SidebarKanan
Ekonomi

Kilang Terbakar Saat Harga BBM Gahar

Kuatbaca

23 September 2022 09:38

Test

“Kebakaran Kilang Pertamina yang terjadi berulang selalu bertepatan dengan momen kebijakan terkait BBM yang dikeluarkan pemerintah. Dalam kurun waktu satu tahun terhitung enam kali kebakaran terjadi di tiga tempat yang sama. Bahkan baru-baru ini, selang 3 hari pengumuman naiknya harga BBM bersubsidi kilang Balongan yang berisi pertalite habis dilahap si jago merah. Pengamat menduga ada kesengajaan di balik terbakarnya kilang-kilang minyak tersebut.”

 

Alam diduga menjadi penyebab terbakarnya Kilang BBM milik anak perusahaan Pertamina, PT Kilang Pertamina Internasional (KTI) pada 7 September 2022 lalu. Kala itu, petugas melakukan pengisian atau loading BBM jenis Petralite dari Pertamina RU VI Balongan ke tangki BBM 107 IT Balongan di saat cuaca hujan dan petir pada 7 September 2022 lalu berakhir kebakaran tangki.

 

Polda Jabar mengungkapkan dugaan penyebab kebakaran karena adanya sambaran petir.

 

“Namun saat melakukan pengisian terjadi hujan kemudian ada petir dan diduga petir menyambar tangki 107 tersebut sehingga menyebabkan ledakan dan kebakaran kemudian oleh pihak Pertamina ITB Balongan langsung melakukan upaya pemadaman dengan mengerahkan pemadam kebakaran khusus untuk BBM,” kata Kabid Humas Polda Jabar dalam keterangan resmi, Kamis (8/9/2022).

 

Kilang Balongan memiliki kapasitas sebesar 150 ribu barel per hari (bph) dan tangki yang terbakar berisi BBM jenis pertalite, namun belum ada keterangan lebih lanjut mengenai kerugian dan banyaknya pertalite yang terbakar.

 

Dalam kurun waktu satu tahun, setidaknya ada enam kejadian yang berulang di tiga tempat berbeda. Pembelaan SOP yang sesuai dan sanjungan atas tanggapnya Pertamina mengatasi kebakaran justru menimbulkan kecurigaan. Kilang yang terbakar berisi BBM jenis pertalite, sebuah kebetulan kebakaran terjadi di momen yang tepat.

Kilang Balongan tercatat sudah dua kali terbakar, yaitu pada 29 Maret 2021 dan 7 September lalu. Peristiwa yang terjadi pada bulan Maret 2021, mengakibatkan tiga tangki yang berisi BBM jenis Premium ludes terbakar.

 

"Tangki tersebut kapasitasnya adalah 26.000 kl. Sementara pada saat terbakar isinya 23.000 kl. Dua tangki kosong dan satu tangki lainnya isi 2.000 kl. Jadi total volume 25.000 kl," ujar Corporate Secretary Subholding Refining and Petrochemical PT Kilang Pertamina Internasional Ifki Sukarya saat ditemui wartawan di gedung RU VI Balongan, Kamis (8/4/2021).

 

Investigasi digadang-gadang telah dilakukan baik dari pihak eksternal maupun internal pertamina sendiri. Terdapat beberapa perbedaan hasil investigasi terkait penyebab kebakaran.

 

Hasil investigasi Lembaga Afiliasi Penelitian dan Industri ITB menyebutkan bahwa terjadi kebocoran pada dinding tangki G. Kebocoran tersebut menimbulkan percikan api karena sambaran petir sehingga menyebabkan kebakaran. 

 

"LAPI ITB menganalisis kebocoran terjadi akibat sambaran petir yang traveling menyebabkan panas tinggi di dinding tangki seperti pengelasan. Penipisan itu menyebabkan dinding tangki tidak dapat menahan tekanan mekanik dari BBM di dalam tangki, sehingga tangki menjadi sobek dan bocor," kata Djoko, Direktur Utama Kilang Pertamina Internasional, dikutip dari Antara, Rabu (29/9/2021).

