Perbedaan Awal Puasa Ramadan di Negara-Negara Asia Tenggara

1 March 2025 08:50 WIB
jadwal-imsak-bogor-hari-ini-18-april-2022-jangan-sampai-terlewat_169.jpeg

Kuatbaca.com - Penetapan awal puasa Ramadan pada tahun 2025 menjadi topik yang menarik perhatian, terutama terkait dengan perbedaan yang terjadi di beberapa negara Asia Tenggara. Indonesia, Malaysia, Singapura, dan Brunei Darussalam memiliki penentuan yang berbeda mengenai kapan hari pertama puasa akan dimulai. Di Indonesia, pemerintah melalui Kementerian Agama menetapkan 1 Ramadan 1446 Hijriah jatuh pada hari Sabtu, 1 Maret 2025. Namun, negara tetangga seperti Malaysia, Singapura, dan Brunei Darussalam memutuskan bahwa awal puasa akan dimulai pada Minggu, 2 Maret 2025.

1. Penetapan Awal Puasa di Indonesia: Sidang Isbat dan Hasil Rukyah

Di Indonesia, keputusan mengenai awal Ramadan 2025 diumumkan dalam sidang isbat yang dilakukan oleh Menteri Agama, Nasaruddin Umar. Sidang ini digelar pada Jumat, 28 Februari 2025, di kantor Kementerian Agama, Jakarta Pusat. Dalam sidang tersebut, Nasaruddin mengungkapkan bahwa posisi hilal sudah memenuhi syarat yang ditetapkan berdasarkan kesepakatan negara-negara anggota MABIMS (Malaysia, Brunei, Indonesia, dan Singapura). Syarat tersebut mencakup ketinggian hilal minimal 3 derajat dengan sudut elongasi 6,4 derajat.

Temuan hilal pertama kali didapat di provinsi paling barat Indonesia, yakni Aceh. Hal ini semakin menguatkan keputusan bahwa 1 Ramadan 1446 Hijriah akan jatuh pada 1 Maret 2025. Sidang isbat juga melibatkan tim Hisab dan Rukyat dari Kementerian Agama serta perwakilan dari ormas-ormas Islam seperti Nahdlatul Ulama (NU) dan Muhammadiyah, yang sepakat bahwa 1 Maret adalah hari pertama puasa bagi umat Islam di Indonesia.

2. Perbedaan Penetapan Awal Puasa di Negara-Negara Tetangga

Sementara itu, negara tetangga Indonesia seperti Malaysia, Singapura, dan Brunei Darussalam memiliki keputusan yang berbeda mengenai awal Ramadan. Ketiga negara tersebut memutuskan untuk memulai puasa pada Minggu, 2 Maret 2025. Di Malaysia, proses penentuan awal Ramadan dilakukan dengan penampakan hilal di 29 lokasi berbeda, termasuk di Johor, Melaka, dan Selangor. Di Singapura, Mufti Nazirudin Mohd Nasir juga mengungkapkan bahwa bulan sabit Ramadan kemungkinan tidak akan terlihat pada malam hari, yang berarti puasa akan dimulai pada 2 Maret 2025. Demikian juga, Brunei Darussalam menetapkan 1 Ramadan dimulai pada tanggal yang sama, yaitu 2 Maret 2025.

Perbedaan ini terjadi karena perbedaan dalam metode pengamatan hilal yang digunakan oleh masing-masing negara. Namun, meski ada perbedaan tersebut, tidak ada konflik atau perdebatan yang muncul di antara negara-negara tersebut. Hal ini menunjukkan adanya rasa saling menghormati antar negara-negara Muslim di Asia Tenggara meski memiliki perbedaan dalam penetapan awal puasa.

3. Pendekatan Bersama dalam Menentukan Awal Puasa: Sinergi Rukyah dan Hisab

Meski terdapat perbedaan dalam penentuan awal puasa, proses yang digunakan oleh Indonesia dan negara-negara lain di Asia Tenggara umumnya mengacu pada pendekatan gabungan antara rukyat (pengamatan langsung hilal) dan hisab (perhitungan astronomi). Wakil Menteri Agama (Wamenag) Muhammad Syafi’i menjelaskan bahwa meskipun terdapat sedikit perbedaan terkait kesaksian hilal, pendekatan ilmiah yang digunakan oleh ahli falak di Indonesia, Muhammadiyah, NU, dan ormas Islam lainnya sudah sangat valid. Semua pihak bekerja sama untuk memastikan bahwa penetapan awal Ramadan sesuai dengan ketentuan agama dan astronomi yang sah.

Syafi'i juga menyatakan bahwa kesaksian hilal yang ditemukan di Aceh menjadi bukti sah yang digunakan untuk menetapkan 1 Ramadan pada 1 Maret 2025. Proses ini dilaksanakan dengan sangat hati-hati dan melibatkan elemen-elemen masyarakat, termasuk para duta besar negara sahabat yang turut hadir dalam sidang isbat tersebut.

4. Masyarakat Diminta untuk Menjaga Persatuan Meski Ada Perbedaan

Meski ada perbedaan penetapan awal puasa antara Indonesia dan negara-negara tetangga, para pemimpin agama di Indonesia mengimbau agar umat Islam tetap menjaga persatuan. Muhammad Syafi'i mengungkapkan bahwa meski ada perbedaan dalam waktu pelaksanaan Ramadan, tidak ada perdebatan yang terjadi di Indonesia. Semua pihak menerima keputusan yang telah ditetapkan berdasarkan perhitungan dan pengamatan yang sah. Oleh karena itu, umat Islam di Indonesia diminta untuk tetap saling menghormati dan menjaga ukhuwah Islamiyah meskipun ada perbedaan dalam pelaksanaan ibadah Ramadan.

Sebagai umat Islam yang bersatu dalam kesamaan ibadah, perbedaan ini seharusnya tidak menjadi penghalang untuk menjaga kerukunan dan persatuan di antara sesama. Dengan tetap mengedepankan sikap saling menghormati, umat Islam dapat menjalani bulan suci Ramadan dengan penuh kedamaian dan keberkahan, baik di Indonesia maupun di negara-negara tetangga di Asia Tenggara.

Fenomena Terkini






Trending