Indonesia Siap Bangun Pabrik Baterai Lithium Terbesar di Asia Tenggara

Kuatbaca.com - Indonesia tengah bersiap menjadi pusat produksi baterai lithium terbesar di kawasan Asia Tenggara. Proyek ambisius ini digarap oleh PT Industri Baterai Indonesia (IBC) bersama mitra strategis, yaitu perusahaan asal Tiongkok, Brunp dan Lygend (CBL), anak usaha raksasa baterai dunia Contemporary Amperex Technology Co. Limited (CATL). Lokasi pabrik ditetapkan di Karawang, Jawa Barat, dengan investasi fantastis mencapai sekitar Rp 95,5 triliun atau setara US$ 5,9 miliar. Pembangunan pabrik ini diresmikan secara simbolis oleh Presiden Prabowo Subianto pada akhir Juni 2025 lalu.
1. Pabrik Baterai Jadi Pusat Produksi Kendaraan Listrik dan Penyimpanan Energi
Direktur Hubungan Kelembagaan PT IBC, Reynaldi Istanto, menyatakan bahwa pabrik ini akan menjadi pusat produksi baterai kendaraan listrik (Electric Vehicle/EV) dan sistem penyimpanan energi (Battery Energy Storage System/BESS) yang melayani pasar Asia Tenggara. “Pabrik ini diproduksi sepenuhnya di dalam negeri, namun kapasitasnya akan terus bertambah sehingga bisa memenuhi kebutuhan tidak hanya Indonesia, tapi juga pasar regional hingga Amerika dan India,” ujarnya.
2. Target Kapasitas Produksi Awal 6,9 GWh dan Ekspansi Hingga 15 GWh
Pabrik baterai lithium di Karawang ini menargetkan kapasitas produksi tahap pertama sebesar 6,9 GWh. Kapasitas ini cukup untuk memasok kebutuhan baterai bagi kendaraan listrik dalam negeri sekaligus ekspor ke negara-negara tetangga. Selanjutnya, kapasitas akan ditingkatkan menjadi 15 GWh yang mampu memproduksi baterai untuk sekitar 200 ribu hingga 300 ribu unit kendaraan listrik. “Kapasitas ini sengaja dirancang agar dapat terus tumbuh dan bersaing di pasar global,” tambah Reynaldi.
3. Pabrik Dijadwalkan Mulai Operasi Penuh Pada Tahun 2027
Menurut Reynaldi, pembangunan fasilitas pabrik baterai tersebut diperkirakan selesai pada kuartal ketiga tahun 2026. Setelah itu, akan dilakukan uji coba produksi agar pabrik dapat segera beroperasi secara penuh di tahun 2027. “Kami targetkan proses uji coba produksi berjalan langsung setelah konstruksi rampung supaya percepatan operasional bisa dilakukan tanpa hambatan,” jelasnya.
4. Proyek Strategis Nasional yang Mendapatkan Sorotan Global
Proyek pabrik baterai lithium ini merupakan bagian dari Proyek Strategis Nasional (PSN) yang mengintegrasikan rantai pasok baterai mulai dari hulu hingga hilir. Tidak hanya memproduksi sel baterai, namun juga terintegrasi dengan enam sub-proyek lain seperti tambang nikel laterit, fasilitas peleburan RKEF (Rotary Kiln Electric Furnace), pabrik hidrometalurgi (HPAL), pabrik bahan katoda, hingga fasilitas daur ulang baterai. Integrasi ini akan memperkuat hilirisasi industri dalam negeri sekaligus mengurangi ketergantungan impor.
5. Pasar Global dan Mitra Off-Taker yang Sudah Terjaring
Reynaldi menambahkan bahwa proyek ini sudah mendapat perhatian besar dari pasar internasional, terutama negara-negara di Asia yang berminat menjadi pembeli sel baterai produksi Karawang. “Kami sudah mendapatkan off-taker yang akan menggunakan produk ini untuk Battery Electric Vehicle (BEV), Hybrid Electric Vehicle (HEV), dan Battery Energy Storage System (BESS),” katanya.
6. Indonesia Siap Jadi Pemain Kunci Rantai Pasok Global Kendaraan Listrik
Dengan kehadiran pabrik baterai lithium yang terintegrasi ini, Indonesia tidak lagi hanya berperan sebagai pemasok bahan baku nikel semata. Melainkan telah naik kelas menjadi pemain utama dalam rantai pasok global kendaraan listrik. Hal ini membuka peluang besar bagi pengembangan industri hijau dan energi terbarukan di Tanah Air, sekaligus menciptakan lapangan kerja baru dan meningkatkan nilai tambah produk nasional.