top ads
Home / Telik / Politik / Setelah Gus Yahya Jadi Ketum PBNU…

Politik

  • 235

Setelah Gus Yahya Jadi Ketum PBNU…

  • January 20, 2022
Setelah Gus Yahya Jadi Ketum PBNU…

“Selepas perhelatan Muktamar NU ke-34 melahirkan wajah baru Ketua Umum PBNU, yakni KH. Yahya Cholil Staquf. Jelang digelarnya muktamar terdapat banyak hal menarik yang terjadi. Disamping itu, bagaimana reaksi publik terhadap kepemimpinan Gus Yahya, apakah banyak penerimaan atau justru penolakan.”

 

Penyelenggaraan Muktamar Nahdlatul Ulama (NU) ke-34 hampir meleset untuk yang kedua kalinya, beruntung pemerintah meniadakan kebijakan PPKM Level 3 di akhir tahun lalu. Jika tidak, niscaya Muktamar NU akan berlangsung di bulan Januari ini. Muktamar yang digelar 22 hingga 24 Desember lalu itu menahbiskan KH. Yahya Cholil Staquf sebagai Ketua Umum (Ketum) PBNU dan KH Miftachul Akhyar sebagai Rais Aam PBNU dalam kepengurusan 2021-2026.

 

Peliknya pergantian kepemimpinan di tubuh ormas Islam terbesar dunia ini, sebenarnya sudah terasa dari tahun sebelumnya. Basis dukungan terhadap figur kandidat ketum sudah bergaung sejak di tingkat kecamatan. Di media, suara-suara itu cukup lantang, namun sangat berhati-hati. Hal itu tertangkap dari pernyataan publik pengurus wilayah NU Kalimantan Barat (Kalbar) yang menghimbau pengurus cabangnya di tingkat kabupaten/kota untuk tidak menyatakan dukungan kandidat PBNU.

 

Namun, realitasnya berlainan, justru para pengurus cabang di berbagai wilayah Kalbar mendeklarasikan dukungan terhadap KH. Said Aqil Siradj untuk maju kembali sebagai Ketum PBNU.

 

Tidak hanya dukungan deklarasi, publikasi pemeringkatan kandidat dengan menggunakan lembaga survey juga berseliweran sejak awal 2021. Seperti, Institute for Democracy and Strategic Affairs (Indostrategic) dan Pollingkita yang jauh-jauh hari menerka suara umat Nahdliyin.

 

Indostrategic mengklaim melakukan survey dalam kurun 23 Maret hingga 5 April 2021, dan memunculkan lima besar kandidat potensial, meliputi KH. Marzuki Mustamar 24,7%, KH. Hasan Mutawakkil Alallah 22,2%, KH. Said Aqil Siradj 14,8%, KH. Ahmad Bahauddin Nursalim 12,4%, dan KH. Yahya Cholil Staquf 3,7%.

 

Sementara survei Pollingkita dilakukan pada 26 September 2021, memunculkan lima nama tertinggi, yaitu KH. Ahmad Azaim Ibrahimy 38.8%, KH. Ahmad Bahauddin Nursalim 9,5%, KH. Reza Ahmad Zahid 8,9%, KH. Marzuqi Mustamar 5,4%, dan KH. Abdul Somad (UAS) 4,9%.

 

Di atas kertas, Gus Yahya sapaan akrab KH. Yahya Cholil Staquf, memiliki suara yang relatif kecil, bahkan tersisih di survey kedua. Namun, realitasnya justru terjadi pengerucutan suara antara Said Aqil Siradj yang saat itu masih menjabat sebagai Ketum PBNU dan Gus Yahya yang kala itu menjabat sebagai Katib Aam PBNU.

 

Prediksi yang agak mendekati realitasnya justru disuarakan pengamat politik UIN Syarif Hidayatullah, Adi Prayitno. Kala itu ia berujar, kalau pun ada nama lain seperti Muhaimin Iskandar, menurutnya ketua PKB ini masih dianggap satu mazhab dengan Said Aqil.

 

Pandangan Adi kala itu, Gus Yahya merupakan penantang kuat Said Aqil lantaran sosoknya yang mewakili para pendukung Presiden keempat Abdurrahman Wahid atau Gus Dur. “Apalagi Gus Yahya mantan jubir Gus Dur. Trah politiknya mirip Gus Dur dan relatif membawa NU menjauh dari urusan politik,” ujar Adi, Senin (11/10/2021).

