Indonesia Siapkan Anggaran Rp 249 Triliun untuk Impor Minyak dan Gas dari AS

Kuatbaca.com - Pemerintah Indonesia tengah mempersiapkan anggaran sekitar US$ 15,5 miliar atau setara dengan Rp 249,5 triliun (kurs Rp 16.100) untuk pembelian produk energi dari Amerika Serikat (AS). Produk energi yang dibeli meliputi Liquefied Petroleum Gas (LPG), minyak mentah (crude oil), dan Liquefied Natural Gas (LNG).
Anggaran besar ini juga merupakan bagian dari strategi negosiasi pemerintah agar Indonesia tidak dikenakan tarif impor sebesar 32 persen oleh AS, sehingga transaksi energi antar kedua negara bisa berjalan lancar dan saling menguntungkan.
1. Lonjakan Impor Energi ke AS Tahun Ini Mencapai Tiga Kali Lipat
Wakil Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral, Yuliot Tanjung, mengungkapkan bahwa nilai impor energi Indonesia dari Amerika Serikat mengalami kenaikan drastis dibanding tahun lalu. Pada 2024, angka impor hanya sebesar US$ 4,2 miliar, sedangkan tahun ini naik signifikan menjadi US$ 15,5 miliar.
"Kami berkomitmen menjaga keseimbangan perdagangan antara Indonesia dan Amerika Serikat, dan angka ini disesuaikan dengan negosiasi yang sedang berlangsung," jelas Yuliot saat ditemui di Kantor Kementerian ESDM Jakarta, Jumat (4/7/2025).
2. Tujuan Impor: Memenuhi Kebutuhan Dalam Negeri dan Negosiasi Dagang
Selain sebagai bagian dari upaya diplomasi dagang, peningkatan impor energi ini juga bertujuan memenuhi kebutuhan energi nasional yang terus meningkat, khususnya LPG dan minyak mentah.
Menurut Yuliot, LPG menjadi komoditas utama yang akan ditingkatkan impornya dari AS untuk memenuhi kebutuhan rumah tangga dan industri dalam negeri. Selain itu, minyak mentah juga akan diimpor langsung dari AS, berbeda dari sebelumnya yang melalui jalur negara ketiga.
"Selama ini Indonesia memang mengimpor crude oil dari Amerika, namun melalui perantara negara lain. Ke depan kami berupaya mencatat langsung impor ini sebagai bagian dari transaksi bilateral," ujar Yuliot.
3. LNG juga Jadi Komoditas Penting Impor dari Amerika Serikat
Liquefied Natural Gas (LNG) termasuk dalam daftar produk energi yang diimpor langsung dari AS. Peningkatan impor LNG dipandang strategis untuk memenuhi kebutuhan listrik dan industri yang semakin meningkat di dalam negeri.
Namun, untuk produk Bahan Bakar Minyak (BBM) masih dalam tahap evaluasi karena pemerintah juga tengah berupaya meningkatkan produksi BBM domestik melalui perbaikan fasilitas kilang dan teknologi pengolahan.
4. Produksi Dalam Negeri Jadi Fokus untuk BBM
Yuliot menegaskan bahwa impor BBM masih menjadi pertimbangan, mengingat Indonesia sedang mengupayakan peningkatan produksi dari dalam negeri agar ketergantungan terhadap impor BBM bisa berkurang.
"Dengan penyelesaian berbagai proyek peningkatan kapasitas kilang dan upgrade teknologi, diharapkan sebagian besar kebutuhan BBM dapat dipenuhi secara lokal," jelasnya.
5. Realisasi Impor Energi Menunggu Hasil Negosiasi
Meskipun angka anggaran sudah disiapkan, detail volume impor serta jadwal pelaksanaannya masih menunggu keputusan hasil negosiasi resmi yang dipimpin oleh Menteri Koordinator Perekonomian.
“Semua tergantung pada hasil negosiasi yang sedang berjalan. Kami menunggu arahan dari pimpinan untuk memastikan kesepakatan terbaik bagi Indonesia,” pungkas Yuliot.