top ads
Home / Telik / Sosial & Budaya / Iman Soleh Berkibar dari Belakang Terminal Ledeng Bandung

Sosial & Budaya

  • 106

Iman Soleh Berkibar dari Belakang Terminal Ledeng Bandung

  • February 18, 2023
Iman Soleh Berkibar dari Belakang Terminal Ledeng Bandung

Kesenian tidaklah bersifat tunggal atau egosentris. Kesenian harus juga terhubung dengan persoalan lain, yang ada dalam masyarakat. Kesenian akan bersinggungan dengan masyarakat kecil, para sopir, pedagang asongan, orang kaya, hingga politisi. Itulah sebabnya seorang Iman Soleh menghidupkan komunitas teater Celah-Celah Langit di belakang Terminal Ledeng Bandung.

 

  

Siapa yang menyangka di balik terminal Ledeng Bandung, di gang sempit bernama Gang Bapak Eni, No. 8/169 A, Ledeng, Kec. Cidadap, Kota Bandung, terdapat sebuah kantong kebudayaan yang dikenal dengan nama Komunitas Celah-Celah Langit (CCL). Sekalipun nama CCL baru diresmikan di tahun 1998, tapi sebelumnya sudah berproses dan berkegiatan tahun 1985.

 

CCL diasuh oleh Iman Soleh, adalah seorang seniman, budayawan, penulis dan dosen di ISBI Bandung. CCL merupakan ruang berkesenian yang dibangun di halaman rumahnya, di belakang terminal Ledeng Bandung.

 

Sepanjang usia berkesenian, CCL telah menyelenggarakan berbagai pertunjukan dan meraih prestasi baik di level nasional maupun internasional. Memainkan beberapa pertunjukan kolaboratif di luar negeri, seperti Australia dan Pakistan. Hal yang unik dari komunitas CCL adalah adanya partisipasi dan keterlibatan masyarakat dalam proses kreatif mereka.

 

Penduduk setempat dapat menjadi bagian dari sebuah karya sekaligus memberi apresiasi. Ini pula yang kemudian menginspirasi Iman Soleh untuk membuat CCL Award di setiap peringatan hari pahlawan.

 

“CCL Award ini untuk memberi apresiasi kepada orang-orang, terutama masyarakat sekitar yang sudah sangat lama mengabdi bagi desa dan kelompok masyarakat. Ini juga cara CCL untuk mengajarkan kepada anak-anak bahwa pahlawan ada di sekitarmu dan meneladani orang-orang yang menginspirasi,” kata Iman Soleh.

 

Menurutnya, kesenian tidaklah bersifat tunggal atau egosentris. Kesenian harus juga terhubung dengan persoalan lain, yang ada dalam masyarakat. Kesenian akan bersinggungan dengan masyarakat kecil, para sopir, pedagang asongan, orang kaya, hingga politisi.

 

Sehingga, seluruh pemikiran bisa datang dari mana-mana. Selain itu, persinggungan kesenian harus multi displin ilmu, tidak hanya dengan seni musik, seni rupa, sastra, tapi kesenian sumbernya bisa lahir juga dari ilmu matematika, biologi, pertanian, kehutanan, dan lainnya.

 

Saat tim kuatbaca.com berkunjung ke markas CCL, bertepatan dengan latihan teater CCL berjudul “Bedol Desa Ode Tanah II”. Pertunjukan ini merupakan kelanjutan dari pentas sebelumnya dengan judul “Tanah Ode-Kampung Kami”.

 

Tema kisahnya menurut Iman Soleh masih berkutat pada isu lingkungan. Lakon teater “Bedol Desa Ode Tanah II” menyoal peran penting petani dan profesi petani yang kerap dilupakan.

 

“Teater harusnya menjadi ruang kritik sosial. Lakon Bedol Desa, Ode Tanah II yang rencananya akan pentaskan keliling Indonesia berkisah tentang minimnya regenerasi petani. Ini juga bentuk kritik kami terhadap kebijakan pemerintah, penguasaan lahan, dan realitas konflik kekerasan yang dialami para petani,” ungkap Iman Soleh.

 

Hingga usianya yang ke-37 tahun, CCL telah banyak melahirkan karya. Tak sedikit juga seniman yang nyantri di CCL seperti Rina Nose dan Peri Sandi. Iman Soleh berharap beberapa seniman yang pernah terlibat dalam garapan CCL dapat menjadi teladan dalam komunitas dan masyarakatnya.

 

Sebab, menurut Iman Soleh, hal terpenting dalam kesenian adalah para seniman menjalani tubuh gagasan, tubuh-tubuh itu dibuka dengan kepekaan hidupnya.

 

“Semua panca inderanya harus dibuka, bahwa cara berpikir bukan dilakukan hanya dengan nalarmu, tapi juga dengan jiwamu dan nuranimu,” tegasnya.



CCL bergerak dalam ranah kesenian, menurut pengakuan Iman Soleh bertujuan untuk menyampaikan aspirasi dalam bentuk kesenian. Bisa melalui musik, teater, sastra, tari, melukis, dan lainnya. Selain itu, untuk mengembangkan masyarakat sekitar, masyarakat juga butuh alternatif tempat yang cerdas dan berbudaya.

 

Harapan Iman Soleh, di kota ini (red: Bandung) menjadi kota kebudayaan. Impiannya, ke depan di setiap kelurahan memiliki ruang-ruang kebudayaan yang terlihat dari fasilitas dan penggiatnya.

 

CCL didirikan di rumah, karena rumah bukan hanya tempat tidur atau tempat pulang. Tapi rumah juga sebagai tempat peradaban.

 

“Membangun ruang kebudayaan itu bukan soal menghitung untung dan rugi, tetapi membangun ruang kebudayaan itu adalah sebuah cara kita mengabdikan seluruh ilmu yang kita dapat di mana pun. Bagaimana tubuh kita, pikiran kita, perasaan kita punya fungsi pada hidup itu sendiri. Paling tidak pada tetangga dan pada orang yang berkunjung. Membangun ruang kebudayaan justru car akita untuk banyak memberi, bukan mendapatkan”, tutup Iman Soleh.

 

Saksikan selengkapnya di #SafariSastra KuatBaca.com EPS.05

IMAN SOLEH HIDUPKAN RUANG KEBUDAYAAN DI BELAKANG TERMINAL LEDENG, BANDUNG - #SAFARISASTRA EPS 05

https://youtu.be/p71kmDfYIuo

 

Jurnalis :Nissa Rengganis
Editor :Jajang Yanuar
Illustrator :Bagus Maulana
Infografis :Bagus Maulana
side ads
side ads