Cadangan Beras RI Pecah Rekor, Pengaruhi Harga Pasar Dunia

15 May 2025 08:14 WIB
stok-beras-bulog-di-bengkulu-1_169.jpeg

Kuatbaca.com - Pemerintah Indonesia mencatat capaian besar dalam pengelolaan cadangan beras nasional. Hingga pertengahan Mei 2025, stok cadangan beras pemerintah (CBP) tercatat mencapai 3,7 juta ton, angka tertinggi sejak Badan Urusan Logistik (Bulog) berdiri pada tahun 1969. Peningkatan signifikan ini terjadi seiring melonjaknya produksi padi nasional dalam beberapa bulan terakhir.

Menteri Pertanian Andi Amran Sulaiman menyatakan optimisme bahwa dalam waktu dekat, jumlah stok akan menembus angka 4 juta ton, menjadikannya rekor tertinggi baru dalam sejarah ketahanan pangan Indonesia.

1. Tak Lagi Impor, Indonesia Beri Dampak pada Harga Beras Global

Keputusan strategis Indonesia untuk menghentikan impor beras terbukti memiliki dampak besar pada pasar internasional. Menteri Amran menyampaikan bahwa tidak adanya aktivitas impor dari Indonesia menyebabkan harga beras dunia turun signifikan.

"Dulu US$ 460 per ton saat kita masih impor. Sekarang harga dunia hanya US$ 390 per ton. Artinya, Indonesia punya pengaruh besar terhadap harga global," ujar Amran dalam pertemuan di Kementerian Pertanian, Rabu (14/5/2025).

Harga yang lebih rendah ini memberikan manfaat tak hanya bagi konsumen dalam negeri, tetapi juga negara-negara lain yang bergantung pada perdagangan beras global. Hal ini menunjukkan peran strategis Indonesia sebagai penggerak pasar regional.

2. Kontribusi Petani Lokal Diakui Dunia

Amran menegaskan bahwa capaian ini tak lepas dari kerja keras petani Indonesia. Menurutnya, keberhasilan menekan impor beras tidak hanya mendukung ketahanan pangan nasional, tetapi juga membantu stabilisasi pasokan dan harga di pasar internasional.

"Petani Indonesia berjasa pada konsumen beras dunia. Logikanya, saat kita tidak ambil jatah dari pasar dunia, pasokan melimpah, harga jadi turun," tegas Amran.

Kontribusi ini menjadi pengakuan tidak langsung bahwa ketahanan pangan nasional memiliki dampak global. Kebijakan berbasis produksi dalam negeri ini bahkan memperkuat posisi Indonesia sebagai produsen strategis di tingkat ASEAN.

3. Produksi Beras Nasional Salip Negara ASEAN Lain

Berdasarkan proyeksi dari U.S. Department of Agriculture (USDA), produksi beras Indonesia pada musim tanam 2024/2025 diperkirakan mencapai 34,6 juta ton, menjadikan Indonesia produsen terbesar di kawasan ASEAN. Angka ini menempatkan Indonesia di atas negara-negara penghasil besar lain seperti Thailand dan Vietnam.

Dengan populasi lebih dari 283 juta jiwa, Indonesia kini mampu menyeimbangkan kebutuhan nasional sekaligus menjaga stok strategis. Bandingkan dengan tahun 1984 saat Indonesia sempat mencapai swasembada beras dengan jumlah penduduk hanya 166 juta jiwa. Kini, dengan beban konsumsi yang jauh lebih tinggi, Indonesia kembali menorehkan capaian monumental.

4. Impor Besar di Masa Lalu Jadi Pelajaran Berharga

Pada 2023 dan 2024, Indonesia sempat mengambil kebijakan impor besar-besaran akibat anjloknya produksi nasional karena dampak El Nino. Tercatat pada 2024, Badan Pusat Statistik (BPS) menyatakan bahwa total impor beras mencapai 4,5 juta ton. Pemerintah kala itu menilai impor sebagai langkah darurat untuk menjaga stabilitas harga dan pasokan.

Namun kini, dengan produksi yang meningkat pesat, Indonesia membalikkan keadaan. Tidak hanya menghentikan impor, tapi juga menyumbang pada penurunan harga dunia. Situasi ini menunjukkan bahwa investasi pada pertanian dan dukungan terhadap petani lokal adalah strategi jangka panjang yang berkelanjutan.

Fenomena Terkini






Trending