Jakarta -Sebanyak 92 orang dilaporkan meninggal dunia dalam protes yang dilakukan di beberapa kota di Iran terkait kematian perempuan muda, Masha Amini dalam tahanan polisi. Laporan kematian disampaikan oleh kelompok Hak Asasi Manusia Iran Minggu waktu setempat.
Dilansir AFP, Senin (3/10/2022) pada pekan ketiga demonstrasi meluas sejumlah tempat. Presiden Iran, Ebrahim Raisi mengatakan bahwa "musuh" Iran telah "gagal dalam konspirasi mereka".
Seperti diketahui, Mahsa Amini, yang berusia 22 tahun, berasal dari kota Kurdi Iran, Saqez, ditangkap di Teheran karena mengenakan pakaian yang dianggap "tidak sesuai". Polisi moralitas yang memberlakukan aturan berpakaian ketat Republik Islam untuk perempuan.
Kematiannya memicu demonstrasi besar-besaran yang direspons dengan kebrutalan pihak keamanan di jalan-jalan Iran. Sebelumnya pihak berwenang juga memberlakukan respons keras terhadap protes kenaikan harga bensin pada 2019.
"Setidaknya 83 orang termasuk anak-anak, dipastikan tewas dalam #IranProtests," kata Iran Human Rights, sebuah kelompok hak asasi manusia (HAM) yang berbasis di Norwegia, di Twitter.
Meskipun jumlah korban tewas meningkat dan adanya tindakan keras oleh pihak berwenang, para demonstran tetap teguh menyerukan ditiadakannya aturan garis keras di Teheran, Qom, Rasht, Sanandaj, Masjed-i-Suleiman, dan kota-kota lain.
Televisi pemerintah mengatakan polisi telah menangkap sejumlah besar "perusuh", tanpa memberikan angka.
Kelompok HAM mengatakan puluhan aktivis, mahasiswa, dan seniman telah ditahan. Komite Perlindungan Jurnalis mengatakan di Twitter bahwa pasukan keamanan telah menangkap setidaknya 28 wartawan pada 29 September 2022.
Sementara itu, Menteri Luar Negeri Jerman Annalena Baerbock mengatakan pada Kamis (29/09) bahwa dia ingin Uni Eropa menjatuhkan sanksi terhadap Iran setelah kematian Amini.
\