Bengkayang - Bagi masyarakat suku Dayak Bidayuh, mandau bukan hanya sebatas senjata tajam biasa saja. Namun bagi mereka, mandau merupakan senjata tradisional yang memiliki segudang makna dan manfaat.
Atas dasar itulah Pengrajin Mandau asal Desa Sebujit, Kecamatan Siding, Kabupaten Bengkayang, Kalimantan Barat, Ahok (65) terus melestarikan senjata tradisional tersebut. Pria yang merupakan keturunan asli suku Dayak Bidayuh ini mengatakan mandau memiliki dua fungsi utama, yakni untuk adat dan berladang.
"Untuk adat dan berladang mandaunya beda lagi," kata Ahok saat ditemui oleh detikcom beberapa waktu lalu.
Khusus untuk mandau adat, kesakralannya masih terus dijaga. Ia mengatakan masyarakat suku Dayak Bidayuh percaya mandau adat tidak bisa sembarangan untuk digunakan atau bahkan dikeluarkan.
Mandau adat hanya bisa dikeluarkan pada acara-acara tertentu saja, seperti Gawai, ritual adat untuk syukuran setelah panen yang dilakukan suku Dayak. Ritual tersebut biasanya dilakukan setahun sekali agar menarik banyak minat wisatawan untuk datang menyaksikan.
Masyarakat suku Dayak Bidayuh percaya mandau adat tidak bisa sembarangan untuk digunakan atau bahkan dikeluarkan (Foto: detikcom/Rifkianto Nugroho)Dikutip dari website Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan, mandau kerap digunakan saat peperangan, pengayuan, dan pelengkap tarian adat. Pada masa lalu, mandau terkenal sebagai senjata tajam yang kerap digunakan untuk memenggal kepala musuh.
"Mandau adat hanya bisa dikeluarkan ketika acara adat seperti Gawai. Kalau pakai baju adat itu bisa merinding jadi agak takut-takut. Kalau ada acara adat itu boleh, jadi nggak boleh sembarang itu pakai baju Dayak jadi harus ada ritualnya gitu," jelasnya.
Menurut kepercayaan warga setempat, mandau adat memiliki sifat 'panas' artinya kerap mencari darah. Oleh karena itu ketika sebelum Gawai, biasanya mandau adat dibuatkan ritual khusus dengan menghadirkan sesajen. Mandau adat lalu dicipratkan darah ayam atau babi.
"Kalau Gawai gitu kita kasih 'makan' dulu mandaunya gitu," kata Ahok.
Meskipun kental dengan unsur magis, Ahok mengatakan pada dasarnya mandau khas suku Dayak merupakan senjata tradisional yang telah digunakan oleh leluhur untuk mencari kehidupan.
"Parang (Mandau) merupakan khas dari leluhur kita untuk kerja, untuk mencari kehidupan, bukan untuk membunuh orang, tidak. Parang ini untuk menghidupkan manusia dari dulu sampai sekarang," kata Ahok.
Khusus untuk mandau ladang, ia mengatakan senjata tersebut bisa dikatakan tidak sesakral mandau adat. Mandau ladang memang dikhususkan untuk membantu masyarakat Dayak bekerja. Tak hanya itu, mandau ladang juga bisa dikeluarkan dan digunakan kapan pun.
Tak hanya itu, mandau jenis tersebut kerap dijadikan oleh Ahok sebagai merchandise bagi para wisatawan yang datang ke desa Sebujit. Harga mandau jenis tersebut dijual olehnya berkisar Rp 250 ribu hingga Rp 400 ribu tergantung dari ukuran.
Mampu Penuhi Biaya Hidup
Selain menggantungkan hidup dari penjualan mandau, Ahok juga membuat bidai yang merupakan tikar tradisional khas suku Dayak. Sesekali ia turut berladang guna menambah penghasilan.
"Bidai saya juga buat," kata Ahok.
Setiap penjualan mandau dan bidai digunakan olehnya untuk memenuhi berbagai keperluan keluarga dan menyekolahkan anak-anaknya. Jika ada uang lebih, ia dialokasikan untuk ditabung di Bank BRI.
"Dulu kalau nabung di bawah kasur, sekarang di bank (BRI)," ujar Ahok.
Sementara itu, Kepala Unit Bank BRI Seluas Zerry Hudha mengatakan menabung di bank jauh lebih aman dibandingkan dengan menyimpan uang secara pribadi di rumah. Apalagi lagi masyarakat yang kerap berkegiatan di luar rumah, maka menyisihkan penghasilan dengan cara menabung di bank merupakan pilihan tepat.
"Mereka mulai belajar untuk menabung lebih aman di bank, karena yah berisiko (kalau) menabung di rumah," tutup Zerry.
detikcom bersama BRI mengadakan program Tapal Batas yang mengulas perkembangan ekonomi, infrastruktur, hingga wisata di beberapa wilayah terdepan Indonesia. Untuk mengetahui informasi dari program ini ikuti terus berita tentang Tapal Batas di tapalbatas.detik.com!