Presiden Trump Siap Kirim Surat Tarif Impor ke 12 Negara, Indonesia Masih Tunggu Keputusan

Kuatbaca.com - Presiden Amerika Serikat (AS), Donald Trump, akan mengirimkan surat resmi kepada 12 negara mitra dagang sebagai pemberitahuan mengenai kebijakan tarif impor baru. Pengiriman surat ini dijadwalkan mulai Senin, 7 Juli 2025 waktu setempat. Indonesia menjadi salah satu negara yang masih menunggu hasil negosiasi terkait apakah akan dikenakan tarif impor tinggi hingga 32% atau mendapatkan keringanan.
Trump menyampaikan bahwa surat-surat tersebut telah ia tandatangani dan siap dikirimkan pada hari Senin mendatang. Namun, ia tidak menjelaskan secara rinci nama negara mana saja yang masuk dalam daftar penerima surat tersebut.
“Saya sudah menandatangani beberapa surat, dan surat-surat itu akan dikirim pada hari Senin. Ada perbedaan jumlah tarif yang dikenakan untuk tiap negara,” ujar Trump.
1. Penundaan Pengiriman Surat karena Libur Nasional AS
Sebelumnya, rencana pengiriman surat itu sempat dijadwalkan pada Jumat, 4 Juli 2025, namun harus ditunda karena bertepatan dengan peringatan Hari Kemerdekaan AS yang merupakan libur nasional. Besaran tarif yang akan dikenakan pada masing-masing negara diperkirakan berkisar antara 20 hingga 30 persen.
Selain itu, Menteri Keuangan AS Scott Bessent juga menyebutkan bahwa sekitar 100 negara di dunia kemungkinan besar akan dikenai tarif impor sebesar 10%. Ini merupakan bagian dari kebijakan tarif yang sudah diumumkan Trump pada bulan April lalu, sebagai respons terhadap defisit perdagangan dan perlindungan industri dalam negeri AS.
2. Tenggat Negosiasi hingga 9 Juli, Indonesia Terancam Tarif 32%
Dalam pengumuman sebelumnya, Trump memberikan batas waktu hingga 9 Juli 2025 kepada negara-negara mitra dagang untuk melakukan negosiasi demi memperoleh pengurangan tarif impor. Indonesia menjadi salah satu negara yang terdampak langsung dari kebijakan ini, dengan ancaman tarif tinggi mencapai 32% untuk semua produk ekspor ke AS.
Pemerintah Indonesia sendiri masih menunggu hasil final dari negosiasi yang berlangsung cukup intens dalam beberapa waktu terakhir. Menteri Koordinator Bidang Perekonomian, Airlangga Hartarto, mengungkapkan bahwa Indonesia telah mengajukan second offer kepada AS untuk memperoleh keringanan tarif, bahkan hingga kemungkinan tarif nol persen.
“Kami tentu berharap agar tarif resiprokal tidak dikenakan kepada Indonesia. Kami ingin tarif tersebut bisa sampai nol, meskipun kami paham mereka memiliki kebijakan tersendiri,” kata Airlangga dalam sebuah wawancara.
3. Negara-negara Lain yang Telah Capai Kesepakatan Tarif dengan AS
Sampai saat ini, baru dua negara yang berhasil mencapai kesepakatan tarif dengan Amerika Serikat, yakni Inggris dan Vietnam. Inggris mendapatkan tarif yang disepakati sebesar 10%, sedangkan Vietnam sebesar 20%. Selain itu, untuk China, Presiden Xi Jinping dan Trump telah menyetujui pengurangan sementara tarif tinggi yang sebelumnya diterapkan pada produk-produk kedua negara.
Hal ini menunjukkan adanya ruang negosiasi yang terbuka bagi negara-negara mitra dagang AS untuk menghindari tarif yang memberatkan dan menjaga kelancaran perdagangan bilateral.
4. Implikasi Kebijakan Tarif untuk Ekonomi Indonesia dan Perdagangan Global
Kebijakan tarif impor yang direncanakan oleh Amerika Serikat ini berpotensi memberi dampak signifikan terhadap ekspor Indonesia, terutama komoditas dan produk manufaktur yang selama ini menjadi andalan di pasar AS. Pengenaan tarif tinggi bisa menyebabkan harga produk Indonesia di pasar AS menjadi kurang kompetitif, berpotensi menurunkan volume ekspor dan mempengaruhi neraca perdagangan.
Meski begitu, pemerintah Indonesia terus berupaya melakukan negosiasi untuk mencapai kesepakatan yang saling menguntungkan. Langkah diplomasi dagang ini penting untuk menjaga hubungan ekonomi dan memastikan kelangsungan akses produk Indonesia di pasar Amerika Serikat.