Kemenag Jelaskan Manfaat Penempatan Jemaah Haji Berdasarkan Syarikah

Kuatbaca.com - Pada musim haji tahun ini, Kementerian Agama (Kemenag) Indonesia menerapkan sistem penempatan jemaah haji di Makkah yang didasarkan pada syarikah, bukan lagi berdasarkan kelompok terbang (kloter). Hal ini bertujuan untuk meningkatkan efisiensi dan kenyamanan jemaah dalam menjalani ibadah haji, khususnya saat berada di puncak haji di Arafah, Muzdalifah, dan Mina (Armuzna).
Keputusan ini disampaikan oleh Muchlis M. Hanafi, Ketua Petugas Penyelenggara Ibadah Haji (PPIH) Arab Saudi. Menurutnya, penempatan berbasis syarikah memungkinkan pengelolaan jemaah menjadi lebih terkoordinasi dengan baik, terutama dalam hal pergerakan jemaah menuju lokasi-lokasi penting seperti Arafah dan Mina. Sistem ini juga dinilai lebih efisien dalam mengatur distribusi layanan serta memberikan kemudahan dalam pengawasan.
1. Manfaat Sistem Penempatan Berdasarkan Syarikah
Sistem penempatan berdasarkan syarikah ini memiliki beberapa manfaat signifikan. Salah satu yang paling utama adalah meningkatkan koordinasi antar pihak yang terlibat dalam pelayanan jemaah haji. Di Makkah, terdapat delapan syarikah yang melayani jemaah haji Indonesia, yaitu Al-Bait Guest, Rakeen Mashariq, Sana Mashariq, Rehlat & Manafea, Alrifadah, Rawaf Mina, MCDC, dan Rifad.
Syarikah-syarikah ini bertanggung jawab untuk menyediakan akomodasi bagi jemaah di hotel-hotel tertentu, yang sesuai dengan standar yang telah ditetapkan oleh pemerintah. Penempatan berdasarkan syarikah membantu memastikan bahwa setiap jemaah mendapat layanan yang optimal dan sesuai dengan kebutuhan mereka. Selain itu, sistem ini mempermudah pengelolaan pergerakan jemaah, terutama ketika mereka harus bergerak dari Makkah menuju Arafah, Muzdalifah, dan Mina.
2. Proses Mobilisasi dan Layanan Puncak Haji di Armuzna
Penempatan jemaah berbasis syarikah sangat penting untuk memastikan kelancaran proses mobilisasi selama puncak ibadah haji, terutama di Armuzna. Di sini, jemaah haji Indonesia akan menjalani salah satu bagian paling krusial dari ibadah haji, yaitu wukuf di Arafah, mabit di Muzdalifah, dan lempar jumrah di Mina. Dengan pengelompokan berbasis syarikah, pergerakan jemaah menjadi lebih tertata dan terkoordinasi, yang berkontribusi pada kelancaran kegiatan ibadah.
Selain itu, penempatan berdasarkan syarikah juga berfungsi untuk meminimalkan gangguan atau keterlambatan yang bisa terjadi selama proses pergerakan massal ini. Koordinasi yang lebih terstruktur antara syarikah dan PPIH Arab Saudi diharapkan dapat menghindari masalah logistik yang biasa terjadi pada musim haji sebelumnya.
3. Upaya Mitigasi Tantangan Penempatan Hotel dan Keluarga Terpisah
Meski sistem penempatan berbasis syarikah memiliki banyak keuntungan, namun masih terdapat tantangan yang harus dihadapi, terutama terkait dengan pemisahan keluarga yang terpaksa tinggal di hotel yang berbeda. Sebagai contoh, ada jemaah yang terpisah dengan pasangan atau orang tua mereka, terutama bagi mereka yang memiliki jemaah dengan disabilitas.
Namun, Muchlis M. Hanafi menegaskan bahwa pihaknya terus berupaya meminimalisir dampak negatif dari pemisahan ini. "Kami terus berkoordinasi dengan pihak Arab Saudi untuk mencari solusi terbaik agar jemaah tetap merasa nyaman dalam beribadah meskipun terpisah dengan keluarga," ujarnya. Pihak PPIH juga melakukan mitigasi dengan mempercepat proses distribusi kartu Nusuk, yang berfungsi sebagai identitas penting bagi jemaah dalam menjalani seluruh tahapan ibadah haji.
4. Fokus pada Peningkatan Layanan dan Koordinasi dengan Arab Saudi
Pentingnya koordinasi antara pemerintah Indonesia dan Arab Saudi semakin dirasakan dalam menyukseskan ibadah haji. Kemenag dan PPIH secara rutin berkoordinasi untuk mencari solusi terbaik terkait berbagai masalah yang muncul di lapangan, termasuk masalah penempatan dan pergerakan jemaah.
Selain itu, peningkatan kartu Nusuk menjadi prioritas, karena kartu ini berfungsi seperti paspor bagi jemaah haji. Muchlis M. Hanafi menambahkan bahwa keberhasilan distribusi dan aktivasi kartu Nusuk semakin meningkat setelah adanya akselerasi distribusi. Pemerintah Arab Saudi juga memberikan perhatian besar terhadap jemaah haji Indonesia, yang tercermin dari upaya bersama untuk memberikan pelayanan terbaik bagi jemaah.
Dengan sistem yang terus disempurnakan ini, diharapkan jemaah haji Indonesia dapat merasakan kenyamanan dan keamanan dalam menjalankan ibadah haji, serta memastikan mereka mendapatkan layanan yang sesuai dengan standar yang telah ditetapkan. Upaya ini merupakan bagian dari komitmen pemerintah Indonesia dalam menyediakan pelayanan ibadah haji yang berkualitas.