Kuatbaca
23 May 2023 19:31
“Sebagian besar parpol peserta pemilu 2024 menyodorkan nama artis sebagai bakal calon legislatifnya. Fenomena tersebut mengesankan belum maksimalnya fungsi parpol sebagai lembaga pendidikan politik dan rekrutmen yang ideal. Namun, hal itu langsung dibantah oleh elite parpol yang menyatakan perekrutan seorang selebritas sebagai caleg tidak dilakukan serta merta. Melainkan, melalui mekanisme yang ketat.”
Simson Rarameha Ngadang alias Temon Templar merupakan salah satu dari sejumlah nama artis tanah air yang ikut meramaikan proses pendaftaran Calon Legislatif (Caleg) dari partai NasDem di Komisi Komisi Pemilihan Umum (KPU), pada Kamis (11/5/2023) siang.
Ketua DPP NasDem Willy Aditya mengungkapkan sejumlah kalangan baik itu artis, milenial, ahli, kepala daerah, hingga pejabat pemerintahan yang masih aktif dimajukan sebagai caleg.
Beberapa kalangan artis yang disebutkan seperti Reza Artamevia, Choki Sitohang, Annisa Bahar, Ali Syakieb, Didi Riyadi, Nafa Urbach, Diana Sastra, dan Ramzi. Temon sendiri tidak masuk di dalam daftar Caleg dari partai NasDem.
Berbanding terbalik dari Temon yang terjun di dunia politik, komedian sekaligus lulusan FISIP UI Abdel Achrian justru mengungkapkan ketidaktertarikannya terhadap politik termasuk mendaftarkan diri sebagai Caleg.
“Untuk saat ini sih belum, tapi ngga tau ke depannya,” kata Abdel saat menjadi bintang tamu D’jail dalam program komedi dari KuatBaca.com, Kamis (11/5/2023).
Meskipun demikan, Abdel menilai akan sangat sulit bagi masyarakat untuk mengkritisi kinerja artis yang nantinya menjadi anggota DPR lantaran kerja legislatif dilakukan secara kolektif bukan individual seperti kepala daerah. Sehingga, Abdel menaruh harapan agar rekan-rekannya itu dapat bekerja mewakili rakyat dengan baik.
“Ya agak sulit memang untuk menilai kinerja rekan-rekan artis yang jadi anggota DPR, karena kerja legislatif dilakukan secara kolektif bukan individual seperti kepala daerah. Harapannya, temen-temen yang kepilih nanti 2024 dapat bekerja dengan baik,” ucap Abdel.
Fenomena partai politik (parpol) menggunakan pesohor sebagai caleg bukan hanya dari partai NasDem. Berdasarkan pantauan Kuatbaca selama 14 hari pendaftaran caleg yang berakhir minggu kemarin. Sebagian besar dari 24 parpol yang menjadi peserta pemilu 2024 menyodorkan nama artis sebagai bakal calon legislatifnya.
PDI-Perjuangan menjadi yang terbanyak dengan 13 nama artis. Adapun nama-nama artis dari PDIP seperti Krisdayanti, Rano Karno, Nico Siahaan, Rieke Diah Pitaloka, Once Mekel, Marcellius Kirana Hamonangan Siahaan, Deni Cagur, Maria Geraldina Tambunan, Louisa Herning Hapsari, Suryani Yanti Lalita Zen, Lucky Perdana dan Andre Ronal Benito Hehanussaa.
Gerindra di posisi kedua dengan 9 nama artis. Di antaranya Ahmad Dhani Prasetyo, Melly Cessy Goeslaw, Taufik Hidayat, Ari Sihasale, Derry Drajat, Didi Mahardika, Rachel Maryam, Jamal Mirdad, dan Moreno Suprapto. Lalu disusul partai NasDem dengan 8 nama artis yang menjadi calegnya di pemilu 2024.
Direktur eksekutif Developing Countries Studies center (DCSC), Zaenal A Budiyono, berpendapat bahwa maraknya parpol menggunakan jasa pesohor sebagai caleg untuk mendulang suara lantaran belum maksimalnya satu fungsi lembaga pendidikan politik dan rekrutmen yang ideal.
“Oleh karenanya, jalan pintas menuju kontestasi elektoral dilakukan dengan menempatkan sebanyak mungkin “vote getter” yang dalam hal ini adalah para figur publik/artis,” ucap Zaenal, kepada Kuatbaca melalui sambungan telepon, Senin (15/5/23).
