Menyambut Wukuf: Fokus Jemaah Haji dalam Menjalankan Ibadah di Tanah Suci

Kuatbaca.com - Menjelang pelaksanaan wukuf di Arafah, salah satu rangkaian utama dalam ibadah haji, perhatian seluruh jemaah semakin meningkat. Sekretaris Jenderal Majelis Ulama Indonesia (MUI) sekaligus Amirulhaj, Amirsyah Tambunan, mengingatkan agar para jemaah haji benar-benar fokus dan menjaga kondisi fisik, mental, serta spiritual. Ia menegaskan bahwa wukuf di Arafah, diikuti mabit di Muzdalifah dan Mina yang jatuh pada tanggal 9 Zulhijah (5 Juni 2025), adalah momentum krusial yang memerlukan keseriusan penuh dari jemaah.
Menurut Amirsyah, “Wukuf membutuhkan kondisi fisik dan mental yang prima karena cukup menguras tenaga, maka pelayanan maksimal dari petugas dan Amirulhaj di tanah suci sangat dibutuhkan.” Penyiapan ini termasuk pemenuhan kebutuhan dasar seperti kartu nusuk, perlengkapan salat, Al-Qur’an, serta obat-obatan pribadi yang harus disiapkan sejak awal.
1. Pengertian Haji Mabrur dan Pentingnya Bagi Jemaah Haji Indonesia
Amirsyah juga menguraikan konsep haji mabrur yang menjadi tujuan tertinggi jemaah haji. Haji mabrur bukan sekadar ritual di Tanah Suci, melainkan juga mencakup perubahan sikap dan perilaku setelah kembali ke Indonesia. Ia menegaskan, jemaah haji harus kembali membawa kedamaian, tidak menimbulkan kegaduhan, dan menghindari perilaku sombong yang justru dapat mengusik kenyamanan masyarakat.
Dalam penjelasannya, Amirsyah menegaskan bahwa “Jika calon jemaah haji yang berangkat dan kembali malah membuat suasana masyarakat menjadi tidak nyaman, itu bertentangan dengan nilai haji mabrur.” Konsep ini menekankan pentingnya integritas dan akhlak mulia selama dan setelah menjalankan ibadah haji.
2. Sabda Nabi Muhammad SAW tentang Haji Mabrur
Amirsyah mengutip hadits Nabi Muhammad SAW yang menggambarkan hakekat haji mabrur sebagai ibadah yang mendapatkan balasan surga. Dalam hadits yang diriwayatkan oleh Jabir bin Abdillah RA, Rasulullah SAW bersabda, "Haji mabrur tiada balasan lain kecuali surga." Ketika ditanya tanda dari haji mabrur, Rasulullah menjawab, "Memberikan makan kepada orang lain dan melontarkan ucapan yang baik."
Hadits ini menjadi pedoman utama agar jemaah haji tidak hanya fokus pada ritual ibadah, tetapi juga mengamalkan nilai sosial yang membawa kebaikan dan kedamaian di masyarakat. Hal ini sekaligus menguatkan pentingnya membangun kepedulian sosial dan komunikasi positif saat kembali ke Tanah Air.
3. Dampak Sosial Positif Haji Mabrur bagi Bangsa Indonesia
Sekjen MUI ini menilai, dengan jumlah jemaah haji Indonesia yang mencapai sekitar 221 ribu setiap tahun, potensi sosial yang muncul sangat besar. “Setiap tahun lahir orang-orang baru yang siap melakukan tindakan menyejahterakan dan mendamaikan,” ujarnya. Orang-orang ini diharapkan menjadi pribadi yang memiliki kepekaan sosial tinggi serta mampu berpikir dan bertindak arif dan santun.
Menurut Amirsyah, haji mabrur bukan hanya urusan spiritual, tapi juga membawa perubahan positif di ranah sosial, politik, budaya, dan ekonomi bangsa. Dengan semakin banyak haji mabrur, bangsa Indonesia diharapkan mampu menghadapi berbagai tantangan krisis multidimensi dengan lebih baik.
4. Haji Mabrur sebagai Kunci Membangun Masyarakat yang Lebih Harmonis dan Bermartabat
Amirsyah menegaskan bahwa bangsa Indonesia sangat menantikan dampak nyata dari haji mabrur. “Semakin banyak jemaah yang berpredikat haji mabrur, semakin mudah bagi negeri ini keluar dari berbagai krisis akhlak, ekonomi, politik, dan budaya,” katanya. Ia berharap bahwa nilai-nilai yang dibawa jemaah haji mabrur akan menjadi perekat sosial yang menyejukkan dan memperkuat persatuan bangsa.
Dengan demikian, pemahaman yang benar tentang haji mabrur dan implementasinya dalam kehidupan sehari-hari menjadi kunci penting bagi kemajuan dan kesejahteraan bangsa Indonesia secara keseluruhan.