Dana Asing Kabur Rp 50,72 Triliun, Pasar Saham RI Tertekan Imbas Kebijakan Trump

1. Capital Outflow Meningkat Tajam, Pasar Saham RI Tertekan
Kuatbaca.com - Pasar modal Indonesia kembali dilanda tekanan besar akibat capital outflow asing yang meningkat tajam. Hingga Mei 2025, total dana asing yang hengkang dari pasar saham Indonesia mencapai Rp 50,72 triliun secara year to date (YtD). Fenomena ini menjadi sorotan dalam konferensi pers Otoritas Jasa Keuangan (OJK) yang disampaikan oleh Inarno Djajadi, Kepala Eksekutif Pengawas Pasar Modal, Keuangan Derivatif, dan Bursa Karbon (KE PMDK).
Menurut Inarno, tekanan yang terjadi di pasar keuangan tidak lepas dari pengaruh eksternal, khususnya pengumuman tarif resiprokal oleh Presiden AS Donald Trump yang memicu ketidakpastian global dan mendorong investor asing menarik dananya dari pasar negara berkembang, termasuk Indonesia.
2. Kapitalisasi Pasar Naik Bulanan, Tapi Turun Tahunan
Di tengah tekanan yang terjadi, OJK mencatat adanya peningkatan nilai kapitalisasi pasar sebesar 5,20% secara month to date (MtD) menjadi Rp 11.705 triliun. Namun, jika dilihat dari awal tahun, kapitalisasi pasar justru mengalami penurunan sebesar 5,11% secara YtD.
Sementara itu, net sales asing selama sebulan terakhir tercatat sebesar Rp 20,79 triliun, yang turut menyumbang pada total net sell asing sepanjang tahun ini senilai Rp 50,72 triliun.
3. Pasar Obligasi Juga Alami Tekanan
Bukan hanya pasar saham, pasar obligasi juga ikut terpengaruh. Indeks Obligasi Indonesia Composite Bond Index (ICBI) melemah 1,61% secara MtD, meskipun masih menunjukkan kenaikan sebesar 3,39% secara YtD ke level 405,99.
Investor asing juga mencatatkan penjualan bersih (net sales) di pasar obligasi sebesar Rp 0,01 triliun bulan ini, dan Rp 1,42 triliun secara YtD, mengindikasikan tekanan lanjutan di sektor ini.
4. Buyback Saham Jadi Strategi Emiten Tekan Volatilitas
Sebagai respons terhadap gejolak pasar, sejumlah emiten melakukan buyback saham tanpa melalui Rapat Umum Pemegang Saham (RUPS). Tercatat ada 32 emiten yang merencanakan buyback dengan total dana alokasi mencapai Rp 16,90 triliun.
Namun hingga akhir April 2025, hanya 24 emiten yang telah melaksanakan buyback dengan total nilai realisasi sebesar Rp 937,42 miliar, atau hanya 5,55% dari total dana yang disiapkan. Hal ini menunjukkan bahwa upaya stabilisasi harga saham masih tergolong lambat dan belum maksimal.
5. Kebijakan Penyeimbang Pasar Diterapkan OJK
Untuk menjaga stabilitas dan meminimalkan volatilitas pasar, OJK mengambil beberapa langkah penting, di antaranya:
- Menunda implementasi pembiayaan transaksi short selling
- Menyesuaikan batasan trading halt saat IHSG mengalami penurunan tajam
- Memberlakukan Auto Rejection Asimetris untuk menahan penurunan harga saham secara drastis
Kebijakan ini ditujukan agar investor tetap merasa aman dan pasar tidak mengalami tekanan psikologis yang berlebihan akibat pergerakan harga ekstrem dalam waktu singkat.
6. OJK Pantau Pergerakan Modal dan Antisipasi Dampak Global
OJK memastikan akan terus memantau pergerakan modal asing, melakukan koordinasi dengan kementerian terkait, dan mengeluarkan kebijakan strategis yang berbasis data dan tren global. Pasar keuangan Indonesia memang tak lepas dari imbas kebijakan luar negeri, terutama dari Amerika Serikat yang saat ini tengah menggencarkan kebijakan proteksionisme melalui tarif resiprokal.
Kapital outflow besar-besaran menjadi tantangan serius bagi pasar modal Indonesia di tahun 2025. Kebijakan pemerintah AS dan gejolak global memicu investor menarik dana, sementara OJK terus menyiapkan strategi stabilisasi. Kolaborasi antara regulator, emiten, dan pelaku pasar diharapkan mampu menjaga kepercayaan dan mendorong arus modal kembali masuk ke Tanah Air.