 

Siapa yang memegang NU, tak dapat dipisahkan dari dampak politis yang melekat dalam sifat keumatan. Hal itu dinilai akan mempengaruhi sikap organisasi saat Pemilu 2024.

 

Adi mengungkapkan, jika Said Aqil lagi yang terpilih, kecenderungan NU akan tetap dekat dengan politik dan kekuasaan. “Itu tidak bisa menutup mata, karena banyak aktivis NU juga menjadi bagian dari pemerintah. Bahkan, kiai Said juga komisaris utama,” ucapnya.

 

Tak dapat dipungkiri, polarisasi dukungan antara Said Aqil dan Gus Yahya memang menyeruak. Deklarasi dukungan yang muncul di permukaan, diketahui 10 PWNU mendeklarasikan dukungan bagi Said Aqil dan 8 PWNU mendukung Gus Yahya.

 

PWNU yang mendukung Said Aqil, meliputi : Aceh; Banten; Bengkulu; Kepri; Lampung; Papua; Sumbar; Sulsel; Sumsel; dan Sumut. Sementara Gus Yahya didukung oleh 8 PWNU, yaitu: Bali; Jatim; Malut; NTB; NTT; Sumsel; Sulteng; dan Sulsel. Adapun 2 PWNU yang tidak mendukung siapapun, yaitu : DKI Jakarta dan Kalbar. Itu pun dengan catatan, bahwa PWNU Kalbar ditinggalkan oleh hampir PCNU-nya yang telah mendeklarasikan diri mendukung Said Aqil.

 

Meski terjadi polarisasi politik dukungan, warga nahdliyin menjukkan kedewasaannya. Itu diteladankan oleh para figur pentolannya, diakhir Muktamar, mereka saling memuji satu sama lain.

 

Said Aqil yang tumbang dari kursi ketua, memberikan selamat kepada Gus Yahya. “Mudah-mudahan Allah beri kekuatan kepada beliau, mampu memimpin PBNU ke depan lebih baik lagi, lebih sempurna lagi,” kata Said Aqil di Lampung, Jumat (24/12/2021).

 

Sementara itu dalam penutupan akhir pidato, Gus Yahya selaku Ketum PBNU terpilih menyampaikan pesan menyentuh untuk Said Aqil dengan mengatakan bahwa Said Aqil merupakan guru yang telah mendidik dan membesarkannya hingga saat ini.

 

“Yang paling awal ingin saya haturkan terima kasih saya adalah kepada guru saya, yang mendidik saya, menggembleng saya, menguji saya, tapi juga membukakan jalan bagi saya dan membesarkan saya, Prof Dr KH Said Aqil Siroj,” kata Gus Yahya di lokasi Muktamar ke-34 NU di Lampung, Jumat (24/12/2021).

 

 

Politisi yang Pertama Kali Ucapkan Selamat

 

Muktamar ke-34 NU yang berlangsung secara tertutup itu berakhir baik, sehingga mendapat apresiasi dari banyak kalangan, tak terkecuali para politisi. Diantara yang pertama kali memberikan pujian itu adalah Ketua DPR RI Puan Maharani. Ia berujar, akan ada warna baru bagi NU.

 

“Selamat atas terpilihnya KH Miftachul Akhyar selaku Rais Aam Syuriah PBNU dan KH Yahya Cholil Staquf sebagai Ketum PBNU periode 2021-2026. Semoga hasil-hasil Muktamar ke-34 PBNU membawa maslahat bagi umat dan rakyat,” kata Puan, Jumat (24/12/2021).

 

PAN melalui ketumnya, Zulkifli Hasan (Zulhas) juga turut mengucapkan selamat dengan pesan bisa membawa NU menjadi lebih baik bagi umat. Tak terkecuali dari itu semua, Demokrat yang mengklaim identitas sebagai parpol nasionalis-religius melalui Agus Harimurti Yudhoyono (AHY) juga menyampaikan ucapan selamat dan harapan atas terpilihnya Miftachul Akhyar dan Gus Yahya.

 

Di panggung pemerintahan, sejumlah menteri juga merangkul kepemimpinan baru PBNU. Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Airlangga Hartarto yang juga menjabat Ketum Partai Golkar, mengacungi jempol kontestasi yang berjalan demokratis dan khidmat.

