Bolehkah Puasa Arafah Digabung dengan Qadha Ramadan? Ini Penjelasan Lengkapnya

Kuatbaca.com - Menjelang Hari Raya Idul Adha, umat Islam dianjurkan untuk menjalankan berbagai amalan sunnah yang penuh keutamaan, salah satunya adalah puasa Arafah. Puasa ini dilakukan pada tanggal 9 Dzulhijjah, sehari sebelum Idul Adha. Berdasarkan penetapan kalender hijriah tahun ini, puasa Arafah jatuh pada tanggal 5 Juni 2025, sementara Idul Adha diperingati pada 6 Juni 2025.
Puasa Arafah memiliki nilai ibadah yang sangat tinggi, terutama bagi mereka yang tidak sedang menunaikan ibadah haji. Rasulullah SAW bersabda bahwa puasa Arafah dapat menghapus dosa satu tahun sebelumnya dan satu tahun setelahnya. Karena itu, banyak umat Islam yang berusaha tidak melewatkan kesempatan ini setiap tahunnya.
1. Menggabungkan Niat Puasa Arafah dengan Qadha Ramadan
Pertanyaan yang sering muncul setiap kali memasuki Dzulhijjah adalah: apakah boleh puasa Arafah dilakukan bersamaan dengan niat mengqadha puasa Ramadan? Jawaban dari para ulama adalah boleh. Bahkan, seseorang yang meniatkan puasa qadha di hari Arafah tetap akan mendapatkan pahala dari puasa sunnah tersebut.
Para ulama seperti Syekh Zakariya Al-Anshari dan Sayyid Bakri dalam kitab-kitab klasik fiqihnya telah menjelaskan bahwa jika seseorang berpuasa dengan niat qadha atau nazar di hari-hari yang memiliki keutamaan seperti Arafah atau Asyura, maka dia tetap memperoleh pahala dari puasa sunnah tersebut. Ini menjadi dasar yang kuat bahwa menggabungkan niat qadha Ramadan dengan puasa Arafah adalah tindakan yang sah dan dianjurkan.
2. Keutamaan Hari-Hari Awal Dzulhijjah dalam Islam
Sepuluh hari pertama di bulan Dzulhijjah disebut-sebut sebagai hari-hari paling utama dalam kalender Islam. Dalam hadits riwayat Bukhari, disebutkan bahwa tidak ada amal saleh yang lebih dicintai Allah selain amal yang dilakukan di hari-hari ini. Bahkan, dibandingkan dengan jihad di jalan Allah sekalipun (kecuali yang tidak kembali dengan jiwa dan hartanya), amal di hari-hari Dzulhijjah tetap lebih utama.
Puasa di tanggal 9 Dzulhijjah (puasa Arafah) adalah bentuk amalan utama bagi mereka yang tidak berhaji. Ini adalah momentum ibadah besar-besaran di seluruh dunia, yang bertepatan dengan puncak wukuf di Arafah bagi para jemaah haji. Maka tidak heran bila umat Islam berlomba-lomba memanfaatkan kesempatan ini dengan puasa dan amal kebajikan lainnya.
3. Kapan Sebaiknya Qadha Puasa Dilakukan?
Bagi umat Islam yang masih memiliki tanggungan puasa Ramadan, dianjurkan untuk menyelesaikannya sesegera mungkin sebelum datangnya Ramadan tahun berikutnya. Jika seseorang baru ingat atau baru memiliki kesempatan membayar utang puasa bertepatan dengan hari Arafah, maka membayar qadha di tanggal tersebut tetap diperbolehkan. Bahkan, hal ini memberikan keuntungan ganda: gugurnya kewajiban qadha dan perolehan pahala sunnah puasa Arafah sekaligus.
Namun, para ulama tetap menyarankan agar qadha puasa tidak ditunda terlalu lama. Segera melunasi utang puasa menunjukkan kepatuhan dan tanggung jawab sebagai seorang Muslim. Jadi, memanfaatkan hari-hari utama seperti Arafah untuk mengqadha puasa adalah langkah cerdas dan penuh berkah.
4. Kombinasi Niat: Solusi Efektif dan Bernilai Ibadah Ganda
Dalam praktiknya, seseorang boleh berniat qadha puasa dan sekaligus berharap mendapatkan keutamaan puasa sunnah Arafah. Hal ini dikenal dalam ilmu fiqih sebagai ta’addud an-niyah (penggabungan niat). Penggabungan ini sah secara syariat dan telah menjadi pendapat muktamad di kalangan mayoritas ulama.
Dengan niat yang benar dan kesungguhan hati, seseorang bisa meraih dua pahala dalam satu amalan. Artinya, meskipun niat utama adalah membayar utang puasa Ramadan, selama dilaksanakan di hari Arafah, maka pahala keutamaan dari puasa sunnah Arafah tetap diberikan oleh Allah SWT. Ini adalah rahmat besar yang sangat dianjurkan untuk dimanfaatkan umat Islam.