top ads
Home / Telik / Sejarah / Mengirim Revolusi Prancis ke Jawa - [Bagian 01]

Sejarah

  • 77

Mengirim Revolusi Prancis ke Jawa - [Bagian 01]

  • April 11, 2023
Mengirim Revolusi Prancis ke Jawa - [Bagian 01]

Propaganda menentang rezim Staadhouder Willem V dari dinasti Oranye oleh Kaum Patriot mengilhami ide Revolusi Prancis di Jawa pada Awal Abad XIX. Kelompok ini mendapat bantuan dari pemerintah Prancis dalam mendirikan Republik Bataaf pada 25 Januari 1795. Belanda pun berada di bawah pengaruh Prancis sampai dengan tahun 1813.

 

 

Dalam bukunya yang berjudul The Rebel (Pemberontak), Albert Camus berkomentar bahwa kaum revolusioner membangun negara republik di atas pembunuhan Raja Louis XVI. Pembunuhan itu bukan tanpa sebab. Sepanjang perjalanan Kerajaan Versailles (Prancis), raja selama ini berwenang melakukan apa saja dan menyebut dirinya adalah tuhan. Agama melulu menjadi alasan ketika sebuah kebijakan berat sebelah, dan atas keresahan itulah, rakyat Perancis memenggal kepala tuhannya (raja).

 

Keberadaan monarki hanya mendukung konsep ketuhanan yang menghalalkan berbagai hukum tumbuh subur di atas bumi Prancis. Sehingga, bagi Albert Camus, konsep republik ini dapat berdiri sendiri, dan moralitas tetap dapat eksis tanpa hadirnya raja sebagai tuhan.

 

Sebelum terjadinya peristiwa penyerangan benteng Bastille di Prancis pada tahun 1789, masyarakat Prancis menginginkan perubahan sistem ketatanegaraan di wilayahnya. Hal ini diakibatkan dari kondisi rakyat yang sangat menderita akibat beban pajak yang harus mereka tanggung. Oleh karena itu, terjadilah perpecahan di kalangan masyarakat Prancis, yaitu antara kaum loyalis yang taat kepada raja dan kaum republiken yang menginginkan dilakukannya perubahan sistem ketatanegaraan di Prancis.

 

Menurut Djoko Marihandono dalam makalah yang dibuatnya gahun 2011, penerapan ide Revolusi Prancis di Jawa pada Awal Abad XIX, apa yang terjadi di Prancis, telah pula mengilhami kaum Patriot di Belanda untuk mulai melakukan propaganda menentang rezim Staadhouder Willem V dari dinasti Oranye yang saat itu berkuasa. Mereka berupaya untuk melakukan penggantian sistem ketatanegaraan di Belanda agar menjadi benar-benar republik.

 

Atas bantuan dari pemerintah Prancis, kaum Patriot berhasil mendirikan Republik Bataaf pada 25 Januari 1795. Sehingga secara umum, negeri Belanda pun berada di bawah pengaruh Prancis sampai dengan tahun 1813.

 

Dalam periode ini pemerintahan Belanda berjalan dalam tiga bentuk, yakni pemerintahan Republik Bataaf di bawah Raadpensionaris Jan Rutger Schimmelpenninck (1795—1806), kemudian era Kerajaan Belanda di bawah Raja Louis (Lodewijk) Bonaparte (1806—1810), lalu sebagai wilayah yang langsung berada di bawah Kaisar Napoleon Bonaparte sendiri (1810—1813). Perubahan-perubahan tersebut pada akhirnya ikut membawa pengaruh yang sangat besar bagi wilayah koloni di Hindia Timur.

 

Louis Bonaparte, yang terlahir dengan nama Luigi di Buonaparte, lebih populer dalam sebutan nama Louis Bonaparte. Meski ia adalah adik kandung dari Napoleon Bonaparte, tetapi Louis lebih menempatkan dirinya sebagai raja Belanda ketimbang menjadi bawahan yang harus menuruti semua keinginan kakaknya di Prancis.

 

Dalam situasi perang yang berkecamuk di Eropa saat itu, pemerintahan Republik Bataaf tidak mampu lagi mempertahan wilayah koloninya di sebelah timur Tanjung Harapan. Maka, Napoleon Bonaparte pun membubarkan Republik Bataaf dan menggantinya menjadi Kerajaan Belanda dengan Louis Bonaparte sebagai rajanya yang pertama. Penunjukan Louis sebagai raja Belanda diharapkan mampu untuk lebih mengendalikan pertahanan di wilayah koloni yang membentang dari Tanjung Harapan sampai ke wilayah Hindia Timur.



Pada Juli 1810, Louis Bonaparte diberhentikan sebagai Raja Belanda. Ia dianggap melanggar komitmen dengan Kaisar Napoléon, yaitu membiarkan armada dagang Inggris mendarat di Belanda. Selain itu, Louis juga dianggap lebih menempatkan dirinya sebagai raja Belanda ketimbang sebagai orang Prancis. Selain itu Louis juga ditegur oleh Napoleon karena memberikan Daendels pangkat Marsekal.

 

Bagi Napoleon orang Belanda belum pantas mendapatkan pangkat setinggi itu. Dan, sejak menjadi bawahan langsung yang diperintah dari Prancis, maka semua daerah koloni Belanda kemudian diharuskan mengibarkan bendera Prancis.

 

Meski Napoleon menyebut koloninya membentang dari Tanjung Harapan di Afrika Selatan hingga ke Hindia Timur (Nusantara), pada kenyataan kala itu (tahun 1808) kekuasaan sesungguhnya hanya tersisa di Pulau Jawa. Maka kota-kota di Jawa, terutama Batavia yang menjadi pusat dari pemerintahan koloni Belanda, langsung menjadi rebutan antara Prancis dan Inggris. Di Jawa, sembari terus berupaya mempertahannya dari serangan Inggris, Prancis pada akhirnya turut pula menebarkan ide-ide revolusi yang mereka yakini. (*)

Jurnalis :Bayu Widiyatmoko
Editor :Jajang Yanuar
Illustrator :Rahma Monika
Infografis :Rahma Monika
side ads
side ads