Perjalanan Haji Jemaah Jawa Timur: Pengalaman Tak Terlupakan di Mina

Kuatbaca - Perjalanan ibadah haji tahun 2025 menjadi pengalaman yang sangat berarti bagi jemaah asal Jawa Timur, khususnya bagi Tohari, seorang jemaah dari Lumajang. Meski harus berjalan kaki dari Muzdalifah ke Mina, Tohari dan rekan-rekannya justru merasakan perjalanan itu sebagai momen yang luar biasa dan penuh makna.
Jalan Kaki dari Muzdalifah ke Mina: Beban yang Menjadi Berkah
Tohari mengungkapkan rasa puasnya dengan perjalanan haji kali ini, terutama pada fase Armuzna yang meliputi Arafah, Muzdalifah, dan Mina. Meskipun berjalan kaki di cuaca panas dan medan yang menantang dari Muzdalifah menuju Mina pada Jumat (6/6), ia merasa perjalanan tersebut sangat berharga. Tohari bahkan menyebut bahwa pendampingan petugas yang intens dan pelayanan yang diberikan membuat proses itu menjadi lebih mudah dan menyenangkan.
“Bermalam di Muzdalifah dan kemudian berjalan kaki ke Mina itu luar biasa. Kami benar-benar bersyukur atas pelayanan dari petugas yang sangat baik dan perhatian,” ujarnya dengan penuh rasa syukur.
Semangat Tetap Membara Meski Tubuh Lelah
Tidak jauh berbeda, Halifatul, jemaah asal Lumajang lainnya, juga mengaku merasakan perjuangan berat selama puncak ibadah haji. Ia menuturkan bahwa rangkaian ibadah di Armuzna memang sangat menguras tenaga dan seringkali mengganggu waktu istirahat. Namun semangatnya tetap menyala, didorong oleh keinginan kuat menuntaskan ibadah dengan khusyuk.
“Memang sangat melelahkan, kadang kurang tidur, tapi saya tetap bersyukur dan semangat. Naik haji ini adalah perjuangan nyata bagi saya dan keluarga,” kata Halifatul. Ia juga merasa bahagia karena bisa menunaikan ibadah bersama adik dan suaminya, menambah makna perjalanan spiritual mereka.
Lanjutkan Tawaf Ifadah dengan Tenang
Setelah menuntaskan lempar jumrah dan mengambil nafar awal, sebagian besar jemaah haji Indonesia mulai bersiap meninggalkan Mina untuk melanjutkan ritual tawaf ifadah dan tahalul. Namun, pihak Kementerian Agama (Kemenag) mengimbau agar jemaah tidak terburu-buru melaksanakan tawaf ifadah, terutama bagi yang tidak termasuk dalam kelompok pertama yang akan dipulangkan ke Indonesia atau melanjutkan perjalanan ke Madinah.
Situasi di Makkah pada masa nafar awal diperkirakan akan sangat padat. Oleh karena itu, jemaah disarankan untuk memilih waktu pelaksanaan tawaf ifadah yang lebih longgar agar ibadah bisa berlangsung dengan tenang dan khusyuk tanpa harus terburu-buru.
Kepuasan jemaah haji Jawa Timur tidak lepas dari peran petugas dan pemerintah yang memberikan pelayanan optimal selama rangkaian ibadah. Pendampingan yang intens, penyediaan fasilitas, hingga pengaturan logistik yang rapi sangat membantu para jemaah menjalankan ibadah dengan lancar meski dalam kondisi penuh tantangan.
Hal ini menegaskan komitmen pemerintah Indonesia dalam memberikan pelayanan terbaik kepada warganya yang menunaikan rukun Islam kelima tersebut, terutama bagi jemaah mandiri yang melakukan perjalanan haji secara pribadi.
Meski menghadapi tantangan fisik berupa perjalanan jauh dan cuaca panas, para jemaah haji dari Jawa Timur, khususnya Tohari dan Halifatul, tetap mampu menikmati dan mensyukuri setiap momen ibadah. Mereka melihat perjalanan ini bukan sekadar soal fisik, tetapi juga merupakan ladang spiritual yang penuh berkah dan pembelajaran.
Pengalaman berjalan kaki dari Muzdalifah ke Mina menjadi bagian dari kisah luar biasa yang tak akan terlupakan, memperkaya makna ibadah haji mereka. Kesabaran, kekompakan keluarga, serta dukungan dari petugas dan pemerintah menjadi faktor penting yang memperkuat semangat mereka menunaikan ibadah dengan khidmat.