SidebarKanan
Politik

Menanti Arah Politik Baru Golkar

Kuatbaca

10 May 2023 16:57

Test

“Selama Ramadan hingga Idulfitri, Golkar banyak melakukan pertemuan-pertemuan di level elite bersama Partai Gerindra. Tokoh-tokoh senior Golkar sering dikunjungi oleh Prabowo Subianto pasca ramainya isu duet paslon Prabowo-Airlangga yang bergulir sejak Februari 2023 bertepatan dengan mencuatnya isu pembentukan Koalisi Besar. Golkar mulai menunjukan arah politiknya yang baru, ditambah Airlangga yang juga sempat menyebut akan menyiapkan strategi politik setelah lebaran. Jika menelik situasi politik saat ini, arah politik baru tersebut berpotensi menuju pembentukan koalisi baru bersama Gerindra dan PKB dengan paslon yang diusung yakni Prabowo dan Airlangga.”

 

Momen Idulfitri 1444H atau Lebaran di tahun 2023 terlihat banyak antar figur politisi di level elite. Terbaru, tokoh senior Golkar, Jusuf Kalla disambangi oleh Ketua Umum (Ketum) Partai Gerindra, Prabowo Subianto di kediaman Jusuf Kalla di Brawijaya, Kebayoran Lama, Jakarta Selatan, Selasa (2/5/2023) sebelum bertemu Presiden Jokowi di Istana.

 

Sebelumnya, Ketua Dewan Pembina Partai Golkar, Aburizal Bakrie dan Ketum Partai Golkar, Airlangga Hartarto juga dikunjungi oleh Prabowo. Pertemuan tersebut berlangsung di kediaman Aburizal Bakrie di Jalan Ki Mangunsarkoro Nomor 42, Menteng, Jakarta Pusat, Senin (1/5/2023).


Tepat pada 1 Syawal 1444H, saat hari raya Idulfitri, Aburizal Bakrie kedatangan Ketua Umum Gerindra Prabowo Subianto di kediamannya, Sabtu (22/4/2023). Pertemuan pertama kedua tokoh tersebut di tahun 2023 tersebut dalam rangka momen halalbihalal Lebaran.

 

Keesokan harinya giliran Airlangga Hartarto yang menyambangi kediaman Prabowo Subianto masih dalam agenda halalbihalal politik, Minggu (23/4/2023). Pada saat Ramadan, Airlangga juga sempat mendatangi Prabowo di Kementerian Pertahanan (Kemhan), Jalan Merdeka Barat, Jakarta, Selasa (11/4/2023) jelang buka puasa.

 

Dalam kurun waktu sebulan terakhir telah terjadi sejumlah pertemuan lain antara elite Golkar dan Gerindra. Empat pertemuan terakhir antara Golkar dengan Gerindra berlangsung di waktu yang berdekatan tepat setelah Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan (PDIP) resmi mendeklarasikan Gubernur Jawa Tengah, Ganjar Pranowo sebagai bakal calon presiden (capres) dari PDIP.

 

Rangkaian pertemuan tersebut membuat isu duet pasangan calon presiden dan wakil presiden antara Prabowo Subianto dengan Airlangga Hartarto mengemuka. Berdasarkan pantauan di pemberitaan, wacana menduetkan Prabowo dan Airlangga mulai mengemuka sekitar awal Februari 2023, bersamaan dengan wacana pembentukan koalisi besar.

 

Duet Prabowo-Airlangga mendapatkan respons positif dari sejumlah entitas figur politik. Airlangga Hartarto sendiri menyebut bahwa duet itu sudah masuk dalam pembahasan yang sangat mendalam sejak Maret 2023.

 

Dari pihak Gerindra mengatakan bahwa baik Gerindra maupun Golkar memiliki kesamaan. “Saya rasa kita partai politik yang banyak memiliki kesamaan secara perjuangan dan sama-sama berkoalisi di koalisi pemerintahan,” terang Waketum Gerindra, Budi Djiwandon, Selasa (21/3/2023).

 

Elite politik dari Partai Persatuan Pembangunan, partner Golkar di Koalisi Indonesia Bersatu (KIB), turut mengomentari wacana menduetkan Prabowo dan Airlangga tersebut. Ketua Majelis Pertimbangan PPP, Muhammad Romahurmuziy menilai Golkar dan Gerindra merupakan mesin kerja efektif untuk pemenangan.

 

“Itu penggabungan dua kekuatan besar, Gerindra dan Partai Golkar yang akan menjadi mesin kerja yang efektif untuk pemenangan,” ucap Romahurmuziy, Rabu (22/3/2023).

