Batang Sawit Tua Jadi Emas Manis: Potensi Gula Nira Capai Rp 3 Triliun

24 June 2025 13:44 WIB
manisnya-gula-lempeng-khas-ntt-di-wini-begini-cara-buatnya-2_169.jpeg

Kuatbaca - Selama ini, pembicaraan soal kelapa sawit identik dengan minyak goreng, biodiesel, atau ekspor crude palm oil (CPO). Namun kini, babak baru dimulai. Kementerian Perindustrian mengambil langkah inovatif dalam mendorong hilirisasi komoditas ini—kali ini bukan dari buahnya, melainkan dari batang sawit tua yang selama ini dianggap limbah pasca-replanting.

Dalam sebuah peluncuran simbolis yang menandai dimulainya pilot project produksi nira gula sawit, pemerintah menunjukkan keseriusannya untuk menggarap potensi tersembunyi dari batang sawit tua. Inisiatif ini merupakan bagian dari kerja sama antara PTPN IV/Palmco dengan Koperasi Produsen Gerak Nusantara Sejahtera (KPGNS) yang telah dimulai sejak April 2025.

Dari Batang ke Nira: Inovasi yang Tak Sekadar Uji Coba

Batang kelapa sawit tua, hasil dari proses peremajaan atau replanting, ternyata menyimpan potensi ekonomi yang besar. Dalam kondisi optimal, satu hektare lahan sawit yang berisi 25 hingga 30 batang pohon tua bisa menghasilkan antara 5.000 hingga 6.000 liter nira setiap bulannya. Jika dihitung berdasarkan target replanting nasional yang mencapai 300.000 hektare per tahun, maka Indonesia berpotensi menghasilkan lebih dari 1,5 juta kiloliter nira sawit per tahun.

Angka ini bukan sekadar statistik. Jika dikonversi menjadi produk gula seperti gula merah atau gula cair, nilai pasarnya dapat mencapai hingga Rp 3 triliun. Angka yang sangat besar untuk sesuatu yang selama ini tidak pernah dimanfaatkan secara maksimal.

Solusi Ekonomi untuk Masa Transisi Replanting

Salah satu masalah besar yang dihadapi petani sawit adalah jeda pendapatan selama masa replanting. Setelah pohon tua ditebang, pohon baru memerlukan waktu hingga tiga tahun untuk mulai berproduksi. Dalam masa inilah, produksi nira dari batang sawit tua menjadi solusi yang sangat relevan.

Dengan memanfaatkan batang-batang tersebut untuk produksi nira, petani dan koperasi tetap bisa memperoleh penghasilan, meskipun pohon sawit baru belum panen. Ini bukan hanya strategi teknis, tetapi juga strategi sosial untuk menjaga keseimbangan ekonomi masyarakat desa yang hidup bergantung pada sawit.

Pasar Gula Sawit yang Terbuka Lebar

Produk gula merah dari nira sawit bukanlah barang baru, tetapi potensi pengembangannya masih sangat luas. Pasar domestik yang besar untuk bahan baku kecap, sirup tradisional, dan gula cair siap konsumsi menunjukkan permintaan yang stabil—bahkan meningkat. Produk ini juga bisa menjadi alternatif gula kelapa atau gula aren, terutama di industri makanan dan minuman lokal.

Dengan kemajuan teknologi pengolahan, produk ini juga sudah memenuhi standar keamanan pangan. Sertifikasi seperti SNI 01-6237-2000 menjadi jaminan bahwa gula nira sawit layak dikonsumsi dan dapat dipasarkan secara luas, baik di dalam maupun luar negeri.

Keberhasilan proyek ini tentu tidak bisa hanya disandarkan pada pemerintah atau perusahaan semata. Kuncinya adalah kolaborasi antara banyak pihak—perusahaan perkebunan, koperasi lokal, hingga pelaku usaha mikro dan kecil di sekitar wilayah replanting. Dengan kerja sama semacam ini, nilai tambah dari industri sawit tidak hanya terkonsentrasi di hulu atau hilir, tapi benar-benar dinikmati oleh masyarakat di akar rumput.

Langkah konkret sudah dimulai melalui penandatanganan nota kesepahaman (MoU) dan perjanjian kerja sama (PKS) antara para pihak. Targetnya jelas: menciptakan ekosistem hilirisasi yang berkeadilan, berkelanjutan, dan pro-rakyat.

Inovasi pemanfaatan batang sawit tua ini membuktikan bahwa kelapa sawit adalah komoditas yang masih memiliki banyak sisi tersembunyi. Jika sebelumnya batang tua hanya ditebang dan ditinggalkan, kini ia menjadi sumber nira manis yang bisa menyokong ekonomi desa. Bukan tak mungkin, dalam beberapa tahun ke depan, Indonesia menjadi produsen utama nira gula sawit di dunia.

Dengan potensi pasar mencapai triliunan rupiah dan dampak ekonomi langsung bagi masyarakat desa, transformasi batang sawit tua menjadi nira adalah contoh nyata bagaimana hilirisasi bisa menjadi motor penggerak ekonomi yang inklusif dan berkelanjutan.

Fenomena Terkini






Trending