Hari Arafah: Momentum Spiritualitas dan Persatuan Umat Islam

Hari ini, Kamis, 5 Juni 2025, bertepatan dengan 9 Zulhijah 1446 H, umat Islam di seluruh dunia memperingati Hari Arafah—sehari menjelang Idul Adha. Momen ini menjadi salah satu titik paling penting dalam kalender Hijriah, khususnya bagi umat Islam yang tengah menunaikan ibadah haji.
Di Tanah Suci, jutaan jemaah berkumpul di Padang Arafah untuk melaksanakan wukuf, puncak dari seluruh rangkaian ibadah haji. Sedangkan bagi Muslim yang tidak berhaji, disunnahkan untuk berpuasa pada hari ini, yang dikenal sebagai puasa Arafah.
Wukuf di Arafah: Inti dari Ibadah Haji
9 Zulhijah disebut sebagai Hari Arafah karena bertepatan dengan pelaksanaan wukuf di Padang Arafah, sekitar 25 kilometer dari Kota Makkah. Wukuf merupakan rukun haji paling esensial dan tidak dapat tergantikan. Pelaksanaannya dimulai sejak tergelincirnya matahari hingga fajar menyingsing pada 10 Zulhijah.
Kementerian Agama RI menegaskan bahwa wukuf di Arafah adalah inti dari haji itu sendiri—tanpa wukuf, ibadah haji tidak sah.
Padang Arafah: Simbol Kesatuan dan Kesetaraan
Setiap tahun, pada tanggal 9 Zulhijah, Padang Arafah menjadi lokasi pertemuan spiritual terbesar di dunia. Jutaan jemaah dari berbagai bangsa berdiri berdampingan dalam balutan ihram, tanpa perbedaan status sosial, jabatan, atau latar belakang.
Tempat ini mencerminkan nilai-nilai Islam tentang kesetaraan dan persaudaraan. Di Arafah, seluruh umat manusia bersatu dalam doa, pengharapan, dan permohonan ampunan kepada Allah SWT.
Keutamaan Puasa Arafah
Bagi umat Islam yang tidak berada di Tanah Suci, puasa Arafah menjadi ibadah yang sangat dianjurkan. Rasulullah SAW bersabda bahwa puasa pada hari ini menghapus dosa satu tahun sebelumnya dan satu tahun yang akan datang.
“Puasa Arafah, aku berharap kepada Allah agar ia menghapus dosa tahun yang lalu dan tahun yang akan datang.” (HR. Muslim No. 1162)
Hadis ini menjadi landasan kuat anjuran puasa Arafah dalam Islam dan menunjukkan betapa besar keutamaannya.
Asal Usul Nama ‘Arafah’
Mengutip dari laman resmi Kementerian Agama RI, terdapat beberapa versi yang menjelaskan asal penamaan “Arafah.” Salah satunya menyebut bahwa Nabi Ibrahim AS kembali bertemu dengan keluarganya di tempat ini setelah lama berpisah—suatu momen pengenalan kembali atau ta’aruf. Kata “Arafah” sendiri berasal dari kata Arab arafa yang berarti “mengetahui” atau “mengenal.”
Versi lain menyatakan bahwa di tempat ini pula malaikat Jibril memperkenalkan tata cara ibadah haji kepada Nabi Ibrahim. Dari sinilah Nabi mengenal (arafa) manasik haji.
Kedua riwayat tersebut menggambarkan Arafah sebagai tempat pertemuan dan pengenalan yang sarat makna, baik secara spiritual maupun emosional.