Mengapa 10 Muharam Disebut Lebaran Anak Yatim? Ini Sejarah dan Maknanya

3 July 2025 08:30 WIB
ilustrasi-sedekah_169.jpeg

1. Tradisi Islami yang Terus Hidup di Tengah Masyarakat

Kuatbaca.com - Setiap tanggal 10 Muharam dalam kalender Hijriah, umat Islam di berbagai daerah di Indonesia memperingati hari yang dikenal dengan sebutan Lebaran Anak Yatim. Pada tahun 2025 ini, 10 Muharam jatuh pada tanggal 6 Juli, dan kembali menjadi momentum bagi masyarakat untuk menyalurkan kasih sayang dan perhatian kepada anak-anak yatim.

Meski tidak disebutkan secara eksplisit dalam Al-Qur'an sebagai "lebaran", tradisi ini tumbuh dan berkembang dari ajaran Islam yang menjunjung tinggi nilai-nilai kepedulian sosial, terutama terhadap anak-anak yatim yang telah kehilangan orang tua mereka. Hari tersebut juga bertepatan dengan Hari Asyura, yang memiliki banyak keistimewaan dalam sejarah Islam.

Seiring berjalannya waktu, masyarakat Muslim di Indonesia mengenal Lebaran Anak Yatim sebagai hari yang dikhususkan untuk memberi santunan, perhatian, dan kasih sayang kepada anak-anak yatim. Kegiatan seperti pembagian bingkisan, santunan, pengajian, hingga acara makan bersama banyak digelar oleh masjid, yayasan, maupun komunitas sosial.

Tujuannya tak lain adalah untuk membahagiakan mereka yang telah kehilangan orang tua, serta sebagai bentuk implementasi nilai-nilai kemanusiaan dalam ajaran Islam.

2. Hadis Nabi: Menyantuni Anak Yatim Bernilai Surga

Dalam Islam, menyantuni anak yatim memiliki kedudukan yang sangat mulia. Salah satu hadis yang diriwayatkan oleh Abu Umamah menyebutkan bahwa Rasulullah SAW bersabda:

"Barang siapa mengusap kepala anak yatim karena Allah, maka setiap rambut yang disentuh akan dibalas dengan satu kebaikan. Dan siapa pun yang memperlakukan anak yatim dengan baik, kelak akan bersamaku di surga seperti dua jari ini."

Nabi kemudian mengisyaratkan kedekatan hubungan di surga dengan menunjukkan jari telunjuk dan jari tengah. (HR Ahmad)

Hadis ini menunjukkan besarnya pahala dan keutamaan bagi siapa pun yang memperhatikan nasib anak yatim. Maka tidak mengherankan jika masyarakat Muslim menjadikan momentum 10 Muharam sebagai hari untuk memuliakan anak-anak yatim, yang dalam kondisi normal kerap kali terpinggirkan atau kurang mendapat perhatian.

Momentum ini juga menjadi pengingat spiritual bagi umat Islam tentang pentingnya berbagi, berempati, dan menjaga akhlak sosial di tengah kehidupan yang semakin individualistik.

3. Bukan Sekadar Tradisi, tapi Cermin Iman dan Kemanusiaan

Lebaran Anak Yatim bukan hanya tradisi turun-temurun yang dijaga, tetapi juga mencerminkan tingkat keimanan dan kepekaan sosial umat Islam. Dalam pandangan ajaran Islam, anak yatim adalah kelompok yang wajib dipelihara, disayangi, dan tidak dizalimi dalam bentuk apa pun.

Sebagaimana dikutip dari situs Muhammadiyah, anak yatim menempati posisi khusus karena mereka tergolong dalam kelompok yang lemah secara sosial dan ekonomi. Oleh karena itu, menjadi kewajiban bersama—baik individu maupun kolektif masyarakat—untuk menjaga dan merawat mereka.

Pada hari 10 Muharam, banyak lembaga keagamaan dan sosial berlomba-lomba menggelar acara santunan dan kegiatan spiritual seperti doa bersama, tausiyah, hingga hiburan islami untuk membahagiakan anak-anak yatim. Momen ini juga bisa menjadi sarana pendidikan karakter bagi masyarakat tentang pentingnya welas asih terhadap sesama.

Lebaran Anak Yatim juga sering dijadikan momentum oleh para dermawan untuk menyalurkan zakat, infak, dan sedekah, yang manfaatnya langsung menyentuh kehidupan anak-anak yang membutuhkan.

4. Keutamaan 10 Muharam dan Amalan yang Dianjurkan

Selain menyantuni anak yatim, puasa Asyura pada 10 Muharam juga menjadi salah satu amalan utama yang dianjurkan oleh Nabi Muhammad SAW. Dalam sebuah hadis yang diriwayatkan oleh Imam Muslim, Rasulullah bersabda:

"Puasa pada hari Asyura, aku berharap kepada Allah agar puasa itu dapat menghapus dosa setahun sebelumnya." (HR Muslim No. 1162)

Menurut penjelasan ulama seperti Imam an-Nawawi, yang diampuni oleh puasa Asyura adalah dosa-dosa kecil, atau jika berkaitan dengan dosa besar, maka setidaknya mendapatkan keringanan hukuman atau pengangkatan derajat.

Oleh karena itu, banyak umat Islam yang memanfaatkan hari ini untuk berpuasa dan memperbanyak ibadah. Kombinasi antara ibadah spiritual (puasa) dan sosial (santunan) menjadikan 10 Muharam sebagai salah satu hari paling bermakna secara rohani dan sosial dalam kalender Islam.

Tak hanya anak yatim yang mendapatkan manfaat, namun juga mereka yang memberikan bantuan dan kepedulian, karena secara tidak langsung telah membersihkan jiwanya dari kekikiran dan menyambung tali kasih antarsesama manusia.

Lebaran Anak Yatim pada 10 Muharam bukan sekadar budaya lokal, tapi mencerminkan ajaran Islam yang luhur tentang kepedulian, kasih sayang, dan keadilan sosial. Hari ini menjadi pengingat penting bagi setiap Muslim untuk senantiasa memuliakan anak yatim dan menjalani kehidupan dengan semangat berbagi.

Fenomena Terkini






Trending