Dampak Perang Israel-Iran Mulai Terasa di Pasar Saham Indonesia, IHSG Terkoreksi

Kuatbaca.com - Gejolak geopolitik yang terjadi di Timur Tengah, khususnya perang antara Israel dan Iran, mulai memengaruhi pasar keuangan global, termasuk Indonesia. Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) menunjukkan pelemahan dalam beberapa hari terakhir, seiring meningkatnya ketidakpastian investor terhadap eskalasi konflik antarnegara tersebut.
1. IHSG Melemah Saat Serangan Terjadi di Teheran
Perang antara Israel dan Iran pecah pada Jumat, 16 Juni 2025, setelah laporan serangan yang dilakukan Israel di ibu kota Iran, Teheran. Situasi ini sontak memicu reaksi pasar, termasuk pasar modal Indonesia yang langsung merespons dengan penurunan indeks.
Pada hari tersebut, IHSG ditutup melemah 0,53% ke posisi 7.166,06. Total nilai transaksi tercatat sebesar Rp 15,21 triliun dengan volume mencapai 26,69 miliar lembar saham, dari lebih dari 1,36 juta transaksi. Ketegangan geopolitik tersebut memperbesar kekhawatiran pelaku pasar terhadap risiko eksternal yang dapat menekan arus modal global.
Pelemahan IHSG ini terjadi meski tercatat adanya net foreign buy sebesar Rp 478,76 miliar, yang menandakan bahwa sebagian investor asing masih melihat peluang jangka panjang di pasar saham Indonesia di tengah volatilitas global.
2. Penurunan IHSG Berlanjut ke Awal Pekan
Tak berhenti pada Jumat, pelemahan IHSG kembali berlanjut pada Senin (17/6/2025). IHSG ditutup turun 0,68% ke level 7.117,59, dengan nilai transaksi harian sebesar Rp 14,97 triliun. Volume transaksi menurun menjadi 24,62 miliar lembar saham, dengan total transaksi sebanyak 1.494.714 kali.
Pelemahan ini memperkuat tren koreksi mingguan IHSG. Dalam periode 9–13 Juni 2025, indeks telah mencatat penurunan 0,74%, dari level 7.113,425 di pekan sebelumnya. Tekanan ini menunjukkan bahwa faktor eksternal, terutama ketegangan geopolitik, semakin menjadi fokus investor.
Direktur Pengembangan Bursa Efek Indonesia (BEI), Jeffrey Hendrik, menanggapi bahwa pasar modal Indonesia memang cukup sensitif terhadap dinamika global seperti ini. Ia berharap dampaknya tidak terlalu dalam, meskipun potensi gangguan dari perang tetap harus diwaspadai secara aktif.
3. Bursa Asia Mengalami Pergerakan Campuran
Sementara IHSG mencatat pelemahan, bursa-bursa di kawasan Asia menunjukkan pergerakan yang bervariasi. Berdasarkan laporan Pilarmas Investindo Sekuritas, indeks Nikkei 225 (Tokyo) justru menguat sebesar 1,26% ke level 38.311,30. Hal ini menunjukkan bahwa sebagian investor masih menaruh optimisme pada pasar Jepang, didorong data ekonomi dan sentimen domestik.
Begitu juga dengan Hang Seng Index (Hong Kong) yang naik 0,70%, dan Shanghai Composite Index (China) yang menguat 0,35%, menunjukkan bahwa pasar China relatif stabil di tengah ketegangan Timur Tengah. Di sisi lain, Straits Times Index (Singapura) mengalami koreksi ringan sebesar 0,08%, menandakan kehati-hatian investor regional tetap tinggi.
Laporan Pilarmas juga menyebutkan bahwa konflik Israel-Iran yang telah memasuki hari keempat membuat investor tetap waspada. Ketidakpastian yang belum mereda membuat pelaku pasar lebih selektif dalam mengambil keputusan investasi.
4. Arah IHSG Masih Bergantung pada Situasi Global
Melihat kondisi saat ini, arah pergerakan IHSG dalam jangka pendek masih akan sangat ditentukan oleh perkembangan konflik di Timur Tengah. Jika eskalasi terus berlanjut, bukan tidak mungkin investor global akan lebih memilih aset aman seperti emas atau obligasi, sehingga potensi arus modal keluar dari pasar negara berkembang pun meningkat.
Namun demikian, jika konflik dapat dikendalikan atau mereda dalam waktu dekat, pelaku pasar diperkirakan akan kembali ke aset berisiko seperti saham, termasuk IHSG. Dalam situasi seperti ini, respon cepat dari pemerintah, stabilitas fundamental ekonomi, serta kepercayaan investor lokal menjadi sangat penting untuk menjaga kinerja pasar saham nasional.
Secara keseluruhan, meski pasar global tengah bergejolak, Indonesia masih memiliki fondasi ekonomi yang cukup kuat. Oleh karena itu, pelemahan IHSG saat ini lebih banyak dipengaruhi oleh sentimen eksternal ketimbang faktor fundamental domestik.