Bukayo Saka dan Momen Mencerahkan di Balik Cedera Pahit

11 June 2025 12:42 WIB
bukayo-saka-1_169.jpeg

Kuatbaca - Di balik malapetaka fisik, sering kali tersembunyi pelajaran hidup yang mendalam. Itulah yang dialami Bukayo Saka, bintang muda Arsenal, yang menemukan pencerahan justru saat tubuhnya berada dalam kondisi terlemah akibat cedera hamstring serius.

Cedera Parah di Pengujung Tahun

Tanggal 21 Desember 2024 menjadi hari yang tak akan dilupakan oleh Saka. Di saat banyak orang mulai bersiap menyambut liburan Natal dan Tahun Baru, ia justru harus menelan pil pahit: robekan pada otot hamstring memaksanya angkat kaki dari lapangan. Cedera ini bukan sembarangan — cukup parah hingga memerlukan tindakan operasi segera.

Keputusan sulit harus diambil dalam waktu singkat. Apakah ia harus segera menjalani operasi dan melewatkan Natal bersama keluarga, atau menundanya demi menikmati sedikit waktu istirahat? Tak banyak waktu untuk merenung, akhirnya ia memutuskan operasi segera. Sehari sebelum Natal, Saka pun masuk ruang operasi.

Natal dengan Kruk dan Sunyi

Hari yang biasanya diisi dengan canda keluarga dan aroma makanan hangat, justru dilalui Saka dalam suasana berbeda. Ia menjalani masa pemulihan di rumah dengan kruk dan alat penyangga kaki, menghadapi kenyataan bahwa ia akan absen panjang — hingga Maret tahun berikutnya.

Bagi pemain muda yang sedang berada di puncak performa, kehilangan waktu di lapangan selama tiga bulan adalah ujian mental tersendiri. Ini menjadi cedera terpanjang yang pernah ia alami sejak memperkuat Arsenal secara reguler. Sebelumnya, cedera terburuk hanya membuatnya menepi selama 19 hari.

Refleksi Diri dan Kebangkitan Mental

Namun, di tengah keterbatasan gerak dan kekosongan jadwal latihan, Saka menemukan sesuatu yang selama ini mungkin terlewat: ruang untuk diam dan berpikir. Ia mulai menghabiskan lebih banyak waktu dengan keluarga, jauh dari hiruk-pikuk jadwal pertandingan dan tekanan media.

Justru dalam momen tersebut, ia menemukan kekuatan baru — bukan dari fisik, melainkan dari pikiran. Sebuah buku yang direkomendasikan oleh asisten pelatih Arsenal, Carlos Cuesta, menjadi titik balik mentalitasnya: The Power of Now karya Eckhart Tolle. Buku itu mengajarkan tentang pentingnya hadir secara penuh di momen saat ini, melepaskan kekhawatiran masa depan dan penyesalan masa lalu.

Dari buku itu, Saka belajar tentang kekuatan mindfulness — seni menyadari dan menerima kenyataan dengan sepenuh hati. Ia menyadari bahwa memikirkan kemungkinan buruk tentang masa depan atau merenungi kesalahan masa lalu hanya akan membuang energi dan menambah beban.

“Saya mulai bertanya pada diri sendiri, ‘Apa yang penting saat ini?’” begitu prinsip yang kini ia pegang teguh. Bagi Saka, masa pemulihan bukan hanya tentang menyembuhkan otot, tapi juga memperbaiki cara pandang terhadap hidup dan karier.

Kini, dengan cedera yang telah pulih sepenuhnya, Saka kembali ke lapangan dengan semangat yang berbeda. Musim demi musim berlalu dengan Arsenal selalu nyaris menjadi juara, tapi kali ini ia membawa sesuatu yang tak dimiliki sebelumnya — ketenangan batin dan kejelasan tujuan.

Bersama Mikel Arteta dan rekan setim, Saka berharap bisa mengakhiri puasa gelar Arsenal di Liga Inggris. Tiga musim beruntun sebagai runner-up sudah cukup menyakitkan. Kini, setelah menyaksikan rival sekota seperti Chelsea dan bahkan Crystal Palace mencicipi trofi, waktunya Arsenal membuktikan bahwa mereka adalah tim elit yang sesungguhnya.

Perjalanan Bukayo Saka melewati cedera panjang tidak hanya menjadi kisah pemulihan fisik, tetapi juga kisah transformasi mental. Dari seorang pemain muda yang sempat goyah, ia bangkit sebagai pribadi yang lebih matang dan bijak. Cedera itu mungkin memaksanya rehat sejenak dari dunia sepakbola, tetapi justru memberinya pelajaran yang lebih besar tentang hidup — tentang hadir, bersyukur, dan tetap berjalan ke depan, satu langkah dalam satu waktu.

olahraga

Fenomena Terkini






Trending