anindya Novyan Bakrie, mengungkap bahwa pengelolaan aset oleh Danantara memberikan potensi besar dalam memperkuat ketahanan ekonomi nasional. Menurutnya, jika efisiensi dalam pengelolaan aset ini ditingkatkan hanya satu persen, maka Indonesia bisa meraih tambahan pemasukan senilai US$ 10 miliar. “Bayangkan jika efisiensi naik 1%, hasilnya bisa bertambah US$ 10 miliar lagi,” ujarnya dalam forum diplomasi ekonomi bertajuk Monthly Economic Diplomatic Breakfast yang digelar Kadin di Jakarta, Jumat (9/5/2025).
1. Tata Kelola Modern dan Terobosan Struktural dalam Tubuh Danantara
Lebih dari sekadar lembaga investasi, Danantara dirancang untuk mendorong efisiensi dan tata kelola perusahaan yang baik (Good Corporate Governance) di lingkungan BUMN. Salah satu strategi yang diterapkan adalah perampingan struktur direksi dan komisaris. Pendekatan ini dipandang sebagai terobosan besar dalam membentuk ekosistem bisnis negara yang lebih ramping dan efisien.
Anindya memaparkan bahwa pendekatan ini mendapat apresiasi tinggi dalam pertemuan internasional sebelumnya di Los Angeles, Amerika Serikat. Menurutnya, mitra internasional melihat Danantara sebagai model baru investasi negara yang mampu menyatukan efisiensi dan pertumbuhan. “Ini suatu breakthrough untuk membuat BUMN lebih efisien tapi juga mampu menskalakan investasi ke depan,” ucap Anindya.
2. Sinergi Kadin dan Tokoh-Tokoh Kunci Percepat Visi Danantara
Kesuksesan Danantara tidak lepas dari keterlibatan tokoh-tokoh berpengaruh di dunia bisnis dan pemerintahan. Beberapa di antaranya adalah Dony Oskaria sebagai Chief Operating Officer (COO), Rosan Roeslani selaku mantan Ketua Kadin, dan Pandu Patria Sjahrir yang berperan sebagai Chief Investment Officer (CIO). Keikutsertaan mereka memperkuat kredibilitas dan arah strategis lembaga ini.
Anindya juga menyampaikan rasa terima kasih atas pelibatan Kadin dalam proyek nasional ini. “Danantara ini kan tentunya juga punya kita semua, dan kita dianggap sebagai mitra strategis oleh pemerintah. Ini suatu yang sangat berarti,” katanya. Ia menilai sinergi antara pemerintah dan pelaku usaha akan mempercepat realisasi manfaat ekonomi dari pengelolaan aset negara.
3. Indonesia Makin Dilirik Dunia Lewat Diplomasi Ekonomi dan Mineral Strategis
Di forum yang sama, Anindya turut membahas perkembangan hubungan ekonomi Indonesia dengan Amerika Serikat. Ia menyebutkan bahwa surplus perdagangan Indonesia dengan AS yang mencapai US$ 18 miliar berpotensi meningkat tajam dalam waktu dekat, terutama melalui ekspor energi dan barang-barang pertanian seperti kedelai, kapas, daging, dan susu.
Menurutnya, potensi ekspor-impor dengan AS bisa mencapai US$ 80 miliar dalam dua tahun ke depan, bahkan menembus US$ 120 miliar dalam empat tahun—setara dengan nilai perdagangan Indonesia dengan Tiongkok. Anindya juga menegaskan bahwa kekuatan Indonesia dalam peta ekonomi global diperkuat oleh kepemilikan mineral kritis seperti nikel, tembaga, dan bauksit. “Sekarang ekonomi memang lagi ada headwind sedikit. Tapi kalau dilihat secara fundamental, dibanding negara lain, kita sanggup,” tegasnya.
4. Danantara Berbeda dengan SWF Lain, Fokus pada Dividen BUMN
Berbeda dengan Sovereign Wealth Fund (SWF) pada umumnya yang mengelola surplus pendapatan negara, Danantara menekankan bahwa investasi mereka tidak bersumber dari APBN, melainkan dari dividen BUMN. Hal ini disampaikan langsung oleh COO Danantara, Dony Oskaria.
“Kita sudah buat batas yang jelas dari awal. Tidak boleh ada pencampuran risiko antara operasional BUMN dengan investasi. Yang kita investasikan adalah dividen, bukan dana dari APBN,” ungkap Dony. Ia juga menambahkan pentingnya edukasi publik terkait model bisnis Danantara agar tidak menimbulkan kesalahpahaman.
Menurut Dony, keberhasilan Danantara sangat bergantung pada kemampuannya mengelola dividen dan mengoptimalkan aset yang dimiliki BUMN. “Makanya core kita bukan APBN tetapi kemampuan kita mengelola BUMN menjadi core daripada suksesnya Danantara,” tandasnya.