top ads
Home / Telik / Sejarah / Menggagas Perang Lawan Makassar - [Bagian 04]

Sejarah

  • 61

Menggagas Perang Lawan Makassar - [Bagian 04]

  • February 05, 2023
Menggagas Perang Lawan Makassar - [Bagian 04]

Serangan VOC di jantung Makassar digambarkan sebagai malapetaka. Istri raja yang paling cantik saja, yang saat itu persis di samping raja tewas oleh peluru meriam. Perlawanan pasukan Makassar yang turut dibantu Portugis yang tengah berada di tempat, tak mampu membendung bombardir VOC.

 

Semua rencana berhasil seperti yang dibayangkan Hoge Regering. Kesebelas kapal berlayar ke pantai, menyerang berbagai benteng, sampai akhirnya mereka berhenti menembaki Sombaopu, benteng yang menampung istana kerajaan. Wouter Schouten menceritakan bagaimana salah satu istri raja yang paling cantik, yang berada tepat di sisi raja pada saat itu, terbunuh oleh peluru meriam. Banyak tongkang dan kapal kecil yang tergeletak di pantai juga turut dihancurkan oleh pemboman kapal. Sementara itu, pihak Makassar membalas tembakan. Yang pertama dari Panakukang, kemudian dari berbagai pertahanan yang lebih kecil, dan terakhir dari Sombaopu sendiri. Wouter Schouten, pertama-tama menggambarkan bagaimana pemboman besar-besaran dari kapal-kapal berhasil mendatangkan malapetaka di Makassar.

 

Ia menyebut: “Karena ini bukanlah permainan anak-anak, orang Makassar dan Portugis pun telah bergegas dari tempat tinggal mereka untuk membantu raja dan mulai menembaki kami, lebih intens daripada Panakukang. Bola meriam mereka yang berat menghantam jantung armada kami, yang babak belur karenanya. Di kapal kami, andalan kami tertembak menjadi dua, karena itu tiang utama kami menjadi renggang. Kami juga mendapat beberapa pukulan langsung di bawah permukaan air, tetapi lubang itu segera diperbaiki oleh tukang kayu kami. Peluru meriam musuh seberat dua belas, delapan belas, dan dua puluh empat pon berhasil menyebabkan banyak kerusakan pada tiang kapal, tali, dan layar, yang membawa kapal kami ke dalam beberapa masalah.”

 

Terlepas dari kerusakan yang terjadi pada sebelas kapal ini, rencana sudah berhasil. Sebanyak 4.000 orang Makassar yang membela Panakukang, mengira bahwa serangan utama adalah di Sombaopu, dan bergegas pergi untuk mempertahankannya. Hanya kekuatan kecil yang tertinggal.

 

Kemudian, Van Dam dan Truytmans mendaratkan pasukan mereka, yang dilengkapi dengan peralatan pengepungan, di pantai dekat Panakukang. Seperti yang digambarkan Wouter Schouten, pasukan kecil Makassar yang tertinggal, menyadari bahwa mereka kalah jumlah, akhirnya memutuskan untuk meninggalkan benteng. Namun, ketika mereka membuka gerbang kecil untuk meninggalkannya, sekelompok penombak VOC telah tiba di dekat gerbang ini dan menyerbu masuk mengusir tentara Makassar, yang sekarang mulai melompat dari tembok.

 

Tentara VOC memasuki Panakukang, membawa meriam, mesiu, granat dan persenjataan lainnya, dan mengibarkan bendera Belanda di atas benteng. Barulah pasukan di Sombaopu menyadari apa yang sedang terjadi, dan pasukan Makassar yang besar berusaha menaklukkan kembali Panakukang. Mereka membawa satu tangga pengepungan yang digambarkan Schouten sama sekali tidak dapat digunakan.

 

Pasukan VOC telah mengisi meriam terberat mereka dengan potongan-potongan dan menembaki kerumunan besar tentara di bawahnya, juga melemparkan granat api. Perlakuan ini langsung menciptakan kekacauan di antara pasukan Makassar, dan segera tentara Makassar mundur dengan tercerai-berai. Van Dam lalu memutuskan untuk melakukan serangan mendadak; Pasukan VOC mengejar orang Makassar yang mundur sampai ke sungai Beerang, di tengah-tengah antara Panakukang dan Sombaopu. Dalam perjalanan kembali ke Panakukang, pasukan membakar kota, dimana sebagian besarnya dapat terbakar habis.



Sebelas kapal yang mengarah ke Sambaopu telah melihat bendera Belanda dikibarkan di atas Panakukang, dan menuju lebih jauh ke utara untuk membombardir bagian kota yang dihuni Portugis sebagai sasaran. Portugis, yang diizinkan mempertahankan diri di Makassar, segera membalas tembakan. Armada Kompeni pun berlayar sampai ke benteng paling utara di sepanjang pantai, Ujung Pandang. Mereka dengan hati-hati menghindari agar tidak mengenai pondok Inggris yang ada di dekat sana. Armada lalu berbalik untuk kembali ke Panakukang, dan tidak menyia-nyiakan kesempatan untuk melakukan pemboman lagi di kuarter Portugis.

 

Malang kapal yang ditumpangi Wouter Schouten tersangkut tali kapal laksamana Portugis yang diledakkan Van Dam di lokasi itu empat hari lalu. Portugis, yang menyadari bahwa kapal itu terjebak di dekat meriam Portugis, mencoba menabraknya di bawah permukaan air untuk menenggelamkannya. Namun, dengan keberuntungan luar biasa, salah satu bola meriam tampaknya mengenai tali di mana kemudi kapal terjerat. Kapal pun lepas dan berhasil lolos kembali ke Panakukang, yang dalam beberapa hari ke depan sudah dipertahankan dengan membuat parit tambahan.

 

Mengagumkan. Apa yang direncakan dan dilaksanakan dari Batavia hanya memakan korban tewas sembilan tentara Belanda dalam keseluruhan aksi tersebut. (*)

Jurnalis :Bayu Widiyatmoko
Editor :Jajang Yanuar
Illustrator :Bagus Maulana
Infografis :Bagus Maulana
side ads
side ads