Gempa M 4,7 Guncang Seram Bagian Barat, Getaran Terasa hingga Ambon dan Saparua

19 June 2025 21:12 WIB
ilustrasi-gempa-di-vanuatu_169.jpeg

Kuatbaca.com - Kepulauan Maluku kembali diguncang gempa bumi. Kali ini, gempa dengan kekuatan magnitudo (M) 4,7 mengguncang wilayah Amalatu, Kabupaten Seram Bagian Barat, pada Kamis malam, 19 Juni 2025. Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) mencatat peristiwa ini terjadi sekitar pukul 19.40 WIB, dengan kedalaman yang relatif dangkal, yakni 10 kilometer.

Pusat gempa diketahui berada di laut, sekitar 6 kilometer barat daya dari Amalatu. Lokasi episentrum ini berada di titik koordinat 3,45 Lintang Selatan (LS) dan 128,63 Bujur Timur (BT). Meski tergolong gempa tektonik dengan kekuatan sedang, getaran dilaporkan dirasakan oleh masyarakat di sejumlah wilayah sekitar, termasuk Ambon, Saparua, dan Amahai.

Informasi ini disampaikan langsung oleh akun resmi BMKG di media sosial @infoBMKG tak lama setelah kejadian. Hingga saat ini, belum ada laporan resmi mengenai dampak kerusakan infrastruktur atau korban jiwa yang ditimbulkan akibat gempa tersebut. Namun, BMKG terus memantau perkembangan situasi dan memberikan peringatan dini bila terjadi gempa susulan.

1. Gempa Dirasa Nyata di Rumah-Rumah Warga

Berdasarkan laporan intensitas gempa dari BMKG, guncangan dirasakan dalam skala Modified Mercalli Intensity (MMI) II-III. Skala MMI ini merupakan indikator umum yang digunakan untuk mengukur dampak guncangan terhadap manusia dan bangunan di permukaan bumi.

Pada skala MMI II, getaran biasanya hanya dirasakan oleh beberapa orang, terutama mereka yang sedang berada di dalam bangunan bertingkat. Benda-benda ringan yang tergantung seperti lampu gantung atau hiasan dinding juga akan bergoyang pelan. Ini menunjukkan bahwa getaran cukup lemah dan tidak menyebabkan kepanikan yang signifikan.

Sementara pada skala MMI III, guncangan terasa lebih kuat, terutama di dalam rumah. Warga akan merasakan getaran seperti ada kendaraan berat yang melintas di sekitar rumah. Meskipun demikian, pada level ini kerusakan bangunan hampir tidak terjadi.

Warga di Ambon dan Saparua yang berada dalam radius sekitar 50–100 kilometer dari pusat gempa turut merasakan getaran tersebut. Beberapa warganet melaporkan melalui media sosial bahwa mereka sempat terkejut dan keluar rumah untuk berjaga-jaga, meski situasi tetap terkendali.

2. Karakteristik Gempa Dangkal dan Potensi Susulan

Gempa dengan kedalaman 10 kilometer termasuk dalam kategori gempa dangkal. Jenis gempa ini umumnya lebih sering dirasakan oleh permukaan tanah karena sumber getaran sangat dekat dengan kerak bumi. Namun, karena kekuatannya tidak mencapai 5 magnitudo, potensi kerusakan biasanya minim, kecuali jika terjadi sangat dekat dengan permukiman padat.

BMKG belum memberikan informasi mengenai kemungkinan gempa susulan, namun masyarakat tetap diminta untuk waspada. Dalam beberapa kasus, gempa dengan magnitudo sedang seperti ini dapat diikuti oleh aktivitas seismik lanjutan, terutama di wilayah yang memiliki struktur geologi kompleks seperti Kepulauan Maluku.

Kawasan Seram dan sekitarnya memang termasuk dalam jalur cincin api (ring of fire), yang dikenal sebagai wilayah rawan gempa bumi dan letusan gunung api. Aktivitas seismik di wilayah ini cukup tinggi karena pertemuan lempeng-lempeng tektonik, seperti Lempeng Indo-Australia dan Lempeng Pasifik.

3. Kesiapsiagaan Warga Jadi Kunci Penting

Meskipun gempa kali ini tidak menimbulkan kerusakan atau korban jiwa, peristiwa ini menjadi pengingat penting bagi masyarakat akan pentingnya kesiapsiagaan menghadapi bencana alam. Terlebih, wilayah Indonesia memiliki potensi gempa yang tinggi dan tidak bisa diprediksi secara pasti kapan akan terjadi.

Pemerintah daerah dan lembaga penanggulangan bencana diharapkan terus melakukan sosialisasi mengenai tata cara evakuasi, titik kumpul, dan pentingnya tas darurat yang berisi dokumen dan kebutuhan dasar. Hal ini dapat membantu warga bertindak cepat dan tidak panik jika suatu saat terjadi gempa yang lebih besar.

BMKG juga mengimbau masyarakat untuk tidak mudah percaya pada isu hoaks atau berita tidak resmi yang menyebar melalui media sosial. Informasi terkait gempa dan potensi tsunami hanya dapat dipastikan melalui kanal resmi seperti BMKG atau Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD).

4. Peran Teknologi dan Data Real-Time dalam Deteksi Gempa

Kemajuan teknologi telah membantu masyarakat dalam menerima informasi lebih cepat terkait gempa bumi. Aplikasi seperti Info BMKG, media sosial, dan layanan SMS peringatan dini menjadi alat penting untuk mengetahui pusat gempa dan potensi dampaknya secara real-time.

Selain itu, sistem deteksi dini juga telah dipasang di berbagai titik rawan bencana di Indonesia, termasuk di wilayah timur seperti Maluku. Sensor seismik dan buoy tsunami berfungsi untuk mendeteksi pergerakan lempeng bawah laut yang bisa berujung pada gempa besar dan tsunami.

Masyarakat diimbau untuk menginstal aplikasi resmi dan mengikuti panduan keselamatan agar bisa bereaksi cepat saat gempa terjadi. Edukasi sejak dini juga penting dilakukan di sekolah, tempat ibadah, dan komunitas lokal agar budaya siaga bencana bisa menjadi kebiasaan nasional.

Gempa magnitudo 4,7 yang mengguncang Seram Bagian Barat pada Kamis malam menjadi pengingat bahwa wilayah Indonesia masih berada dalam risiko tinggi terhadap aktivitas seismik. Meskipun dampaknya kali ini tergolong ringan, edukasi dan kesiapan tetap harus dijaga. Dengan informasi yang cepat dan akurat dari BMKG, masyarakat diharapkan bisa lebih waspada dan tidak panik menghadapi potensi gempa berikutnya.

bencana alam

Fenomena Terkini






Trending