 

Berdasarkan analisis Dirjen Migas, kebocoran disebabkan oleh adanya korosi di daerah lasan. Sedangkan analisis dari Det Norske Veritas menyatakan penyebab kebocoran akibat korosi dinding bagian dalam yang tidak terdeteksi saat inspeksi dilakukan, sebelum dinding tangki mencapai kondisi kritis yang diakibatkan pembebanan yang melebih batas kemampuan saat itu.

 

Lokasi kebakaran kedua adalah di Kilang cilacap yang juga terjadi sebanyak dua kali yaitu 11 Juni 2021 dan 13 November 2021.

 

Kebakaran yang terjadi di bulan Juni itu terjadi saat hujan turun. Sekitar pukul 19:45 WIB, di hari Jumat, Api membakar tangki di Pertamina Refinery Unit (RU) IV Cilacap. tangki di area bundwall hanya berisikan sepertiga produk benzena atau sebanyak 1.100 barel dari kapasitas tangki 3.000 barel dengan total kerugian saat itu mencapai Rp270 juta.

 

Lima bulan setelahnya tangki berisi komponen produk Pertalite dengan kapasitas sekitar 31.000 kiloliter di PT Kilang Pertamina Internasional (KPI) Refinery Unit IV Cilacap terbakar lagi.

 

Tahun ini, tangki Pertamina di Balikpapan yang mendapat ‘giliran’. Dalam kurun waktu hanya tiga bulan, api melahap tangki-tangki berisi BBM.

 

4 Maret 2022, peristiwa nahas tersebut dilaporkan terjadi flash di plant HCU (Hydrocracker) B dengan kapasitas sekitar 25 ribu bph.

 

Sementara pada 15 Mei 2022, kebakaran terjadi di Plant 5. Plant 5 memproduksi salah satu komponen yang digunakan dalam produksi bahan bakar, yaitu High Octane Mogas Component (HOMC). HOMC merupakan komponen yang diperlukan untuk produksi bensin oktan tinggi seperti Pertamax (RON 92).

 

Tim Kuatbaca merangkum, sejumlah kejadian tersebut selalu bertepatan dengan beberapa peristiwa terkait kebijakan BBM yang diterapkan pemerintah.

 

Sebut saja, kebakaran di Balongangan, Maret 2021 bertepatan dengan kebijakan kenaikan harga BBM non subsidi yaitu pertamax turbo, dexlite dan pertamina dex.

Kebakaran di Cilacap pada November 2021 yang melanda tangki pertalite bertepatan dengan kuota solar subsidi dikurangi.

 

Sama halnya dengan kebakaran yang terjadi di Balikpapan pada Maret dan Mei bertepatan dengan momentum penetapan pertalite sebagai bahan bakar bersubsidi dan ancang-ancang pertalite yang akan mengalami kelebihan pemakaian serta adanya momentum kenaikan harga pertamax.

 

Dan yang terakhir tentu saja, hanya berselang tiga hari setelah pengumuman kenakan harga BBM, kilang Balongan yang berisi pertalite habis dilahap si jago merah.

 

Dari peristiwa-peristiwa kebakaran tersebut, pihak pertamina selalu menjanjikan adanya investigasi dan evaluasi SOP dari tiap-tiap kilang. Meski hal tersebut diklaim sudah dilakukan, kejadian serupa tetap berulang.

 

Namun keraguan soal SOP pertamina terpatahkan dengan adanya bantahan dari pihak pertamina maupun komisi VII DPR RI.

 

Klaim SOP yang sudah sesuai dan sangat ketat bertaburan dari berbagai pihak, terlebih anak perusahaan pertamina, PT Kilang Pertamina Internasional dibentuk dengan cita-cita menjadi perusahaan energi kelas dunia yang tentu saja SOP yang ada juga memiliki standar internasional,

 

Sama halnya dengan SOP ketika terjadi kebakaran. Hal tersebut disampaikan Kepala Pelaksana Harian BPBD Cilacap, Wijonardi, Pertamina memiliki prosedur standar operasi (SOP) yang sangat ketat, sehingga berhasil memadamkan dan melokalisasi kebakaran dengan cepat.

