top ads
Home / Telik / Internasional / Teruji Perang Demi Blue Water Navy China

Internasional

  • 105

Teruji Perang Demi Blue Water Navy China

  • January 26, 2023
Teruji Perang Demi Blue Water Navy China

“China dibawah dibawah kepemerintahan Xi Jinping berusaha mewujudkan Tentara Pembebasan Rakyat China (PLA) menjadi kekuatan kelas dunia khususnya angkatan laut untuk menjadi ‘Blue Water Navy’. Hal itu tergambarkan dari usaha – usaha yang dilakukan seperti memajukan alat utama sistem senjata (alutsista) yang diproduksi dalam negeri hingga mampu mengekspor ke sejumlah negara. Namun, sejumlah pengamat menilai saat ini China belum cukup untuk menjadi satu golongan dengan Amerika Serikat, Perancis, maupun Australia sebagai Blue Water Navy.”

 

Di tengah angin yang berhembus disertai daun yang berguguran tak menggugurkan niat Presiden China, Xi Jinping mengutarakan hasyaratnya yang ingin menjadikan Tentara Pembebasan Rakyat China (PLA) sebagai kekuatan kelas dunia khususnya angkatan laut. Hal itu disampaikan pada Minggu (16/10/2022).

 

Xi menyampaikan proyek militer itu akan selesai di modernisasi pada tahun 2035 dan menjadi "kekuatan kelas dunia" pada tahun 2049. "Ini merupakan peremajaan besar bagi bangsa China" ucapnya.

 

Apa yang disampaikan oleh Xi kemungkinan akan terwujud jika melihat perkembangan kekuatan pertahanan China selama 15 tahun terakhir. Selama periode tersebut China mampu memproduksi 131 kapal angkatan laut, 144 kapal perang, ribuan jet tempur bahkan pada akhir September 2022 meluncurkan kapal induk yang diberi nama Fujian.

 

Hal itu juga didukung oleh dana segar sebesar 1,45 triliun yuan (atau sekitar $230 miliar) untuk anggaran militer China pada tahun 2022. Bahkan anggaran itu menjadi terbesar kedua setelah negara paman sam, Amerika Serikat.

 

Di samping itu, China juga membangun kapasitas perindustrian alutsistanya. Negara panda tersebut mampu menunjukkan produktivitas yang cukup tinggi dalam beberapa tahun terakhir.

 

Mengutip hasil tambang data kuatbaca.com yang berjudul ‘Kenali Alat Tempurmu, Kenali Medan Perangmu, Tips Laris Menjual Alat Perang’, dalam kurun waktu yang tahun 2001 hingga 2021, China melakukan ekspor sejumlah lebih dari 5000 unit alutsista ke 71 negara termasuk Indonesia.

 

Pakistan menjadi pelanggan paling setia China dengan membeli 30 jenis alat perang. Tak hanya itu, Pakistan juga memegang catatan pembelian terbanyak untuk pembelian misil BVRAAM PL-12 sebanyak 575 unit.

 

Dalam hal ini kendaraan tempur WZ-551 menjadi yang terlaris dari pabrikan China. Sebanyak 16 negara telah membeli produk yang bentuknya seperti Anoa buatan PT Pindad dan VAB buatan Renault Truck Defense tersebut.

 

Laris manis penjualan alutsista China di tengah situasi damai, memunculkan pertanyaan bagaimana mempercayai alutsista belum teruji di medan perang?. Padahal keterlibatan terakhir China dalam perang, saat mereka menginvasi Vietnam tahun 1979.

 

Jika melihat dari persepektif perdagangan alutsista, maka salah satu faktor yang menjadi pertimbangan adalah predikat ‘Battle Proven’. Dalam dunia perdagangan alutsista yang bersifat single client, karena pelanggan produk alat perang hanya entitas militer suatu negara, predikat battle-proven bisa menjadi pembeda satu produk alutsista lebih laris dibandingkan alutsista lain.

 

Contohnya adalah produk pesawat tempur F-16 berserta seluruh variannya, dipandang sebagai produk yang battle-proven karena telah teruji secara riil di berbagai medan pertempuran sejak 1991 saat digunakan oleh Amerika Serikat (AS) dan sekutunya di Irak dalam Operation Desert Storm hingga operasi militer di Afghanistan. Pemerintah Indonesia sampai rela mengeluarkan biaya untuk upgrade dan refurbish 24 unit F-16 bekas yang dihibahkan AS.