 

“Saya mengapresiasi Muktamar NU berjalan lancar penuh hidmat dan demokratis. Alhamdulillah rangkaian acara Muktamar NU berjalan dengan baik dan menghasilkan kepemimpinan duet KH Miftachul Akhyar - KH Yahya Cholil Staquf,” kata Airlangga, Jumat (24/12/2021).

 

Senada dengan itu, Menteri BUMN Erick Thohir. Erick mengucapkan terima kasih kepada Said Aqil yang selama dua periode telah membawa PBNU berkembang pesat. Diakhir kepemimpinan Said Aqil, Erick Thohir didaulat menjadi warga kehormatan organisasi sayap NU, Barisan Serba Guna (Banser).

 

Erick optimistis Gus Yahya akan melanjutkan prestasi Said Aqil demi membawa kemaslahatan bagi umat, bangsa, dan negara.

“Alhamdulillah. Sebagai bagian dari umat, saya ucapkan terima kasih pada Kiai Said yang selama ini telah menyumbangkan sumbangsih besar, khususnya pada perkembangan perekonomian syariah. Selamat kepada Gus Yahya yang akan melanjutkan ikhtiar yang sudah dirintis Kiai Said,” kata Erick, Jumat (24/12/2021).

 

  

Lampung Jadi Bandul Dukungan

 

Akhir yang baik adalah segalanya, tak peduli prosesnya yang begitu berdarah-darah. Hal seperti itu tertangkap dari polarisasi yang khas ala Muktamar NU. Sejumlah wilayah yang telah mendeklarasikan dukungannya terhadap Said Aqil dan Gus Yahya, di publik begitu mencolok satu wilayah yang terpecah menjadi dua kubu. Wilayah tersebut adalah Sumatra Selatan (Sumsel). Sejumlah nama-nama Ketua Tanfidziyah PCNU dari 17 kabupaten/kota di Sumsel menyatakan dukungan untuk Said Aqil. Dukungan tersebut disampaikan langsung ke Said Aqil saat dirinya bersilaturahim ke Pondok Pesantren Hidayatul Mubtadiin.

 

Sementara itu, KH. Affandi selaku Rois Syuriah PWNU Sumsel menyampaikan pesan lewat KH. Nursalim Habibi Katib Syuriah PWNU Sumsel bahwa atas nama perwakilan jajaran syuriah PWNU Sumsel, serta beberapa Kyai sepuh se-Sumsel, memohon dengan sangat agar Said Aqil berkenan kembali menjadi Ketum PBNU periode mendatang.

 

Adapun di pihak PWNU Sumsel yang lain, mereka mendeklarasi dukungan untuk Gus Yahya menjadi Caketum PBNU. Ketua Tanfidziyah Sumsel, KH. Amiruddin Nahrawi atau Cak Amir mengatakan, PWNU Sumsel merupakan barisan pertama pendukung KH Yahya Staquf. Langkah tersebut kemudian diikuti oleh PWNU provinsi lain. Dukungan dari PWNU Sumsel diutarakan dalam silahturahmi dan temu kangen PWNU dan PCNU se-Sumsel di Batiqa Hotel sejak 7 Oktober 2021 lalu.

 

Awalnya Cak Amir sempat menanyakan apakah PCNU 17 kabupaten kota se-Sumsel sepakat mendukung Gus Yahya untuk menggantikan posisi Said Aqil. Pertanyaan itu lantas disambut oleh para ketua pengurus cabang dengan kata sepakat mendukung. Bahkan Gus Yahya hadir dalam kesempatan itu secara virtual.

 

“Tekad kami tetap bulat seperti sejak awal memberikan dukungan kepada KH Yahya Cholil Staquf pada Oktober lalu. Dan saat ini 17 PCNU masih solid menyatakan dukungan,” terang Cak Amir kala itu, Sabtu (6/10/2021).

 

Cak Amir juga mengucapkan rasa syukur jika 17 PCNU se-Sumsel tetap solid memenangkan Gus Yahya.

 

Ketua PBNU Saifullah Yusuf atau Gus Ipul menyatakan Muktamar ke-34 NU menjadi momentum regenerasi di tubuh ormas Islam terbesar di Indonesia itu. Gus Ipul mengatakan semua kader NU mempunyai hak yang sama untuk mencalonkan diri sebagai Ketua Umum PBNU.