 

"Pertamina memiliki standar internasional dengan SOP yang sangat ketat. Minggu pagi sekitar pukul 07.30, sudah tinggal sisa-sisa. Tinggal pendinginan saja. Kami sangat apresiasi terhadap kesigapan dan penanganan Pertamina yang sangat cepat,” katanya melalui keterangannya di Jakarta, Minggu (14/11/2021).

 

Pujian soal penanganan juga pernah disampaikan oleh anggota Komisi VII DPR HM Ridwan Hisjam.

 

“Upaya Pertamina dalam menangani kebakaran tangki di Kilang Balongan sudah tepat. Termasuk di antaranya, ketika Pertamina melakukan normal shutdown untuk pengendalian arus minyak dan mencegah perluasan kebakaran.”

 

Lalu jika memang SOP sudah sesuai dan pertamina menjanjikan akan melakukan evaluasi dan investigasi, mengapa kebakaran berulang terus terjadi?




Kebakaran yang terjadi pernah menarik perhatian salah satu Pengamat Ekonomi dan Pertambangan dari Universitas Gadjah Mada, Fahmy Radhi. Saat itu kebakaran beruntun yang terjadi di kilang Cilacap diduga disengaja untuk meningkatkan kuota impor.

 

"Kebakaran beruntun Kilang Cilacap semakin menguatkan indikasi ada unsur kesengajaan dari pihak tertentu untuk tujuan peningkatan volume impor pasca kebakaran yang menjadi lahan pemburuan rente," ujarnya dalam keterangan tertulis di Jakarta, Minggu (14/11/2021).

 

Fahmy menilai kebakaran yang terjadi dalam beberapa kali mengindikasikan bahwa Pertamina abai terhadap pengamanan kilang.

 

“Mestinya sistem pengamanan kilang Pertamina sudah sesuai dengan standar internasional. Namun, tetap saja terjadi kebakaran untuk kesekian kalinya," ujarnya.

 

Dugaan kebakaran yang disengaja juga tidak hanya ditujukan ke kebakaran kilang cilacap. Fahmy juga pernah mengutarakan dugaannya saat kebakaran melanda Kilang Balongan.

 

“Tampaknya bayangan dan logika saya ke arah dibakar, tapi masih sekadar dugaan, hipotesis. Dugaan tadi didasari bahwa sistem pengamanan Pertamina mestinya memiliki standar internasional, berlapis, sehingga bisa mencapai zero accident untuk kilang yang strategis," ujarnya, dikutip Tribunnews, Selasa (30/3/2021).

 

Paca kebakaran itu, impor BBM memang meningkat. Sebagaimana disampaikan Badan Pusat Statistik (BPS) dalam rilis data ekspor impor untuk Maret 2021, impor minyak dan gas bumi (migas) Maret 2021 melonjak 74,74% (month to month) menjadi US$ 2,28 miliar dari US$ 1,30 miliar pada Februari 2021.

 

Bila dibandingkan dengan periode yang sama tahun lalu (year on year/ yoy), impor migas pada Maret 2021 ini naik 41,87% dari US$ 1,61 miliar pada Maret 2020.

 

Atas adanya dugaan tersebut, Ketua DPR RI Puan Maharani pernah meminta Polri mengusut tuntas kasus kebakaran yang terjadi di kilang minyak milik Pertamina di Cilacap November lalu.

 

Namun hingga kini, dugaan tersebut menguap begitu saja sama seperti asap kebakaran kilang balongan yang baru-baru ini kembali terjadi.(*)

 

Jurnalis : Virga Agesta

Editor : Jajang Yanuar

Illustrator : Bagus Maulana

Infografis : Zakki Fauzi


Komentar

Pencarian tidak ditemukan

Belum ada komentar

SidebarKanan
Kuatbaca.com

Informasi


Tentang Kami

Pedoman Media Siber

Susunan Redaksi

2023 © KuatBaca.com. Hak Cipta Dilindungi