Pergerakan Tanah Ancam Tol Cisumdawu, Tiang Jembatan Bergeser di Km 204

Kuatbaca.com -Tol Cileunyi–Sumedang–Dawuan (Cisumdawu), yang menjadi salah satu jalur strategis penghubung wilayah Jawa Barat, tengah menghadapi ancaman serius akibat pergerakan tanah yang terjadi di beberapa titik. Salah satu dampak paling signifikan ditemukan di Km 204, tepatnya di Jembatan Cikadongdong, Blok Cacaban, Kecamatan Conggeang, Kabupaten Sumedang. Di lokasi ini, tiang penyangga jembatan dilaporkan mengalami pergeseran cukup parah sehingga membutuhkan proses perbaikan intensif yang diperkirakan memakan waktu hingga satu tahun. Kerusakan pada infrastruktur tol ini tentu menimbulkan kekhawatiran besar, terutama karena keberadaan jembatan tersebut sangat vital bagi kelancaran lalu lintas.
1. Pemeriksaan Menyeluruh Ungkap Dampak Pergerakan Tanah
Kejadian pergerakan tanah pertama kali terdeteksi pada Sabtu, 17 Mei 2025, sekitar pukul 10.00 WIB. Menanggapi kondisi tersebut, pihak kepolisian bersama tim teknis langsung melakukan inspeksi menyeluruh ke seluruh ruas tol yang dicurigai terdampak. Hasil survei lanjutan yang dilakukan pada Selasa, 20 Mei 2025, menunjukkan bahwa tidak hanya di Km 204, kerusakan juga terjadi di titik lainnya, tepatnya di Km 177, Blok Binong-Bojongtotor, Desa Sirnamulya, Kecamatan Sumedang Utara. Di sana, keretakan dan penurunan badan jalan mencapai tingkat darurat, memaksa pihak pengelola jalan tol menutup jalur cepat dan mengalihkan arus lalu lintas ke jalur lambat.
2. Longsor di Km 177 Ancam Rumah Warga
Pergerakan tanah di Km 177 menyebabkan retaknya barrier beton dan penurunan badan jalan sedalam 50 sentimeter. Hal ini tidak hanya mengancam keselamatan pengguna jalan tol, tetapi juga membahayakan warga sekitar. Sekitar 60 rumah di Dusun Bojongtotor dilaporkan berada dalam zona rawan longsor, yang menimbulkan risiko tinggi terhadap keselamatan penduduk. Mahkota longsoran di daerah ini memiliki panjang mencapai 170 meter dan tinggi sekitar 300 meter, menandakan besarnya skala ancaman geologis yang sedang dihadapi.
3. Upaya Penanganan dan Antisipasi dari Pihak Terkait
Dalam merespons krisis ini, pihak pengelola jalan tol, PT Citra Karya Jabar Tol (CKJT), telah melakukan koordinasi dengan berbagai pihak termasuk pemerintah daerah, kepolisian, dan ahli geoteknik. Proses pengamanan di lokasi telah diterapkan, termasuk pemasangan rambu peringatan, pemantauan kontinyu terhadap aktivitas tanah, serta persiapan pengalihan arus lalu lintas jika situasi memburuk. Tak hanya itu, pemeriksaan mendalam dijadwalkan dilakukan oleh tim dari PT CKJT yang dipimpin langsung oleh Direksi perusahaan bersama ahli geoteknik untuk mengevaluasi struktur jembatan dan badan jalan yang terdampak.
4. Risiko Penutupan Akses ke Majalengka Jika Kondisi Memburuk
Melihat potensi bahaya yang terus berkembang, pihak berwenang tidak menutup kemungkinan akan melakukan penutupan total terhadap jalur Tol Cisumdawu arah Majalengka. Jika langkah ini diambil, seluruh kendaraan akan dialihkan melalui Gerbang Tol Sumedang dan Pamulihan. Ini tentunya berdampak besar terhadap kelancaran arus lalu lintas, terutama selama musim liburan atau hari-hari sibuk. Oleh karena itu, percepatan penanganan dan evaluasi menyeluruh sangat krusial untuk memastikan keamanan pengguna jalan serta mencegah kerugian yang lebih besar.
5. Kolaborasi Semua Pihak Jadi Kunci Mitigasi Bencana
Kejadian ini menjadi pengingat pentingnya pemantauan geologi yang ketat pada proyek infrastruktur berskala besar, terutama di wilayah yang dikenal rawan longsor seperti Sumedang. Kolaborasi antara aparat kepolisian, pemerintah daerah, pengelola jalan tol, dan ahli geoteknik menjadi kunci utama dalam mitigasi bencana tanah bergerak ini. Selain itu, sosialisasi kepada masyarakat sekitar mengenai potensi bahaya juga harus digencarkan agar mereka bisa bersiap dan bertindak cepat jika situasi darurat terjadi.