RI Bangun Pabrik Baterai Rp 95 Triliun, Siap Produksi Massal pada 2027

6 July 2025 11:16 WIB
pembangunan-pabrik-sel-baterai-lithium-di-karawang-jawa-barat-1751695017006_169.jpeg

Kuatbaca.com - Indonesia kembali mencatatkan tonggak sejarah penting dalam industri energi hijau dan kendaraan listrik. Melalui kerja sama strategis antara PT Industri Baterai Indonesia (IBC) dengan perusahaan global asal Tiongkok, Brunp dan Lygend (CBL), negara ini resmi memulai pembangunan pabrik baterai lithium terbesar di Asia Tenggara. Dengan nilai investasi mencapai Rp 95,5 triliun, proyek raksasa ini akan menjadi tulang punggung ekosistem kendaraan listrik nasional dan regional.

1. Groundbreaking Dimulai, Indonesia Masuki Peta Industri Baterai Global

Pabrik baterai lithium ini resmi memulai konstruksi setelah dilakukan groundbreaking pada 29 Juni 2025 di Karawang, Jawa Barat. Acara peresmian dihadiri langsung oleh Presiden Prabowo Subianto, menandakan keseriusan pemerintah dalam mendukung transformasi energi nasional.

Dengan luas kawasan industri yang sangat besar dan teknologi canggih dari mitra asing, pabrik ini diharapkan menjadi pusat produksi baterai kendaraan listrik (EV) serta sistem penyimpanan energi (Battery Energy Storage System/BESS) yang menyuplai kebutuhan pasar domestik hingga ekspor ke kawasan Asia, bahkan Amerika dan India.

2. Target Produksi Tahap Pertama Capai 6,9 GWh

Menurut Reynaldi Istanto, Direktur Hubungan Kelembagaan IBC, pada tahap pertama, kapasitas produksi pabrik ditargetkan sebesar 6,9 gigawatt hour (GWh). Angka ini cukup untuk memenuhi kebutuhan produksi sekitar 200.000 hingga 300.000 unit kendaraan listrik.

Namun, kapasitas ini tak berhenti di situ. Seiring perkembangan pasar dan kebutuhan energi, target produksi akan diperluas hingga mencapai 15 GWh. Hal ini menjadikan Indonesia bukan sekadar produsen baterai, tetapi juga pemain penting dalam rantai pasok kendaraan listrik global.

3. Produksi Massal Dijadwalkan Mulai 2027

Reynaldi menjelaskan bahwa proyek ini ditargetkan rampung secara konstruksi pada kuartal ketiga 2026. Setelah itu, akan dilakukan uji coba produksi sebelum masuk tahap operasional penuh pada tahun 2027. Langkah ini dilakukan untuk mempercepat proses integrasi teknologi dan memastikan kualitas produk sebelum didistribusikan secara luas.

"Uji coba akan langsung kita lakukan setelah konstruksi selesai, agar produksi bisa segera dimulai sesuai target," ungkap Reynaldi dalam pernyataannya.

4. Sudah Punya Pembeli: Ekspansi Pasar Tak Hanya di Dalam Negeri

Yang menarik, meski pembangunan fisik belum selesai, proyek ini sudah mendapat komitmen dari pembeli internasional (off-taker). Beberapa negara di kawasan Asia telah menyatakan minat untuk mengimpor sel baterai dari Indonesia, baik untuk kendaraan listrik murni (BEV), hybrid (HEV), maupun sistem penyimpanan energi (BESS).

Fakta ini menunjukkan bahwa Indonesia telah berhasil membangun kepercayaan global terhadap kapabilitasnya dalam sektor energi baru dan terbarukan.

Fenomena Terkini






Trending