 

Dalam sebuah dokumen General Assembly PBB berjudul ‘Israeli Arms Deals and Arms Factories in the United Kingdom of Great Britain and Northern Ireland’, disebutkan alasan Alasan Israel menjadi eksportir alutsista terbesar kedelapan di dunia antara tahun 2016-2020 adalah predikat battle-proven yang selalu mereka klaim saat menjual alutsista. Predikat itu mereka dapatkan dari hasil operasi-operasi okupasi ilegal di wilayah Palestina. Sehingga dapat dikatakan operasi-operasi tersebut menjadi sebuah laboratorium sendiri bagi Israel untuk menguji senjata-senjata mereka.

 

"Okupasi memungkinkan Israel memiliki laboratorium. Dan faktanya setiap terjadi bentrokan berdarah di Gaza, setelah itu ada gelombang pesanan senjata baru dari rezim yang represif," kata Guy Laron, professor Hubungan Internasional Universitas Hebrew University, Jerusalem

 

Jika menggunakan logika yang sama, maka dapat dipahami bahwa keterlibatan China dalam beberapa konflik dan insiden, sebagai mana yang telah kuatbaca sajikan secara mendalam pada tulisan “Misi Operasi Dunia Militer China”, merupakan upaya untuk mendapatkan predikat battle proven.

 

Konflik terdekat China saat ini adalah konflik perbatasan dengan India. Pada pertengahan Desember 2022. PLA mengaku bentrok dengan pasukan India di perbatasan Arunachal Pradesh, negara bagian di India Timur.

 

Dalam konflik China dengan India, secara normatif memang terkait dengan kepentingan perebutan teritorial dan mempertahankan kedaulatan.

 

Namun, di sudut pandang pengembangan alat perang, maka keterlibatan China dalam suatu konflik tersebut, juga bisa dipandang sebagai upaya meningkatkan keterujian alat dalam perang (battle proven). Hal tersebut tentunya akan sangat berharga jika di tuangkan ke dalam booklet atau brosur profil produk tersebut.

 

Selain pengenalan medan tempur, upaya lain juga dilakukan seperti memperkenalkan kemutakhiran alutsista mereka melalui publikasi yang massif oleh sejumlah media internasional ternama. Seperti halnya massifnya publikasi oleh sejumlah media internasional terkait peluncuran kapal induk China yang diberi nama Fujian.

 

Di sisi lain kemajuan teknologi alutsista China juga sampai menjadi pembicaraan di kongres Amerika Serikat yang tertuang dalam ‘Congressional Research Service’ pada 1 Desember 2022. Hal ini tentu menjadi daya tawar China dalam memasarkan alutsista mereka ke sejumlah negara.


Blue Water Navy Dreams

 

Apa yang diupayakan China dibawah kepemimpinan Xi Jinping bukan tanpa sebab, melainkan untuk mewujudkan ambisinya menjadikan angkatan laut PLA dalam mencapai predikat ‘Blue Navy Water’.

 

Meski demikian, sebagian besar pengamat menilai sebaliknya dengan mengatakan China belum cukup untuk menjadikan satu golongan dengan Amerika Serikat, Perancis, maupun Australia sebagai ‘Blue Water Navy’.

 

Mendapat predikat ‘Blue Navy Water’ bukan hal yang mudah, mengutip national interest suatu negara mendapat predikat tersebut ditentukan oleh seberapa mampu angkatan laut mengeksploitasi kemampuan dari sistem persenjataan yang ada dalam struktur tempurnya. Mulai dari kekuatan bawah laut, logistik, supremasi udara, hingga pengalaman mengarungi Samudra yang memadai. Sehingga, mengerahkan gugus tugas untuk melintasi lautan terbuka menjadi hal yang sangat dimungkinkan.

 

Bahkan di zaman Alfred T. Mahan, kualifikasi negara-negara yang dianggap memiliki Blu Water Navy’ lebih mengarah kemajuan kualitatif ketimbang kuantitas. Misalnya, angkatan laut mampu melakukan serangkaian pos berskala yang dapat mereka akses selama perang dengan didukung keuangan yang sehat.

 

Jika dilihat sudut pandang Mahan, China sedang menuju ke arah yang benar, sebagaimana yang disebutkan di atas usaha – usaha yang dilakukan oleh Xi Jinping didukung juga dengan kemajuan ekonominya bertumbuh pesat. Maka, cita – cita untuk menjadikan PLA sebagai Blue Water Navy semakin nyata. (*)

Jurnalis :Ahmad Hendy Prasetyo
Editor :Gery Gugustomo
Illustrator :Bagus Maulana
Infografis :Bagus Maulana
side ads
side ads