Lebih lanjut, kata Zaenal, meski artis memiliki hak yang sama untuk dipilih sebagai wakil rakyat. Akan tetapi, kualitas diri seorang artis dalam memahami politik dan kebijakan publik perlu dipertanyakan.
“Sebagian besar dapat dikatakan belum optimal karena mereka bergabung saat menjelang pencalonan, bukan melalui proses yang layak. Mayoritas nama-nama artis yang dicalonkan baru kita ketahui saat pendaftaran,” lanjutnya.
Tak hanya itu, menurut Zaenal perekrutan artis sebagai caleg tidak memberi dampak jangka panjang bagi parpol. Karena dampaknya hanya mengikuti umur kepopuleran artis tersebut.
“Jika dilihat dari presentasinya dalam Pemilu 2024 ini jumlah artis yang menjadi Caleg relatif menurun,” pungkasnya.
Benar saja, beberapa parpol mengurangi kuantitas artis yang maju sebagai caleg di pemilu 2024 jika melihat data periode sebelumnya. Meski demikian, partai Demokrat justru menambah kouta artis nyaleg. Berikut datanya;
Senada dengan Zaenal, Peneliti Senior Pusat Riset Politik BRIN, Lili Romli menilai fenomena banyaknya artis menjadi caleg hanya dijadikan komoditas politik oleh parpol guna lolos dari persyaratan ambang batas.
“Karena persaingan ketat, untuk bisa lolos Parliamentary Threshold (PT) 4%. Partai memanfaatkan kepopuleran artis dengan harapan masyarakat memilih. Terlebih dia sudah punya modal yang cukup dari hasil keartisannya,” kata Lili kepada Kuatbaca melalui sambungan telepon, Senin (15/5/23).
Tanggapan Parpol Artis Nyaleg
Komedian sekaligus Ketua Dewan Pimpinan Wilayah (DPW) PAN DKI Jakarta, Eko Patrio membantah bahwa perekrutan seorang selebritas sebagai caleg tidak dilakukan serta merta. Melainkan, melalui mekanisme yang panjang di internal parpol.
“Jadi kalau di PAN, sebelum menjadi anggota dewan tentu ada pengajaran. Bagaimana dia dekat dengan masyarakat, public speaking dan sebagainya. Ada pola pengajarannya. Ketika menjadi anggota dewan juga ada pengajarannya gitu ya, namanya sekolah AMANAT,” kata Eko kepada Kuatbaca di KPU, Jum’at (12/5/2023).
Selain itu, kata Eko, partainya bersifat terbuka untuk menerima dari berbagai kalangan jika ingin bergabung mejadi kader.
“Baik artis, aktivis, LSM dan mahasiswa kan punya hak memilih dan dipilih yang sama. Jadi buat saya jangan di kotak-kotakin artisnya. Semua sama,” ujarnya.
Oleh sebab itu, Eko mencontohkan PAN yang merekrut Uya Kuya dengan segala pertimbangan. Salah satunya, Uya sudah lama mengadvokasi isu sosial kemasyarakatan, seperti membantu pekerja migran yang terlantar, dan yang terbaru kasus Tio Pakusadewo soal praktik bisnis di dalam lembaga permasyarakatan.
“Contoh nih ya Uya Kuya, kontribusinya udah bagus. Dia menjembatani imigran yang tertimpa masalah, terus yang kedua berani membongkar hal yang buat kita asing menjadi terbuka, yaitu kasus Tio Pakusadewo,” katanya.
Senada dengan Eko, Wakil Ketua Umum DPP PAN, Viva Yoga Mauladi juga menepis tudingan cara instan parpol dalam merekrut pesohor sebagai caleg. Ia berdalih PAN sudah melakukan fit and proper test terlebih dahulu sebelum merekrut artis sebagai caleg.
“Kami lakukan proses pengkaderan, baik formal maupun informal. Kami juga kasih penguatan militansi dan pengetahuan politik bagi para kader,” ucap Viva.
Di lain pihak, Ketua DPP PDIP Djarot Saiful Hidayat, mengklaim partainya tidak melakukan proses perekrutan kader secara asal-asalan tanpa terkecuali. Ia beralasan sebelum ditunjuk sebagai caleg, kader tersebut dibekali pendidikan politik melalui sekolah partai.
“Mereka direkrut melalui proses yang ketat, ada psikotesnya. Mereka yang maju sudah dinyatakan telah memenuhi persayaratan yang ada,” kata Djarot. (*)
Jurnalis : Ahmad Hendy Prasetyo
Editor : Gery Gugustomo
Illustrator : Fandy Dwimarjaya
Infografis : Fandy Dwimarjaya
Komentar
Belum ada komentar