Indonesia Siapkan Anggaran Rp 249 Triliun untuk Impor Energi dari Amerika Serikat

5 July 2025 12:08 WIB
wakil-menteri-esdm-yuliot-tanjung-1751610997067_169.jpeg

Kuatbaca.com - Pemerintah Indonesia tengah menyiapkan anggaran besar sebesar US$ 15,5 miliar atau setara dengan Rp 249,5 triliun (dengan kurs Rp 16.100 per dolar AS) untuk mengimpor berbagai produk energi dari Amerika Serikat (AS). Produk energi yang menjadi fokus impor ini meliputi Liquefied Petroleum Gas (LPG), minyak mentah (crude oil), serta Liquefied Natural Gas (LNG).

Langkah ini merupakan bagian dari strategi pemerintah dalam menjaga keseimbangan perdagangan serta memenuhi kebutuhan energi dalam negeri yang terus meningkat.

1. Upaya Negosiasi Bebas Tarif Impor 32 Persen ke AS

Anggaran besar untuk impor energi dari AS ini juga menjadi bagian dari strategi diplomasi ekonomi Indonesia. Pemerintah mengajukan tawaran belanja energi yang signifikan dalam proses negosiasi dengan Amerika Serikat guna menghindari pengenaan tarif impor sebesar 32 persen.

Dengan demikian, Indonesia berupaya menjaga agar harga energi impor tetap kompetitif sekaligus memastikan pasokan energi tetap lancar tanpa beban biaya tambahan yang memberatkan.

2. Peningkatan Signifikan Belanja Energi dari AS Tahun Ini

Wakil Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM), Yuliot Tanjung, mengungkapkan bahwa anggaran belanja energi ke Amerika Serikat tahun ini mengalami lonjakan cukup besar dibandingkan tahun sebelumnya. Pada tahun lalu, nilai impor energi dari AS tercatat hanya sekitar US$ 4,2 miliar.

“Untuk tahun ini, sesuai dengan komitmen trade balance antara Indonesia dan Amerika Serikat, belanja energi kita akan menyesuaikan hasil negosiasi yang sedang berjalan,” terang Yuliot saat ditemui di Kantor Kementerian ESDM Jakarta Pusat, Jumat (4/7/2025).

3. LPG dan Crude Oil Jadi Prioritas Pemenuhan Kebutuhan Dalam Negeri

Yuliot menjelaskan, selain sebagai bagian dari strategi negosiasi, peningkatan impor energi dari AS juga ditujukan untuk memenuhi kebutuhan domestik yang terus bertambah, terutama untuk LPG dan minyak mentah.

“Indonesia membutuhkan LPG dalam jumlah besar, sehingga impor LPG dari Amerika akan kita tingkatkan. Begitu juga dengan crude oil untuk kebutuhan dalam negeri,” ujar Yuliot.

4. Pencatatan Impor Minyak Mentah Langsung dari AS

Selama ini Indonesia sudah mengimpor minyak mentah dari Amerika Serikat, namun umumnya barang tersebut masuk melalui negara ketiga sebelum akhirnya tiba di Indonesia. Tahun ini, pemerintah berupaya untuk melakukan pencatatan langsung impor minyak dari AS agar proses administrasi dan perdagangan menjadi lebih transparan dan efisien.

“Selama ini kami memang mengimpor crude oil dari Amerika, tapi biasanya lewat negara lain. Nanti kami akan usahakan pencatatan langsung,” tambah Yuliot. Selain itu, LNG juga menjadi salah satu komoditas energi yang diimpor langsung dari Amerika.

5. Produksi BBM Dalam Negeri Masih Jadi Fokus Pemerintah

Meski berencana meningkatkan impor produk energi dari AS, Yuliot menegaskan bahwa pemerintah tetap berupaya keras meningkatkan produksi bahan bakar minyak (BBM) dalam negeri. Hal ini dilakukan dengan memperbaiki fasilitas kilang dan mengadopsi teknologi terbaru agar kapasitas produksi dalam negeri dapat memenuhi kebutuhan nasional.

“Untuk BBM, kami masih dalam tahap pengkajian dan melihat perkembangan produksi dalam negeri. Dengan progres perbaikan kilang dan upgrade teknologi, diharapkan sebagian besar kebutuhan BBM akan berasal dari produksi nasional,” jelas Yuliot.

6. Waktu Realisasi Impor Energi Masih Menunggu Hasil Negosiasi

Soal rincian volume impor dan waktu realisasi pengiriman produk energi dari Amerika Serikat, Yuliot menyebutkan hal ini masih menunggu hasil akhir negosiasi yang dipimpin oleh Menteri Koordinator Bidang Perekonomian.

“Keputusan akhir terkait jumlah dan waktu impor sangat bergantung pada hasil negosiasi tersebut,” pungkasnya.

Fenomena Terkini






Trending