 

Sosok tokoh senior Nahdlatul Ulama (NU), Yaqut Cholil Qoumas yang juga berposisi sebagai Ketua Umum GP Ansor, ikut mendorong Prabowo Subianto dan Airlangga Hartarto berduet di Pilpres 2024. Hal itu terlihat dari unggahan foto yang menampilkan kebersamaan Prabowo dan Airlangga di akun Instagram-nya.

 

"Jika beliau berdua berpasangan pada Pilpres 2024 nanti, saya kok merasa kontestasi akan sangat kompetitif. Ini akan sangat baik untuk demokrasi dan menjanjikan bagi Indonesia yang raya ini," tulis Yaqut Cholil Qoumas, Kamis (27/4/2023).

 

Akan tetapi, hal tersebut bisa menjadi sulit terjadi jika melihat warna politik yang sama di antara kedua figur tersebut. Analis Sosial Politik Universitas Negeri Jakarta (UNJ), Ubedilah Badrun menyampaikan bahwa secara sosiologis politik dan kalkulasi politik, kemenangan paslon capres-cawapres membutuhkan warna politik yang berbeda.

 

“Duet Prabowo-Airlangga memiliki potensi untuk menang meskipun sangat tidak mudah, artinya sangat memerlukan kerja mesin politik yang luar biasa untuk menang,” ujar Ubedilah kepada wartawan Kuatbaca.com melalui pesan teks, Sabtu (6/5/2023).

 

Pendapat serupa juga disampaikan pengamat politik dari Universitas Al Azhar Indonesia (UAI), Ujang Komarudin. Kesulitan memasangkan keduanya juga karena perbedaan elektabilitas.

 

"Prabowo dengan Airlangga sulit. Airlangga kan elektabilitasnya kecil. Saya sih melihatnya bisa tumbang, bisa kalah. Ini soal objektif saja dalam konteks menilai pasangan Prabowo-Airlangga," terang Ujang kepada wartawan Kuatbaca melalui pesan suara, Sabtu (6/5/2023).




Ketum PKB Muhaimin Iskandar atau Cak Imin pun menepis wacana duet Prabowo-Airlangga yang didorong oleh Yaqut saat menyambangi kediaman Prabowo di Kertanegara IV, Kebayoran Baru, Jakarta Selatan. “Tidak masuk pembahasan” jawab Cak Imin sambil tertawa keras, Jumat (28/4/2023).

 

Tak lama usai PKB menyambangi Gerindra, PKB melakukan pertemuan dengan Golkar dalam rangka halalbihalal di Resto Plataran, Senayan, Jakarta Pusat, Rabu (3/5/2023).

 

Inti dari pertemuan tersebut adalah meresmikan tim pemenangan Pilpres 2024 Golkar dan PKB. Tujuan tim tersebut dibuat untuk sama-sama memenangkan kontestasi Pilpres 2024.

 

Mencermati momen pertemuan terhadap peluang terwujudnya duet Prabowo-Airlangga, Ketua Bappilu DPP Golkar, Nusron Wahid mengemukakan pendapatnya.

 

“Kalau soal calon presiden dan wakil presiden sekali lagi urusan yang ada di foto-foto itu (Airlangga dan Cak Imin). Kalau kita urusannya membangun tim,” ujar Nusron Wahid, Rabu (3/5/2023).

 

Patut diingat bahwa Golkar merupakan partai yang senior dan mapan untuk selalu berada di dalam ruang lingkup pemerintahan. Ketum Satu Jari Indonesia Agung Mozin menilai, negosiasi politik Golkar tidak hanya berkutat untuk mendapatkan kursi wapres.

 

"Tapi karena kepiawaian Golkar, bisa saja mereka lepas, 'oke ambil (posisi) wapres, tapi ingat lho menterinya 7 kami yang pegang'. Itu lebih strategis 7 menteri daripada 1 wapres," nilai Agung Mozin, yang disampaikan pada podcast Tambang Data Channel Youtube Kuatbaca.com, (13/4/23).

 

 

Jurnalis : Muhammad Fadhil

Editor : Gery Gugustomo

Illustrator : Rahma Monika

Infografis : Rahma Monika


Komentar

Pencarian tidak ditemukan

Belum ada komentar

SidebarKanan
Kuatbaca.com

Informasi


Tentang Kami

Pedoman Media Siber

Susunan Redaksi

2023 © KuatBaca.com. Hak Cipta Dilindungi