Dampak Pelemahan Ekonomi Global Terhadap Transisi Energi di Indonesia

Kuatbaca.com - Menteri Keuangan Indonesia, Sri Mulyani Indrawati, baru-baru ini bertemu dengan Rachel Kyte, Special Representative for Climate dari Inggris, untuk membahas tantangan besar yang dihadapi dunia terkait transisi energi. Dalam pertemuan yang juga dihadiri oleh Duta Besar Inggris untuk Indonesia, Dominic Jermey, Sri Mulyani menekankan bahwa kondisi pelemahan ekonomi global yang sedang berlangsung dapat menghambat upaya transisi energi yang semakin mendesak. Transisi ini sangat penting dalam menghadapi tantangan perubahan iklim dan mengurangi ketergantungan pada energi fosil yang berbahaya bagi lingkungan.
1. Tantangan Transisi Energi di Tengah Krisis Ekonomi Global
Sri Mulyani mengungkapkan bahwa kondisi ekonomi global yang melemah berdampak signifikan terhadap transisi energi yang sedang diupayakan banyak negara, termasuk Indonesia. Menurutnya, gangguan dalam rantai pasokan, yang terjadi akibat ketegangan global dan krisis ekonomi, menjadi salah satu faktor utama yang memperlambat implementasi energi hijau dan teknologi ramah lingkungan. Meskipun agenda transisi energi tetap menjadi prioritas banyak negara, kenyataannya isu ini semakin jarang dibahas dalam forum-forum multilateral karena fokus dunia saat ini lebih banyak tertuju pada pemulihan ekonomi pasca-pandemi dan isu-isu ekonomi lainnya.
2. Investasi Energi Hijau Terancam Karena Pelemahan Ekonomi
Dalam pertemuan tersebut, Sri Mulyani menekankan bahwa penurunan investasi global dalam sektor energi hijau, akibat pelemahan ekonomi, dapat memperburuk proses transisi energi. Ketergantungan pada sumber energi fosil, seperti batu bara, akan semakin panjang jika negara-negara gagal menarik investasi yang dibutuhkan untuk mendukung pengembangan energi terbarukan. Tanpa dukungan investasi yang cukup, upaya untuk mengurangi emisi gas rumah kaca dan meningkatkan penggunaan energi bersih akan semakin terhambat. Oleh karena itu, Sri Mulyani mengingatkan bahwa Indonesia dan negara-negara lain harus menemukan cara untuk menjaga momentum transisi energi ini meskipun berada dalam situasi ekonomi yang penuh tantangan.
3. Dampak Perubahan Iklim yang Tidak Terhindarkan
Sri Mulyani juga menyatakan keprihatinannya terkait dampak perubahan iklim yang terus meningkat, meskipun transisi energi yang lebih ramah lingkungan telah menjadi fokus global. Ia menjelaskan bahwa semakin lama negara-negara tertinggal dalam mengalihkan ketergantungannya pada energi fosil, maka dampak perubahan iklim yang lebih parah akan semakin sulit dihindari. Dengan kata lain, keterlambatan dalam implementasi energi hijau akan berujung pada peningkatan bencana alam, cuaca ekstrem, dan kerusakan lingkungan yang lebih parah, yang tentunya akan berdampak langsung pada kehidupan masyarakat dunia, termasuk Indonesia.
4. Menjaga Komitmen terhadap Aksi Iklim di Tengah Krisis
Meskipun tantangan besar ini ada di depan mata, Sri Mulyani tetap optimis bahwa kerjasama internasional tetap bisa menjadi kunci dalam mengatasi hambatan-hambatan yang ada. Ia menegaskan pentingnya menjaga komitmen global terhadap aksi iklim, bahkan di tengah krisis ekonomi yang sedang melanda. Menurutnya, peran serta negara-negara maju dan negara berkembang dalam berkolaborasi untuk mendukung transisi energi adalah langkah yang tak bisa ditunda. "Kita harus tetap bertahan pada tujuan jangka panjang yang lebih besar, yaitu menciptakan masa depan yang lebih berkelanjutan untuk generasi yang akan datang," kata Sri Mulyani.
Dengan adanya kolaborasi antara Indonesia dan negara-negara lain, diharapkan transisi energi bisa tetap berjalan meski dihadapkan pada tantangan ekonomi global. Menurut Sri Mulyani, isu perubahan iklim dan energi hijau harus tetap menjadi prioritas, karena dampaknya tidak hanya terasa dalam jangka pendek, tetapi juga akan menentukan kondisi dunia di masa depan.
5. Urgensi Menanggulangi Hambatan pada Transisi Energi
Krisis ekonomi global memang menambah tantangan dalam proses transisi energi, namun Sri Mulyani mengingatkan bahwa ini bukanlah alasan untuk mengabaikan agenda besar tersebut. Menurutnya, meskipun ada tantangan terkait rantai pasokan dan fluktuasi ekonomi, Indonesia dan negara-negara lainnya harus tetap fokus pada pemenuhan target energi terbarukan dan mengurangi ketergantungan pada energi fosil. Ini adalah langkah penting untuk menghadapi ancaman perubahan iklim yang semakin nyata dan tidak bisa diabaikan. Kolaborasi global menjadi kunci dalam memastikan bahwa meskipun ekonomi global melemah, transisi energi tetap dapat berjalan sesuai dengan harapan dunia.
Dengan pertemuan yang sangat produktif ini, Sri Mulyani dan Rachel Kyte menunjukkan betapa pentingnya sinergi antara negara-negara di dunia dalam menghadapi tantangan transisi energi yang semakin kompleks. Melalui upaya bersama, diharapkan proses transisi energi dapat tetap berjalan meskipun adanya tekanan dari pelemahan ekonomi global, dan kita dapat menciptakan masa depan yang lebih berkelanjutan bagi bumi dan masyarakat dunia.