Mengenal Sesar Citarik, Sumber Gempa M 4,1 di Bogor dan Ancaman Laten di Wilayah Padat Penduduk

11 April 2025 17:40 WIB
ilustrasi-sesar-aktif-1_169.jpeg

Kuatbaca.com - Gempa bumi berkekuatan magnitudo (M) 4,1 yang mengguncang wilayah Bogor, Jawa Barat, pada 10 April 2025 kembali menyadarkan masyarakat akan bahaya sesar aktif yang melintas di wilayah padat penduduk. Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) menyebutkan bahwa Sesar Citarik merupakan sumber gempa tersebut, dengan mekanisme geser mengiri (sinistral strike-slip).

Fenomena ini bukan kali pertama, dan diprediksi akan terus terjadi selama struktur geologi aktif ini masih menyimpan energi yang belum dilepaskan. Mari mengenal lebih dalam apa itu Sesar Citarik dan potensi bahayanya bagi kawasan Jakarta, Bogor, Bekasi, dan sekitarnya.

1. Apa Itu Sesar Citarik?

Sesar Citarik adalah salah satu sesar aktif di bagian barat Pulau Jawa yang membentang dari Pelabuhanratu, Bogor, Bekasi, hingga mendekati Jakarta. Sesuai namanya, sesar ini dinamakan dari Sungai Citarik, yang alurnya menunjukkan kelurusan khas sebuah indikasi keberadaan patahan geologi.

Berdasarkan penelitian Sidarto (2008) dan data dari Kementerian ESDM, sesar ini memiliki orientasi timur laut–barat daya dan berkarakter sebagai sesar mendatar mengiri (sinistral strike-slip fault), yang berarti dua blok batuan bergeser ke arah berlawanan secara horizontal.

2. Sesar Citarik Termasuk Sesar Aktif

Sesar ini telah aktif sejak Miosen Tengah, sekitar belasan juta tahun lalu, dan terus menunjukkan aktivitas tektonik hingga saat ini. Ciri dari sesar aktif adalah kemampuannya untuk terus bergerak secara perlahan akibat akumulasi energi tektonik di bawah permukaan.

Sesar Citarik memotong endapan aluvium muda (dataran Jakarta dan sekitarnya) yang berumur Resen menandakan bahwa sesar ini masih aktif dan berpotensi memicu gempa bumi, terutama bila akumulasi energi melebihi kekuatan gesek batuan yang menahan pergeseran.

3. Mekanisme Gempa dan Risiko Seismik

Menurut BMKG, gempa Bogor dengan magnitudo 4,1 berasal dari pergerakan strike-slip di sepanjang jalur Sesar Citarik. Karakteristik ini ditandai oleh pergeseran horizontal antar lempeng batuan yang dapat menciptakan gempa bumi permukaan yang merusak, meski dengan magnitudo sedang.

Pergerakan sesar tidak selalu terjadi secara besar sekaligus. Ia bisa melepaskan energi secara bertahap, atau menyimpan dalam waktu lama dan kemudian melepaskan dalam satu gempa besar. Karena itu, wilayah-wilayah di sekitar jalur Sesar Citarik, seperti Bogor, Bekasi, dan Jakarta Timur, berada dalam zona rawan gempa.

4. Mengapa Sesar Ini Perlu Diwaspadai?

Sesar Citarik melintasi kawasan strategis dan padat penduduk seperti Bogor dan Bekasi yang merupakan penyangga utama ibu kota. Selain itu, kawasan wisata seperti Pelabuhanratu juga dilalui jalur ini. Potensi guncangan tanah serta dampak lanjutan seperti tsunami (jika gempa terjadi di zona lepas pantai dekat subduksi Palung Jawa) menjadi perhatian serius.

Dalam konteks perencanaan tata ruang dan pembangunan infrastruktur, risiko sesar aktif seperti Citarik harus diperhitungkan. Pembangunan gedung tinggi, fasilitas publik, dan kawasan wisata perlu melalui kajian risiko bencana yang ketat.

5. Potensi Tsunami dan Sistem Peringatan Dini

Meskipun Sesar Citarik bukanlah zona subduksi utama, aktivitasnya di dekat Samudera Hindia tetap berpotensi memicu gelombang tsunami apabila terjadi pergeseran besar di dasar laut. Oleh karena itu, di daerah seperti Pelabuhanratu, sistem peringatan dini tsunami sangat dibutuhkan.

BMKG bersama dengan Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) dan pemerintah daerah diharapkan terus meningkatkan sistem mitigasi bencana, terutama di wilayah-wilayah dengan sejarah aktivitas seismik tinggi.

6. Waspada dan Siap Hadapi Ancaman Sesar Citarik

Sesar Citarik adalah realitas geologi yang tidak bisa dihindari, namun dampaknya bisa diminimalisir jika semua pihak baik pemerintah, masyarakat, hingga pelaku pembangunan bersinergi dalam mitigasi risiko.

Gempa M 4,1 di Bogor menjadi peringatan kecil atas potensi yang lebih besar di masa depan. Dengan pemahaman geologi yang baik, perencanaan wilayah berbasis risiko, dan edukasi masyarakat tentang tanggap darurat, Indonesia bisa lebih siap menghadapi ancaman bencana alam seperti gempa bumi.

bencana alam

Fenomena Terkini






Trending