Kasus TBC di Indonesia Meningkat, Menkes Budi Gunadi Sadikin Soroti Pentingnya Vaksin dan Penanganan Serius

Kuatbaca - Kasus tuberkulosis (TBC) di Indonesia semakin mengkhawatirkan. Menteri Kesehatan (Menkes) Budi Gunadi Sadikin mengungkapkan bahwa Indonesia kini menempati posisi kedua di dunia dengan jumlah kasus TBC terbanyak. Fakta tersebut tidak hanya menjadi peringatan bagi pemerintah, tetapi juga masyarakat luas untuk semakin peduli terhadap bahaya penyakit menular yang sudah lama menjadi ancaman kesehatan global ini.
Kenyataan Pahit: Dua Orang Meninggal Setiap Lima Menit
Dalam rapat kerja dengan Komisi IX DPR RI di Jakarta, Budi Gunadi menyampaikan data mengejutkan terkait angka kematian akibat TBC di Indonesia. Setiap lima menit, dua orang kehilangan nyawa karena penyakit ini. Dengan total kematian mencapai 100 ribu jiwa per tahun, TBC menjadi salah satu penyakit menular paling mematikan di Indonesia.
Budi Gunadi juga menekankan bahwa penyakit ini bukanlah hal baru. Selama lebih dari 100 tahun terakhir, TBC telah merenggut nyawa lebih dari 1 miliar orang di seluruh dunia. Angka tersebut menjadikan TBC sebagai salah satu penyakit menular paling mematikan dalam sejarah. Di Indonesia, sekitar 1 juta kasus baru tercatat setiap tahunnya, dengan 130 ribu di antaranya berakhir dengan kematian.
Vaksin TBC yang Masih Terbatas dan Tidak Efektif untuk Dewasa
Meski menjadi penyakit yang sudah ada sejak lama, perkembangan vaksin TBC belum secepat vaksin COVID-19. Menkes Budi mengungkapkan bahwa vaksin TBC yang ada saat ini, yakni BCG (Bacillus Calmette–Guérin), hanya efektif pada anak-anak dan tidak bekerja optimal untuk orang dewasa. Inilah yang membuat upaya pencegahan terhadap TBC di kalangan dewasa masih sangat terbatas.
Budi mengakui bahwa pengembangan vaksin TBC tidak mengalami kemajuan signifikan karena penyakit ini mayoritas menyerang negara berkembang dan miskin. Negara-negara maju cenderung enggan menginvestasikan dana besar untuk penelitian vaksin TBC, berbeda dengan COVID-19 yang mendapat perhatian global secara masif.
Upaya Global: Bill Gates dan Dukungan pada Vaksin TBC
Satu-satunya kemajuan yang terlihat dalam penelitian vaksin TBC justru datang dari pihak swasta. Budi mengapresiasi langkah filantropis dari Bill Gates yang bersedia mendanai pengembangan vaksin TBC melalui perusahaan farmasi GlaxoSmithKline (GSK). GSK sempat menghentikan pengembangan vaksin TBC karena dianggap tidak menguntungkan secara bisnis. Namun, dukungan dari Bill Gates memungkinkan penelitian itu untuk dilanjutkan.
Menurut Budi, dukungan ini sangat berarti, terutama bagi negara dengan tingkat kasus TBC yang tinggi seperti Indonesia. Hal ini juga membuka peluang bagi Indonesia untuk berpartisipasi dalam uji klinis vaksin tersebut, sehingga di masa depan masyarakat dapat lebih terlindungi dari ancaman TBC.
Kementerian Kesehatan (Kemenkes) Indonesia berupaya keras untuk memastikan Indonesia masuk dalam daftar negara yang berpartisipasi dalam uji klinis vaksin TBC yang didanai oleh Bill Gates tersebut. Budi mengungkapkan bahwa Indonesia sempat melobi pihak terkait agar bisa mendapatkan akses terhadap uji klinis ini.
Langkah tersebut bukan tanpa alasan. Dengan ikut serta dalam uji klinis, Indonesia bisa mendapatkan tiga keuntungan besar: pertama, masyarakat yang diuji coba akan mendapatkan kekebalan terhadap TBC; kedua, para peneliti dalam negeri akan menjadi lebih ahli dalam riset terkait; dan ketiga, jika vaksin terbukti efektif, Indonesia akan mendapatkan prioritas dalam transfer teknologi untuk produksi vaksin secara mandiri.
Lebih jauh lagi, Budi menjelaskan bahwa peneliti dari Universitas Indonesia (UI) dan Universitas Padjadjaran (Unpad) tengah berupaya keras mengembangkan vaksin TBC ini. Ia berharap pada akhir 2028 uji klinis bisa selesai, sehingga pada 2029 vaksin tersebut dapat diproduksi secara massal dan mulai disuntikkan ke masyarakat.
Menurutnya, keberhasilan produksi massal vaksin TBC ini akan menjadi langkah penting untuk menekan angka kematian dan penyebaran penyakit yang telah menghantui Indonesia selama puluhan tahun. Budi optimistis bahwa dengan vaksin yang efektif, Indonesia bisa keluar dari bayang-bayang epidemi TBC yang mematikan.
Di tengah meningkatnya angka kasus TBC di Indonesia, Wakil Presiden Gibran Rakabuming Raka juga menyampaikan keprihatinannya. Ia mengungkapkan kepada Menkes bahwa di lingkungan terdekatnya, banyak ditemukan kasus TBC yang tidak terdeteksi. Hal ini menunjukkan bahwa penyebaran TBC bukan hanya terjadi di kalangan masyarakat bawah, tetapi juga merambah ke berbagai lapisan masyarakat tanpa disadari.
Budi Gunadi menyadari bahwa deteksi dini dan kesadaran masyarakat menjadi kunci utama dalam memerangi TBC. Menurutnya, pemerintah akan terus berupaya memperluas akses pemeriksaan dan pengobatan TBC secara gratis, sembari menunggu vaksin baru yang diharapkan hadir dalam beberapa tahun ke depan.
Kasus TBC yang terus meningkat di Indonesia menjadi peringatan keras bagi pemerintah dan masyarakat. Tidak hanya menunggu hasil penelitian vaksin, kesadaran akan pola hidup bersih dan sehat, serta akses yang lebih luas terhadap layanan kesehatan menjadi kunci untuk menekan angka penularan.
Dengan dukungan semua pihak, mulai dari pemerintah, sektor swasta, hingga masyarakat, Indonesia diharapkan mampu keluar dari krisis kesehatan yang disebabkan oleh TBC dan menorehkan sejarah baru dalam peningkatan kualitas kesehatan nasional.