Kekalahan Telak dari Jepang, Jam Rolex Timnas Jadi Sorotan Netizen

Kuatbaca - Timnas Indonesia harus menelan pil pahit di laga terakhir putaran ketiga Kualifikasi Piala Dunia 2026 Zona Asia. Dalam pertandingan yang digelar di Suita City Football Stadium, Osaka, pada Selasa (10/6/2025) sore WIB, Garuda Muda dihajar habis-habisan oleh tim nasional Jepang dengan skor mencolok 0-6.
Namun, bukan hanya kekalahan yang menjadi bahan pembicaraan. Dunia maya, khususnya platform X (sebelumnya Twitter), justru diramaikan oleh candaan pedas dan sindiran soal hadiah jam tangan mewah Rolex yang sebelumnya diberikan Presiden Prabowo Subianto kepada para pemain usai kemenangan atas China.
Pertandingan yang Tak Seimbang Sejak Menit Awal
Begitu peluit babak pertama dibunyikan, Jepang langsung mendominasi permainan. Tim asuhan pelatih Hajime Moriyasu tampil agresif dan terstruktur, memperlihatkan level permainan yang jauh di atas Timnas Indonesia. Dengan penguasaan bola mencapai 71 persen dan 21 tembakan ke arah gawang, Jepang praktis tidak memberi ruang bagi Indonesia untuk bernapas.
Sementara itu, skuad Merah Putih tampil kesulitan membangun serangan. Transisi permainan terlihat lambat, koordinasi antar lini tampak longgar, dan kesalahan dalam positioning menjadi celah yang terus dieksploitasi oleh Jepang. Alhasil, enam gol bersarang ke gawang Indonesia—dua di antaranya dicetak oleh Daichi Kamada, disusul gol-gol lainnya dari Takefusa Kubo, Ryoya Morishita, Shuto Machino, dan Mao Hosoya.
Dari Skor 6-0 ke Rolex: Sindiran Netizen Menggema
Di balik kekalahan yang menyakitkan ini, publik justru memunculkan diskursus baru yang bersifat satir: soal hadiah jam tangan mewah yang diterima pemain Timnas dari Presiden Prabowo. Hadiah tersebut diberikan saat jamuan makan siang di kediaman presiden setelah Indonesia berhasil menundukkan China dengan skor tipis 1-0, lima hari sebelum laga melawan Jepang.
Jam tangan Rolex, yang disebut-sebut bernilai ratusan juta rupiah per unit, langsung menjadi bahan guyonan dan sarkasme publik. Banyak yang mempertanyakan apakah pemberian itu terlalu dini, bahkan dianggap "berlebihan" untuk sebuah kemenangan babak kualifikasi yang belum berarti lolos ke Piala Dunia.
Rolex Masuk Trending, Sindiran Jadi Hiburan Kolektif
Tak butuh waktu lama, kata kunci “Rolex” melesat ke daftar trending topic. Warganet ramai-ramai membuat lelucon yang menyatukan kekesalan, kekecewaan, dan kreativitas mereka dalam bentuk satire ringan.
Salah satu komentar menyebut bahwa setelah kekalahan dari Jepang, hadiah Rolex sebaiknya diganti dengan jam Seiko buatan Jepang sebagai bentuk refleksi. Ada pula yang menyindir bahwa jam tersebut mungkin terlalu berat dipakai sehingga mengganggu performa pemain di lapangan.
Lucunya lagi, ada yang bercanda bahwa jam tersebut sudah “disabotase asing” dengan radiasi agar pemain menjadi lemas. Tak sedikit pula yang menilai pemberian jam mewah itu mencerminkan budaya euforia berlebihan tanpa mempertimbangkan proses panjang dalam membangun prestasi.
Di balik semua candaan, terselip kritik mendalam tentang bagaimana sepak bola Indonesia seharusnya dibangun. Banyak yang menilai bahwa pemberian hadiah mewah bukanlah solusi jangka panjang. Prestasi bukan hanya soal menang satu pertandingan, melainkan soal konsistensi, pembinaan usia dini, dan kompetisi yang sehat.
Beberapa netizen bahkan menyindir bahwa pemberian Rolex terasa seperti selebrasi gelar juara dunia, padahal Indonesia baru saja lolos dari fase grup dan belum menghadapi tim-tim raksasa Asia lainnya.
Kekalahan dari Jepang memang menyakitkan, tapi juga menjadi momen penting untuk refleksi. Timnas Indonesia sudah menunjukkan perkembangan dalam beberapa tahun terakhir, namun hasil di Osaka menunjukkan bahwa perjalanan menuju level dunia masih sangat panjang.
Euforia sesaat memang menggoda, tetapi kerja keras jangka panjang jauh lebih menentukan. Alih-alih jam mewah, mungkin yang lebih dibutuhkan adalah investasi nyata dalam pembinaan pemain muda, infrastruktur sepak bola, dan kompetisi lokal yang berkualitas.
Laga ini bukan hanya soal kalah atau menang, melainkan soal bagaimana kita menyikapi kekalahan itu sendiri. Canda dan kritik dari publik adalah cerminan harapan besar terhadap kemajuan sepak bola nasional. Hadiah Rolex mungkin akan terus jadi bahan candaan, tapi di balik itu semua, publik menginginkan satu hal sederhana: tim nasional yang benar-benar bisa bersaing di level dunia. Bukan karena hadiah, tapi karena proses dan kerja keras.