 

Selain maraknya dukungan terhadap Said Aqil dan Gus Yahya, ternyata keduanya telah mengaku siap maju sebagai kandidat Caketum PBNU.

“Iya betul (maju sebagai Caketum PBNU),” kata Gus Yahya pada Senin, 11 Oktober 2021.

 

Menguatnya figur Gus Yahya, lantas dibalas dengan Said Aqil yang mengklaim didukung banyak kalangan untuk mencalonkan diri kembali. “Kalau banyak permintaan ya saya siap dong, yang namanya kader ya harus siap kalau banyak permintaan. Walaupun sampai sekarang saya belum mendeklarasi secara resmi, tetapi permintaan sudah sangat banyak”, kata Said Aqil di bulan Oktober 2021.

 

Ketika mendekati hari H Muktamar, sejumlah narasi berkembang di publik. Pengamat politik Ujang Komaruddin misalnya, meyakini terpilihnya Gus Yahya bakal mempengaruhi kepemimpinan Muhaimin Iskandar di pucuk pimpinan Partai Kebangkitan Bangsa (PKB). Sebab, Gus Yahya dinilai sebagai sosok yang dekat dengan kelompok Gus Dur.

 

Ujang menyebut, pengaruh tersebut bisa saja membuat Cak Imin kalah, andai maju kembali dalam Muktamar PKB. Selain itu, Ujang juga menilai kepemimpinan Gus Yahya harus mampu menghindari NU dari permainan politik praktis.

 

“NU mesti mampu menjaga jarak dengan kekuasaan. NU jangan lagi ditarik-tarik ke wilayah politik praktis,” kata Ujang, Minggu (26/12/2021).

 

Berbeda pandangan dengan Ujang, Pengamat Komunikasi politik Universitas Esa Unggul, Jamiluddin Ritonga, mengatakan kecil kemungkinan Gus Yahya akan dipersiapkan untuk ikut kontestasi Pilpres 2024.

 

“Sebagai Ormas keagamaan terbesar di Indonesia, NU memang diharapkan tidak terlalu dekat dengan salah satu partai politik. NU diharapkan tidak di mana-mana, tapi ada dimana-mana,” kata Jamil, Rabu (29/12/21).

 

Sementara itu, ada pandangan yang bertolak belakang dengan Jamil. Pengamat politik Saiful Anam menganggap hubungan PKB di bawah Cak Imin dengan NU akan semakin renggang, usai terpilihnya Gus Yahya.

 

Mengenai pandangan yang berkesan negatif tersebut, Gus Yahya menegaskan bahwa NU telah mengambil jarak dengan politik praktis. Sebagai Ketum baru PBNU, ia ingin melakukan upaya untuk menyembuhkan luka-luka polarisasi yang sudah terlanjur terjadi. Ia juga mengaku berkomitmen untuk mensosialisasikan berhenti melakukan politik identitas.

 

"Kita juga harus bersungguh-sungguh mengkampanyekan. Kita ajak semua stakeholder dan masyarakat mari berhenti melakukan strategi politik identitas," kata Gus Yahya, Kamis (30/12/21).

 

Setelah adanya penegasan dari Gus Yahya bahwa NU tak boleh jadi alat politik partai politik manapun, termasuk PKB.

 

Pengamat politik AS Hikam menilai pernyataan Gus Yahya itu mengindikasikan, selama ini PKB memang menggunakan NU sebagai alat politik.

“Kalau kita lihat dari statement itu, paling tidak reaksi pertama adalah bahwa selama ini ada kondisi atau ada gejala PKB mempergunakan NU. Statement itu semacam analisa Gus Yahya,” kata Hikam, dikutip dari portal optika, Minggu (2/1/2022).

 

Setelah melihat sejumlah perbedaan pandangan, dapat disimpulkan bahwa Muktamar NU indikator kesuksesan dalam merangkul elite keagamaan yang sebelumnya terpecah belah menjadi dua kubu. Ada harapan NU menjadi teladan dalam mengatasi polarisasi dukungan politis, juga dapat bergulir dalam upaya bangsa ini menyudahi polarisasi politik praktis jelang pemilu 2024. (*)


Jurnalis :Muhammad Fadhil
Editor :Jajang Yanuar
Illustrator :Rahma Monika
Infografis :Rahma Monika
side ads
side ads