Alasan Prabowo Pilih Lawatan ke Rusia dan Singapura, Bukan Hadiri G7 di Kanada

17 June 2025 14:42 WIB
prabowo-subianto-1749721666516_169.png

Kuatbaca.com - Presiden Republik Indonesia, Prabowo Subianto, menjadi sorotan setelah absen dari Konferensi Tingkat Tinggi (KTT) G7 yang diselenggarakan di Kanada. Padahal, undangan resmi telah disampaikan oleh Perdana Menteri Kanada, Mark Carney, melalui sambungan telepon pada awal Juni 2025. Namun, pada waktu yang bersamaan, Prabowo justru melakukan lawatan penting ke Singapura dan Rusia untuk menghadiri dua agenda kenegaraan yang telah dijadwalkan jauh-jauh hari.

Menurut Kepala Kantor Komunikasi Kepresidenan (Presidential Communication Office), Hasan Nasbi, ketidakhadiran Presiden bukan karena pengabaian terhadap undangan negara sahabat. Prabowo disebut menghargai seluruh bentuk kerja sama internasional, termasuk undangan forum global seperti G7, tetapi bentrokan jadwal tidak dapat dihindari.

1. Komitmen Lebih Awal ke Rusia dan Singapura Jadi Prioritas

Hasan menjelaskan bahwa sebelum undangan ke G7 diterima, pemerintah Indonesia sudah lebih dahulu menyusun agenda kenegaraan di dua negara, yakni Singapura dan Rusia. Salah satu undangan datang dari Rusia untuk menghadiri forum ekonomi internasional St. Petersburg International Economic Forum (SPIEF), yang dinilai sangat penting dalam konteks kerja sama ekonomi bilateral.

  "Undangan dari pemerintah Rusia untuk menghadiri St. Petersburg International Economic Forum mungkin sudah dari beberapa bulan yang lalu. Mungkin sudah dari bulan Maret atau April. Dan sudah dipersiapkan lama. Presiden juga akan berpidato di sana. Waktunya bentrok," jelas Hasan di Jakarta, Senin (16/6/2025).

Selain itu, Prabowo juga telah dijadwalkan menghadiri Annual Leaders' Retreat bersama Perdana Menteri Singapura Lawrence Wong, sebuah forum tahunan yang menjadi tradisi diplomatik penting antara dua negara bertetangga tersebut.

2. Tidak Ada Blok Politik, Indonesia Tetap Netral

Terkait spekulasi bahwa ketidakhadiran Prabowo di G7 menunjukkan kecenderungan Indonesia lebih dekat ke Rusia daripada negara-negara Barat, Hasan menegaskan bahwa hal tersebut tidak benar. Indonesia, menurutnya, menjunjung tinggi prinsip bebas aktif dan tidak berpihak pada blok geopolitik manapun. Semua langkah luar negeri yang diambil pemerintah berdasarkan pada kepentingan nasional, bukan pada rivalitas politik internasional.

  "Kita kan tidak condong ke blok manapun. Kita tidak melihat dunia hitam putih. Jadi spekulasi-spekulasi semacam tadi, kayak cenderung ke blok ini, itu tidak ada," kata Hasan menanggapi isu tersebut.

Ia juga menambahkan bahwa Indonesia menjalin hubungan baik dengan banyak kekuatan global, termasuk Rusia, Tiongkok, negara-negara Eropa, dan Amerika Serikat.

3. BRICS dan OECD: Dua Kaki Diplomasi Ekonomi Indonesia

Hasan mencontohkan bahwa saat ini Indonesia telah resmi bergabung dengan BRICS, kelompok ekonomi baru yang digawangi oleh Rusia, Tiongkok, Brasil, India, dan Afrika Selatan. Di sisi lain, Indonesia juga tengah dalam proses untuk menjadi anggota penuh Organisasi Kerja Sama dan Pembangunan Ekonomi (OECD) yang mayoritas anggotanya adalah negara Barat seperti Amerika Serikat, Jerman, dan Prancis.

  "Kalau kita bergabung dengan BRICS misalnya, bukan berarti kita lebih condong ke salah satu blok. Karena dalam waktu yang bersamaan, kita baru saja awal Juni ini juga baru saja menyelesaikan satu step penting dalam proses keanggotaan kita menjadi calon anggota OECD," jelas Hasan.

Kebijakan ini menandakan bahwa Indonesia ingin memainkan peran strategis sebagai penyeimbang di tengah dinamika geopolitik global, sekaligus membuka peluang kerja sama ekonomi yang luas dari berbagai belahan dunia.

4. Kepentingan Nasional Jadi Kompas Diplomasi Prabowo

Ketidakhadiran Presiden Prabowo di KTT G7 lebih mencerminkan urgensi dan prioritas diplomasi bilateral yang telah lama disusun. Rusia dan Singapura merupakan dua mitra strategis yang memainkan peran penting dalam kebijakan luar negeri Indonesia. Dengan mengedepankan kepentingan nasional sebagai acuan utama, pemerintah berharap agenda luar negeri ini membawa manfaat konkret dalam bentuk investasi, alih teknologi, dan kerja sama energi serta pertahanan.

Prabowo dijadwalkan memberikan pidato dalam forum ekonomi di Rusia, yang sekaligus menjadi platform penting untuk memperkenalkan strategi pembangunan Indonesia ke mata dunia. Sementara di Singapura, pertemuan tahunan dua pemimpin negara akan memperkuat fondasi kerja sama regional dalam berbagai sektor.

Fenomena Terkini






Trending