Mengapa Gempa Myanmar dan Thailand Sangat Mematikan? Ini Penjelasan Para Pakar

1. Gempa Berkekuatan 7,7 Guncang Myanmar dan Thailand
Kuatbaca.com - Gempa bumi dahsyat dengan kekuatan magnitude 7,7 mengguncang Myanmar pada Jumat, 28 Maret 2025, menyebabkan kerusakan besar di wilayah Sagaing, dekat kota Mandalay. Guncangan kuat tersebut juga terasa hingga ke negara tetangga Thailand, bahkan menimbulkan kerusakan pada beberapa bangunan di Bangkok. Gempa ini menjadi salah satu yang paling mematikan dan merusak di kawasan Asia Tenggara dalam beberapa dekade terakhir.
2. Myanmar di Pusaran Aktivitas Tektonik Aktif
Secara geografis, Myanmar terletak di zona aktif tektonik. Negara ini berada di perbatasan antara dua lempeng besar, yakni Lempeng India dan Lempeng Eurasia. Pergerakan horizontal antar-lempeng ini menghasilkan jenis gempa yang disebut strike-slip, yaitu gempa yang terjadi akibat pergeseran mendatar antar-lempeng.
Meskipun gempa jenis ini biasanya tidak sekuat gempa di zona subduksi seperti yang terjadi di Pulau Sumatra, magnitudo yang tercapai masih bisa sangat besar bahkan menyentuh angka 7 hingga 8.
3. Kedalaman Dangkal Jadi Faktor Kerusakan Besar
Salah satu alasan mengapa gempa ini sangat merusak adalah kedalamannya yang sangat dangkal. Berdasarkan data dari United States Geological Survey (USGS), episentrum gempa berada pada kedalaman hanya 10 km. Kedalaman yang dangkal menyebabkan gelombang kejut mencapai permukaan dengan kekuatan maksimal, tanpa banyak kehilangan energi.
Hal ini berdampak langsung pada tingkat kerusakan di permukaan bangunan dan infrastruktur menerima getaran kuat yang menghancurkan dalam waktu sangat singkat.
4. Bukan Sekadar Titik Episentrum, Tapi Garis Patahan
Pakar gempa menyatakan bahwa dalam gempa-gempa besar seperti ini, gelombang seismik tidak hanya menyebar dari satu titik (episentrum), tetapi dari seluruh garis patahan yang mengalami pergeseran. Ini menjelaskan mengapa wilayah yang luas bisa terdampak secara merata, termasuk hingga ke Thailand, meskipun episentrumnya berada di Myanmar.
5. Infrastruktur Lemah Perparah Dampak Gempa
Wilayah Sagaing bukanlah daerah yang sering diguncang gempa besar, sehingga infrastruktur di sana belum dirancang untuk menahan guncangan seismik besar. Menurut para ahli, bangunan-bangunan di wilayah tersebut banyak yang berusia tua dan dibangun tanpa standar tahan gempa yang memadai.
Kondisi ini mirip dengan kejadian sebelumnya pada tahun 2012, di mana gempa bermagnitudo 6,8 menyebabkan puluhan kematian. Namun, gempa yang terjadi tahun ini diperkirakan menjadi yang terbesar di daratan Myanmar dalam lebih dari 75 tahun.
6. Perkiraan Jumlah Korban dan Kerugian Ekonomi
Menurut Program Bahaya Gempa Bumi USGS, perkiraan korban jiwa bisa mencapai antara 10.000 hingga 100.000 orang, tergantung pada wilayah yang terkena dampak langsung dan tingkat kesiapan daerah tersebut terhadap gempa besar. Bahkan, dampak ekonominya diperkirakan bisa mencapai 70% dari Produk Domestik Bruto (PDB) Myanmar, menjadikannya bencana multidimensi yang mengganggu stabilitas nasional.
7. Thailand Juga Terdampak, Bangunan Runtuh di Bangkok
Guncangan kuat gempa juga menggoyang sejumlah kawasan di Thailand, termasuk ibu kota Bangkok. Sejumlah bangunan dilaporkan runtuh, dan sejumlah korban jiwa tercatat akibat reruntuhan. Ini menjadi bukti bahwa gelombang seismik lintas batas dapat menjadi ancaman besar bagi negara-negara di sekitar zona patahan aktif.
Gempa besar yang mengguncang Myanmar dan Thailand bukan hanya dipengaruhi oleh kekuatan magnitudo, tapi juga oleh faktor-faktor penting seperti kedalaman dangkal, lokasi patahan aktif, dan infrastruktur yang rentan. Ke depan, penting bagi negara-negara di kawasan Asia Tenggara untuk meningkatkan kesiapan menghadapi bencana seismik, termasuk dengan memperkuat struktur bangunan dan sistem peringatan dini.